49. Ara

36 12 0
                                    

Mobil berhenti disebuah komplek pemakaman yang kemarin Ara datangi. Ara tidak bertanya, sepertinya ia sudah menduga apa yang akan mereka lakukan disini. Mengunjungi sebuah makam, tentunya. Dan Ara bisa menebak makam siapa yang akan mereka kunjungi saat ini. Yang pasti bukan makam Kamila.

Dan tepat sekali, mereka berhenti di sebuah makam dengan nisan bertuliskan Gina Ardafa. Seperti yang dikatakan oleh Hilmi, ini pasti makam istri pertama dari Tuan Reynald Ardafa.

Tapi Ara harus berpura-pura tidak tahu.

“Ini makam siapa?” tanyanya.

“Ini makam Mama gue, namanya Mama Gina. Dia mamanya kak Aluna sama Kak Andika. Dia juga yang ngerawat gue dari kecil.” Angka tersenyum menjawabnya. Senyum yang menyiratkan sebuah luka akibat kehilangan yang mendalam menurut Ara. Ya, dia tahu, karena dia juga pemilik senyum seperti itu.

“Hai Tante, kenalin aku Ara, pacarnya Angka.” Kali ini Ara langung mengenalkan dirinya sebagai pacar Angka. Tidak seperti kemarin yang harus diinterupsi oleh Angka terlebih dahulu.

Angka tersenyum, “Halo Ma. Hari ini Angka mau ngenalin pacar Angka. Kemaren Angka sudah ketemu juga sama Mamanya disini. Oh ya, Angka harap Mama temenan ya sama Tente Kamila disana. Doain Angka sama Ara ya, Ma.”

Ara menoleh. Tak ada pembicaraan lagi setelah itu. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing sampai akhirnya Angka berpamitan lalu pergi dari sana.

Ya, mereka hanya sebentar berkunjung ke sana. Tidak perlu berlama-lama karena itu akan mengukir luka di hati mereka semakin dalam.

Ditinggal oleh orang yang disayang adalah penyebab luka yang paling dalam.

Ara merasa senang bersama Angka.

Bersama Angka entah kenapa semua beban di hatinya terasa hilang. Dia bisa begitu mudahnya menunjukkan kelemahannya didepan Angka.

Bersama Angka rasanya hatinya begitu ringan. Seakan-akan ia tak memiliki masalah apapun terhadap dunia ini.

Bersama Angka semuanya terasa berbeda.

“Ra, ada satu hal yang mau gue kasih tahu ke elo,” Angka menatap Ara serius. Matanya benar-benar menunjukkan keseriusan sehingga Ara juga balas menatap Angka, menajamkan telinganya untuk mendengar setiap kalimat yang akan Angka bilang nantinya. “Gue harap lo hati-hati sama orang-orang yang ada disekitar lo.”

Itu bukan peringatan main-main dan tidak ditujukan pada orang yang berencana untuk menghancurkan Ara saja. Tetapi juga sebuah peringatan pada Ara untuk berhati-hati pada Angka. Pada dirinya. Karena Angka sendiri tidak tahu kapan waktunya dia akan pergi atau datang.

Angka tidak memiliki kendali penuh atas dirinya sehingga ia memperingatkan Ara untuk lebih hati-hati.

Ia tidak ingin gadis itu terjatuh ke dalam lubang yang lebih gelap lagi daripada yang sebelumnya.

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang