13. Ara

91 21 0
                                    

Jangan lupa tekan tanda bintang dulu :)
Tinggalkan jejak :)

Selamat membaca cerita Ara :)

---

Dari berapa sudut kamu sudah melihat dunia ini?

---

Ara menghela napasnya, menatap apartemennya yang sepi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara menghela napasnya, menatap apartemennya yang sepi itu.

Tidak ada siapa-siapa yang akan tinggal bersamannya malam ini.

Ya, memang tidak pernah ada sih. Hanya Ella yang sesekali berkunjung ke apartemennya dan seorang pembatu yang membantu Ara mengurus pekerjaan rumah. Pembatu suruhan ayahnya utnuk mengawasi Ara.

Ara tersenyum sinis mengingat semua yang telah pria itu berikan. Tidak ada yang berarti.

Kekayaan.

Apartemen yang mewah.

Uang yang selalu bertambah setiap minggunya direkening banknya.

Tapi tidak pernah ia sekalipun diberikan kasih sayang.

Bahkan orang tua kandungnya pun tak pernah menengok Ara sekalipun. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sehingga mereka lupa kalau mereka juga punya satu orang anak yang perlu kasih sayang mereka.

Ara tersenyum pahit. Berusaha dengan susah payah menelan kenyataan pahit yang harus ia hadapi.

Apakah kehadirannya memang tidak diharapkan?

Lalu kenapa ia harus dilahirkan sebagai anak dari mereka?

“Ma, Ara kangen sama Mama.” Ara meraih sebuah bingkai foto berisi foto mama angkatnya. Wanita itu tersenyum bahagia didalam foto itu. Ara merindukan senyuman hangat wanita itu. Ia juga merindukan dekapan hangat mamanya yang selalu bisa menguatkan Ara disaat-saat terpuruknya.

Saat ini, pelukan itu sudah tidak bisa didapatkannya lagi. Karena pemilik senyum serta pelukan hangat itu sudah lebih dulu dipanggil menghadap Tuhan.

Kriing...

Ara mengangkat sebuah panggilan masuk di ponselnya.

“Halo?”

“Tuan ingin bertemu Nona malam ini.”

“Saya sibuk, bilang pada Ayah nanti saja.”

Dan kemudian sambungan telepon itu terputus. Ara melemparkan ponselnya kesembarang tempat, tak peduli kalau ponselnya jatuh ke lantai keramik kamarnya. Ia benar-benar tidak peduli.

“Ma, kenapa Mama pergi duluan? Papa udah gak sayang lagi sama Ara, Ma.” Kemudian tangis yang ditahan Ara selama ini pecah. Gadis yang berusaha untuk kuat dihadapan semua orang itu kini menangis rapuh didepan foto mama angkatnya yang bahkan menurutnya lebih dekat padanya daripada siapapun yang ada didunia ini.

To be continued ...

---

Terima kasih karena telah membaca cerita Ara :)

Jangan lupa tinggalkan jejak dan follow Instagram aku @ranisa_chan :)

Mampir ke work aku yang lainnya juga yah ♥️

Salam Ranisa ♥️♥️♥️

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang