Cerita sebelumnya: Alvan merupakan seorang pria straight, dengan kondisi tubuh yang kurus, tinggi dan langsing jika dibandingkan dengan pria lainnya. Di kantornya, yang notabene berisikan laki-laki yang memiliki tubuh atletis bak binaragawan membuatnya sedikit tengsin kepada rekan kerjanya. Baru-baru ini kekasihnya juga menyindirnya karena tidak seperti lelaki idaman wanita pada umumnya, yang mampu untuk mengangkat beban berat dalam waktu yang lama dan memiliki tubuh yang atletis.
Lulus dari bangku perkuliahan merupakan sebuah langkah awal menuju dunia dewasa yang rumit dan penuh dengan ketidakpastian. Sebuah fase dimana kehidupan sudah tidak dapat bergantung pada siapapun juga, termasuk orang tua sendiri. Rasanya malu jika masih bergantung kepada orang tua, terlebih dengan usia yang sudah sangat matang dan siap untuk dunia kerja yang penuh politik dan intrik membuat dia semakin enggan untuk berlama-lama menganggurkan diri di dalam kamarnya.
Sebagai seorang sarjana teknik elektro, rasanya tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan di suatu tempat. Terlebih kampusnya merupakan pencetak para sarjana teknik elektro terbaik di negeri ini, yang pastinya dikejar oleh berbagai perusahaan besar dan ternama. Apalagi kampusnya dikenal dengan jaringan alumni dan cinta almamater yang kuat membuat banyak senior ataupun orang yang pernah satu kampus, terlebih satu jurusan, untuk menerimanya. Bisa dikatakan decking-nya sangatlah kuat untuk masuk ke berbagai institusi ataupun perusahaan yang dia inginkan.
Itu sebabnya, Alvan dapat diterima di perusahaan tempatnya bekerja sekarang ini sebagai perancang sistem sumber daya kelistrikan, karena rekomendasi dari senior kampusnya. Sangat kebetulan, seniornya itu mengenalnya dengan akrab semenjak malam inisiasi mahasiswa teknik elektro pada tahun pertama Alvan. Seniornya itu merupakan kakak pembimbingnya, yang bertugas untuk mengawasinya dan mengajarinya selama enam bulan penuh. Jadi sangatlah wajar jika seniornya tersebut memberikan rekomendasi penuh kepada Alvan agar team recruitment menerimanya bekerja di perusahaan ini.
"Gimana menurut kamu kantor kita? Kamu bakalan betah ga kerja disini?" tanya seniornya tersebut kepadanya, di suatu siang di kantin kantor.
"Eh kak, makan disini juga?" tanya Alvan balik kepada seniornya tersebut tanpa menjawab pertanyaannya.
"Iya nih, lagi pengen cumi sama udang goreng ibu kantin. Gimana kamu, ada masalah ga sama kerjaan?" tanya seniornya tersebut kepada Alvan.
"Um, sejauh ini belum ada sih kak. Tapi gatau deh ke depannya bakalan kayak gimana, aku juga lagi berusaha untuk mencoba beradaptasi di lingkungan yang bener-bener baru. Agak susah adaptasinya, karena orangnya beda-beda dan aku juga belum kenal banget" jawab Alvan dengan lugas kepada seniornya tersebut.
Seniornya tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantongnya,"Tenang, jangan terlalu dibawa stress, lama-lama kamu juga akan bisa beradaptasi di lingkungan yang baru. Nih, kaka kasih tau ya, satu team kamu itu orangnya woles semua. Cuman kamu harus punya hati yang tebel ya, karena bos kamu itu mulutnya pedes banget dan gabisa di rem kalau lagi emosi, jadi tebelin hati sama muka aja kalau ngadepin emosi dia" ucap seniornya tersebut kepadanya sembari tersenyum.
"Oke kak, makasih infonya. Ngomong-ngomong, yang dari kampus kita cuman kita berdua doang ya kak, ga ada senior lainnya" tanya Alvan dengan wajah penuh penasaran.
"Hm, setau kakak sih ada beberapa, cuman memang angkatan tua banget. Yang beda setahun sampe tiga tahun agak jarang sih, karena memang proses recruitmentnya ga tentu ada setiap tahunnya. Tapi ya, seinget kaka, owner perusahaan kita itu alumni jurusan kita loh. Dulu sebelum dia bangun perusahaan ini, dia bangun pabrik baterai dulu. Tapi katanya usahanya ga jalan karena kebentur regulasi akhirnya dia bikin deh perusahaan kita yang sekarang, dibikin sampai semaju ini sama beliau" jelas seniornya tersebut kepada Alvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Habibie, Trainerku [Finished]
RomanceRATED 18+ Cerita ini hanya fiktif belaka, dimana terdapat berbagai adegan seksual sesama jenis yang diceritakan di dalamnya. Cerita ini tidak ditujukan untuk mencitrakan sebuah bidang pekerjaan tertentu, dimana cerita ini murni hanyalah sebuah fanta...