Cerita sebelumnya: Dan akhirnya, apa yang diinginkan oleh Habibie terwujud juga, meniduri Alvan tanpa perlu memaksanya. Walau cintanya ditolak, tapi setidaknya hubungan mulai berjalan lebih baik dari sebelumnya.
Harinya kini sudah berjalan seperti biasanya. Rutinitasnya yang lama sudah mulai kembali dikerjakan olehnya, termasuk pergi ke kantor dan bertemu kembali dengan rekan kerjanya yang sudah merindukan sosoknya dikantor. Banyak yang dari mereka tampak terkejut melihat keadaan Alvan yang sudah sangat berubah, beberapa dari mereka juga tampak meminta maaf karena tidak dapat menjenguk Alvan di rumah sakit karena lokasinya yang cukup jauh, termasuk atasannya langsung.
Setelah dicari tau, ternyata mereka semua dilarang oleh Mario untuk berkunjung dengan alasan untuk membiarkan dirinya istirahat sepenuhnya di rumah sakit. Itu sebabnya, mereka hanya mengirimkan berbagai titipan untuk Alvan yang selama ini selalu diterimanya di rumah sakit. Baik itu buah-buahan, surat tulisan tangan ataupun sekedar bunga untuk mengharumkan ruangannya melalui Mario. Tanpa disadari olehnya, ternyata orang-orang kantornya sangat peduli dengan dirinya yang tidak terlalu bergaul tersebut.
Setelah sambutan kecil dari teamnya dan orang-orang terdekatnya, dia kembali ke rutinitas pekerjaannya yang tampak sudah sangat menumpuk. Sedikit demi sedikit dia mulai menyusun langkah untuk menyelesaikan pekerjaannya tersebut, walau sampai akhir hari tidak selesai, tapi setidaknya rencananya sudah cukup matang untuk dijalankan olehnya. Tinggal menunggu waktu saja, toh pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang sulit untuknya untuk diselesaikan.
Ketika jam kerja sudah selesai, dia kemudian segera hendak berangkat pulang, tetapi langkahnya terhalang ketika Mario tiba-tiba sudah berada di samping mejanya,"Ayo pulang bareng, kaka anterin sampe kosan" ucap Mario dengan senyumannya yang khas. Alvan kemudian melihat kearahnya dan mengangguk pertanda setuju, toh hari ini dia juga tidak membawa kendaraannya sendiri jadi hitung-hitung hemat ongkoslah, pikirnya.
"Kita jalan dulu ya ke mall, udah lama kita ga jalan bareng, kamu mau ga?" ucap Mario sembari menyetir mobilnya ke arah mall.
"Boleh deh, aku juga pengen makan sushi, udah lama ga makan sushi" ucap Alvan.
"Kamu gimana hari ini? Merasa canggung atau bagaimana?"
"Enggak sih, biasa aja, cuman ya aku merasa kayak anak baru lagi aja setelah beberapa lama udah ga masuk. Kerjaan aku udah menggunung banget, jadi bingung sendiri harus mulai dari mana" jelas Alvan.
"Santai aja, semua pasti akan selesai pada waktunya. Tapi kamu ga kecapekan kan? Inget, kamu masih perlu banyak istirahat loh, kamu belum pulih total" ucap Mario dengan penuh perhatian kepada Alvan.
"Iya ka, aku tau kok. Aku juga ga bakalan porsir kerjaan aku kok, semuanya aku akan kelarin sedikit demi sedikit" ucap Alvan dengan lembut.
"Iya, baguslah kalau begitu" ujar Mario yang kemudian menadahkan tangannya di paha Alvan yang diam menikmati pemandangan di depannya.
Tangan itu tidak disingkarkan olehnya, dia membiarkan tangan itu tetap mengusap lembut pahanya. Sedetik kemudian, entah angin darimana, tangan Alvan kemudian menggenggam lembut tangan Mario yang berada diatas pahanya. Sontak saja hal itu membuat Mario terkejut, karena dia tidak menyangka Alvan akan berbuat demikian. Di saat itu, dia hanya tersenyum menikmati apa yang terjadi sekarang sembari mempercepat laju kendarannya. Menikmati momen yang sangat langka terjadi kepadanya.
Tak sampai beberapa lama, mereka kemudian sudah sampai di sebuah mall tempat mereka biasa berkunjung. Keadaan masih ramai seperti biasanya, terlebih pada waktu pulang kantor seperti ini, banyak orang yang berkunjung sekedar untuk makan malam. Begitu pula dengan Mario dan Alvan yang seketika mereka sampai di parkiran mall tersebut, mereka berdua langsung melangkahkan kaki ke sebuah restoran sushi yang cukup ternama di mall tersebut. Tak ada pembicaraan diantara keduanya, mereka hanya fokus ke jalan mereka masing-masing menuju restoran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Habibie, Trainerku [Finished]
RomantiekRATED 18+ Cerita ini hanya fiktif belaka, dimana terdapat berbagai adegan seksual sesama jenis yang diceritakan di dalamnya. Cerita ini tidak ditujukan untuk mencitrakan sebuah bidang pekerjaan tertentu, dimana cerita ini murni hanyalah sebuah fanta...