66. Ara

41 11 0
                                    

Ujian Akhir Sekolah semester satu diadakan selama seminggu dan selama seminggu ini, Angka sama sekali tidak melihat Ara. Entah cewek itu memang bersembunyi darinya atau memang ia yang tidak berniat mencarinya.

Mereka tidak saling bertemu dalam seminggu ini.

Ujian telah selesai kemarin, dan hari ini pembagian hasil ujian sekaligus hari penentuan untuk Ara.

Hari ini Angka sudah bertekad untuk membongkar kedok Ella. Meskipun Ara sudah mengetahuinya, Angka ingin menunjukkan pada yang mereka yang lainnya.

Angka melangkahkan kakinya ke taman, tepat disana sudah ada Tiara yang menunggunya sambil tersenyum manis. Angka mengambil tempat di sebelah Tiara.

“Udah lama?” tanya Angka.

Tiara menggeleng, “baru nyampe, kok. Ada apa kamu tiba-tiba minta aku kesini?”

“Gimana Abang kamu? Masih sering ganggu kamu?”

“Udah gak lagi, semenjak kamu ke rumah aku kemaren dia udah gak berani ganggu aku lagi.” Tiara tersenyum menatap lekat pada Angka.

“Tiara,” panggil Angka. Ia balas menatap Tiara lekat, “lo suka sama gue, kan?” Tidak ada ekspresi dari wajah Angka. Dia hanya menatap Tiara lekat dan datar.

“Gue suka,” sahut Tiara.

“Lo tahu gue suka sama Ara?”

“Gue tahu.”

“Dan lo tahu-“

“Angka, gue itu cinta sama lo. Tapi kenapa lo malah suka sama cewek yang gak lebih bener dari gue?” Tiara tiba-tiba mengeluarkan emosinya. “Gue tahu gue juga cewek gak bener, tapi kenapa harus cewek yang tiap malem ke klub dan ngejual diri sih? Gak ada cewek yang lebih baik apa?”

Angka bungkam, ini diluar rencananya.

“Lo kenapa sih, lebih milih dia daripada gue?”

“Tiara, lo-“ Tiara meletakkan telunjuknya di depan bibir Angka.

“Gue benci sama Ara, Ka. Dia yang udah ngebuat lo jauh dari gue. Lo yang selalu ngelindungin gue dari Abang gue, sejak lo dekat sama Ara lo udah jarang ada buat gue. Gue benci, Ka. Ara udah ngerebut lo dari gue.”

Tiara mengambil napas. “Gue yang buat dia hancur.”

Tidak sesuai rencana.

Tiara sudah mengakuinya terlebih dahulu. Padahal Angka ingin agar Tiara mengakuinya bersama dengan Ella.

Gagal.

“Ngapain lo disini, Angka?” sebuah suara tiba-tiba menginterupsi. Ella.

Angka menatap Ella dengan ekspresi terkejut. Ella membalasnya dengan tersenyum sinis.

“Gue kira lo bakal nganter Tuan Putri ke bandara, tahu-tahunya lo malah mesra-mesraan disini sama Tiara.” Ella mempersempit jarak antara diantara mereka.

“Nganter ke bandara? Siapa maksud lo?” Angka bertanya cepat.

“Oh, jadi dia gak bilang sama lo?” kata Ella yang terdengar memuakkan di telinga Angka. “Tuan Putri Shafara Kamila, Angka!” seru Ella dengan ekspresi penuh kemenangan.

Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut lagi, Angka berlari menuju lapangan parkir, mengambil kunci mobilnya lalu beranjak menuju bandara.

Angka menginjak pedal gas frustasi. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sambil berharap ia masih belum tertinggal.

Tapi sepertinya sia-sia.

Saat ia sampai di bandara ia melihat ayahnya Ara melangkahkan kaki ke arahnya.

“Om!” panggil Angka dari tempatnya. Ia kemudian melangkahkan kakinya mendekat pada Ardi.

Ardi tersenyum, “kamu mau mengantar Ara, Angka?”

Angka mengangguk tapi senyum Ardi seketika lenyap melihat senyuman itu.

“Dia udah berangkat. Pesawatnya baru aja lepas landas.”

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang