Prologue

18.1K 365 21
                                    

Suhu ruangan kamar ini menjadi sangat panas, terlihat dari kedua tubuh yang sudah berpeluh keringat yang menetes sedari tadi. Tubuh besar itu menindih tubuh yang lebih kecil dibawahnya, dimana kaki orang dengan tubuh yang lebih kecil itu dilingkarkan ke pinggang orang yang berada di atasnya. Tubuh yang lebih besar tersebut lantas menekan tubuh itu menjadi lebih berat dan dalam, membuat mereka berdua melenguh dengan pelan menikmati apa yang sedang terjadi.

"Pelan-pelan mas, sakit, aku ga kuat" lenguh lelaki yang memiliki tubuh lebih kecil tersebut sembari mendorong tubuh yang menindihnya tersebut keatas. Namun usahanya tersebut sia-sia, karena tenaga mereka tidak seimbang sama sekali.

"Tahan ya sayang, kan ini semua kamu yang minta, nikmatin aja ya" ucap lelaki yang memiliki tubuh lebih besar tersebut, sembari terus menekan tubuhnya semakin kuat.

"Ah, aduh, pelan-pelan mas" ucap lelaki yang memiliki tubuh lebih kecil tersebut sembari mencakar punggung lelaki yang menindihnya tersebut, berusaha untuk menghentikan apa yang sedang mereka lakukan tersebut.

"Tahan ya Alvan sayang" ucapnya dengan nada yang berat.

"Umm, mas habibie, uh" lenguh lelaki yang bertubuh kecil yang bernama Alvan tersebut, berusaha menikmati apa yang sedang terjadi diatas ranjang yang mulai berdecit semakin kencang tersebut. Cakaran Alvan berubah menjadi sentuhan seksual nakal di sekitar punggung dan leher lelaki yang menindihnya tersebut, sambil menatap tajam mata lelaki tersebut.

Tatapan itu sangat tajam seperti elang yang memburu mangsanya, separuh bibir Alvan yang merah merona itu mulai mengeluh tidak karuan dan terkadang berusaha untuk ditutup rapat olehnya dengan mengulum bibirnya sendiri. Keringatnya yang sangat banjir mulai turun dari pelipisnya ke pipi dan lehernya, membuat wajahnya yang tampan menjadi terlihat berkilat diterpa oleh lampu kamar yang terang menyala. Wajahnya yang tampan itu membuat pria yang sedang menindihnya menjadi lebih bernafsu untuk menindihnya lebih dalam lagi dan tanpa sadar bibirnya mendarat ke bibir Alvan, yang kemudian dilumatnya dengan pelan sambil menjaga tempo tindihannya itu.

"Alvan,_" ucap lelaki tersebut sambil menatap tajam ke mata lelaki tersebut.

"Mas bibie,_" ucap Alvan dengan sangat sensual ke telinga lelaki tersebut.

Tak lama kemudian Habibie, yang sudah sangat terlampau bernafsu, tidak dapat menahan apa yang sudah disimpan oleh tubuhnya itu. Diapun mempercepat tempo tindihannya itu, hingga akhirnya cairan itu keluar sepenuhnya di dalam tubuh Alvan,"Ugh,___" lenguh habibie dengan sangat panjang sembari memeluk tubuh Alvan dengan sangat kuat.

Nafas Habibie sangat tidak beraturan setelah cairan itu keluar dari tubuhnya, ada sebuah rasa lega yang sangat mendalam ketika semua dilepaskan olehnya, yang kemudian membuatnya menjadi sangat nyaman dengan apa yang baru saja terjadi. Diapun melihat kearah lelaki yang ditindihnya tersebut, ada perasaan puas dan nikmat terpancar dari wajah lelaki tersebut. Dia melihat lelaki itu tersenyum lembut kearah sembari tangannya mengelus pipinya,"You are mine, mas" ucap lelaki itu kepadanya.

Habibie hanya tersenyum sembari menyembunyikan perasaan yang sekarang sedang campur aduk karena senang dan bingung. Dia hanya bisa memeluk tubuh Alvan dengan sangat erat dan memberikan sedikit kecupan lembut pada bibir lelaki tersebut. Ada ketidakjelasan yang belum bisa diputuskan oleh hati dan pikirannya mengenai hubungannya dengan pria yang baru saja ditidurinya itu. Jika dihitung-hitung, entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan ini. Jika Alvan seorang wanita, mungkin dia sudah hamil sekarang. Untungnya dia pria, sehingga hubungan ini tidak akan membuahkan apa-apa, selain kenikmatan dan juga dosa terlarang. Terlebih hubungan seperti ini sangatlah najis, jika dipikir-pikir. Sebab hubungan ini menggunakan lubang 'itu', sebuah tempat yang bukan seharusnya menjadi tempatnya membuang seluruh cairan kenikmatannya itu.

Mas Habibie, Trainerku [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang