Ch. 6 | Markus

4.9K 223 9
                                    

Cerita sebelumnya: Alvan POV mengenai kejadian yang baru menimpanya. Kejadian yang baru saja terjadi di bilik mandi sungguh di luar dugaannya. Hal tersebut membuatnya menjadi murung dan lebih pendiam dari biasanya, yang membuat Mario menjadi penasaran atas apa yang menimpanya tersebut. Mario akhirnya mendapatkan jawaban dari Alvan setelah berhasil membujuknya untuk cerita mengenai kejadian tersebut, ketika mereka makan berdua di luar kantor.

Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Alvan membuat Markus kebingungan, terlebih hal tersebut adalah sesuatu yang menyangkut Habibie. Dirinya yang merasa lebih mengenal Habibie lebih dulu dibandingkan Alvan merasa ucapan lelaki tersebut hanyalah sebuah bualan dan omong kosong belaka. Tetapi sayangnya, Alvan bukanlah seorang pembual ataupun pria yang memiliki reputasi sebagai pemutar balik fakta. Dia selalu mengucapkan apa yang ada di pikirannya secara langsung, jelas, padat dan benar.

'Enggak, bukan itu. Tempat itu banyak gay-nya, risih gua digodain sama gay disitu, apalagi ownernya' ucapan Alvan tersebut terngiang-ngiang di kepalanya. Dia berusaha untuk merunuti setiap kata yang diucapkan oleh Alvan tersebut, mencari arti sebenarnya dari kalimat tersebut. Namun, semakin dia berusaha untuk mengerti, semakin dia sulit untuk memahami apa yang dimaksud oleh lelaki tersebut. Dari ekspresi lelaki tersebut, dia seperti mengejek tempat tersebut dengan sangat hina, namun ada sebuah kesedihan yang tergambar di dalamnya. Cara Alvan mengucapkannya lain dirasa olehnya, ada sebuah emosi serta amarah yang ditahan namun disaat yang bersamaan merasa malas untuk memperpanjang pembahasan tersebut.

Jika bukan karena tiba-tiba Mario datang dan memeluk Alvan dari belakang, mungkin dia akan langsung menanyakan maksud dari ucapan Alvan tersebut. Tetapi melihat mood-nya yang sedang tidak baik, serta tempat dan juga keadaan yang tidak memungkinkan membuat dirinya harus menahan berbagai pertanyaan yang ada di kepalanya tersebut. Dia catat baik-baik semua pertanyaan yang ada dan kemudian dia simpan di dalam kepalanya.

Niat awalnya yang hanya berkunjung sebentar ke mall ini juga tiba-tiba berubah tatkala Gary mengatakan bahwa dia melihat Mario dan Alvan berciuman di dalam mobil, ketika dirinya sedang berada di parkiran kantor. Hal ini membuat Markus menjadi penasaran dengan kisah sebenarnya dari apa yang disaksikan oleh Gary, temannya tersebut.

"Gua abis liat mereka ciuman tadi di mobil" ucap Gary dengan nada yang lugas dan wajah serius ketika Alvan dan Mario sudah berada cukup jauh dari mereka.

"Huh?!" ucap Markus bingung dan terkejut secara bersamaan.

"Iya, lu ga percaya sama gue?" ucap Gary sambil menatap tajam ke arah Markus.

Markus yang terkejut hanya tersenyum tipis dan kemudian mulai berjalan ke arah yang berlawanan dari arah Alvan dan Mario berjalan. Dari belakangnya, Gary mengikutinya dan berusaha menyusulnya di samping,"Gua sih percaya aja, cuman gua agak terkejut sih dengan omongan lu barusan" ucap Markus pelan ketika Gary sudah berada di sampingnya dan cukup dekat untuk didengar olehnya.

"Sama, gua juga awalnya ga percaya sama mata gua sendiri. Cuman pas gua ngeliat mereka pegangan tangan di dalam mobil, gua udah langsung ambil kesimpulan pasti ada sesuatu diantara mereka berdua" ucap Gary sembari berjalan beriringan dengan Markus.

Keduanya kemudian hening sambil berjalan mengitari pusat perbelanjaan dan melihat-lihat berbagai toko pakaian yang mereka sedang menawarkan berbagai promo. Di kepala Markus, ada sebuah pertanyaan yang harus dicari tau olehnya, namun apa yang diucapkan Gary tersebut juga menarik untuknya,"Sesuatu itu apa?" tanya Markus pelan ketika mereka sedang menelusuri sebuah lorong di toko baju ternama.

"Ya, mereka pacaran, apalagi" ucap Gary dengan lugas.

"Hmm, lu yakin?" tanya Markus dengan nada yang penuh tanya.

Mas Habibie, Trainerku [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang