32. Ara

63 13 3
                                    

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri bawah 🌟

Plus ramein komennya ya gaes ♥️

Selamat membaca cerita Ara ♥️

===

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Bersandiwara adalah keahlian ku, namun hal tersebut menghilang saat aku bersamamu.

===

Ara Bagian Tiga Puluh Dua


Gadis itu tampak cantik dengan mengenakan dress berwarna biru malam selutut dengan polesan make up tipis. Rambutnya yang berwarna hitam dibiarkan tergerai panjang kebawah.

“Kamu sangat cantik, sayang,” puji Ardi ketika melihat putrinya turun menghampirinya. Ara tersenyum, malam ini ia harus bersandiwara untuk menyenangkan hati papanya itu.

Ardi yang telah rapi dengan mengenakan setelan tuksedo berwarna biru malam, senada dengan gaun yang dikenakan Ara menggandeng tangan putrinya itu ketika mereka sampai di sebuah restoran keluarga bintang lima.

Disana telah menunggu dua keluarga yang sedang mengobrol.

Betapa terkejutnya Ara ketika melihat Angka ada disana dengan wajah masam. Ia mengenakan tuksedo berwarna hitam dengan rambut yang dibiarkan berantakan. Disana juga ada Aluna yang duduk disebelah seorang laki-laki yang tidak Ara kenali tapi ia yakini itu adalah anak pertama dari keluarga Ardafa.

Oh ya, Ara baru ingat kalau nama terakhir Angka adalah Ardafa. Astaga, kenapa Ara bisa lupa. Kalau ia tahu kalau malam ini ia akan menemui keluarga Angka, ia tidak akan mau ikut kesini.

Di sana juga ada orang tua Angka, sepertinya. Ia tidak pernah bertemu dengan kedua orang tersebut sebelumnya tapi Ara menduga kalau mereka adalah Tuan dan Nyonya Ardafa. Dan diseberang mereka ada orang tua kandung Ara. Ara menekuk wajahnya saat orang tuanya bahkan tak menghiraukan kedatangannya.

“Jadi ini yang namanya Ara? Cantik ya orangnya,” sambut wanita yang tadi Ara duga adalah mamanya Angka. Ara mengangguk kemudian tersenyum manis pada wanita tersebut. “Makasih, Tante,” kata Ara, “Tante juga cantik,” pujinya.

Wanita itu tertawa pelan, “nama saya Monika, dan kamu bisa manggil saya Mama.”
Ara menautkan alisnya. Baru bertemu dan langsung di minta memanggilnya Mama?

Wanita yang aneh, pikir Ara. Diseberangnya ada Angka yang sepertinya sedang menatap Ara intensif. Ara merasa tidak nyaman dengan tatapan Angka tersebut.

“Oh ya, Mas,” Monika menyentuh punggung tangan suaminya lembut, “aku denger kalau Angka sama Ara itu satu sekolah loh. Bener kan?” tanyanya menatap Ara dan Angka bergantian.

Ara mengangguk sopan sembari menjawab iya sedangkan Angka hanya mengacuhkan saja pertanyaan mamanya tersebut.

“Wah, kalau begitu bagus dong karena mereka juga sepertinya sudah saling mengenal,” jawab suaminya kemudian tersenyum yang juga diikuti oleh Ardi. Orang tua kandung Ara? Mereka hanya diam saja yang membuat Ara sedikit meringis. Sebegitu tidak pedulinya kah mereka pada putri kandung mereka? Ini menyakitkan.

“Kalau begitu kita bisa mengadakan pertunangan mereka secepatnya.”

Sontak Ara dan Angka menoleh pada suara bariton milik ayahnya Angka, Reynand Diego Ardafa.

“Pa, Papa gak bisa mutusin gitu aja dong,” protes Angka.

“Pertunangan?” Ara bertanya, menatap Ardi dengan pandangan meminta jawaban segera. “Papa gak ada bilang apapun ke aku,” ucap Ara menuntut penjelasan.

“Ini semua sudah diputuskan sayang,” jawab Ardi. “Kamu akan segera bertunangan dengan Angkasa—“

“Gak bisa dong, Om. Saya sama Ara belum sepakat.”

“Angkasa!” suara Reynand tersebut tidak mematahkan keberanian Angka.

“Saya dan Ara sama-sama masih sekolah jadi kami tidak mungkin untuk menjalin sebuah hubungan yang serius seperti dalam pertunangan.” Angka mencoba bernegosiasi walaupun keberaniannya untuk berdebat sudah dipatahkan. Ia tahu tidak ada gunanya membantah sebenarnya.

“Saya dengar kamu berpacaran dengan putri saya,” suara itu, suara yang baru pertama kali keluar di forum ini, milik ayah kandung Ara. Tirta.

Ara menoleh, sedikit tak menyangka kalau ayah kandungnya tau kalau ia berpacaran dengan Angkasa di sekolah. Ya walaupun mereka tidak berpacaran seperti para remaja lainnya yang didasari atas cinta melainkan hanya karena keadaan. Tapi ... tetap saja ini sesuatu yang luar biasa bagi Ara.

To be continued ...

===

Terima kasih karena telah membaca cerita Ara ♥️

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ya teman-teman :)

Instagram aku:

@ranisa_chan

Jangan lupa tag aku kalau kalian posting quotes dari cerita aku ♥️

Sampai jumpa hari Rabu :)

Salam Ranisa ♥️

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang