Cerita sebelumnya: Mario bertemu dengan Andro di club malam. Pada awalnya, mereka berdua hanya seorang kenalan yang dipertemukan oleh salah seorang teman Mario, yang ternyata sepupu dari dari temannya tersebut. Tak ada yang asing diantara keduanya, namun kemudian keduanya jatuh ke dalam jurang kenikmatan yang tak seharusnya.
Suasana mall tersebut tampak ramai seperti biasa, dimana banyak orang yang berlalu lalang mencari berbagai macam produk yang mungkin sedang dibutuhkan oleh mereka, atau mungkin hanya sekedar berjalan-jalan melihat berbagai barang dagangan yang terpampang di setiap sudut mall ini. Sama seperti Mario dan Alvan, mereka berdua adalah salah satu bagian dari orang-orang yang berada mall tersebut untuk mencari sesuatu, yang sebenarnya sedang dibutuhkan oleh Mario seorang. Mereka berdua berjalan menyusuri setiap lorong mall ini sembari bercakap-cakap, mengenai banyak hal seperti tentang pekerjaan kantor, bisnis maupun kondisi ekonomi yang sekarang ini terjadi. Di sepanjang jalan, ada beberapa toko yang dihampiri oleh mereka berdua, yang mana semuanya adalah toko pakaian. Mereka berdua melihat-lihat kesana kemari, berusaha mencari sesuatu yang mungkin dibutuhkan oleh Mario.
Hal itu mereka lakukan mulai dari lantai dasar sampai naik terus ke lantai berikutnya, "Eh, kamu nyium sesuatu ga sih?" ucap Mario ketika mereka sedang berjalan di koridor pusat makanan. Alvan kemudian melirik ke arah Mario dengan tatapan bingung,"Bau apa dulu nih kak? Lagian inikan tempat makan, yang pasti sih aku nyium bau makanan" ucap Alvan dengan lugas.
"Iya, kaka tau bau makanan, tapi masa kamu ga kenal sama bau yang ini" ucap Mario dan kemudian berhenti di depan sebuah tempat makan.
Alvan kemudian ikut mencium bau yang keluar dari tempat tersebut sebelum melihat sepenuhnya tempat itu,"Hmm, kayaknya aku kenal deh sama bau ini" ucap Alvan dengan wajah yang sumringah. Sebuah senyum kemudian terlepas dari wajahnya ketika dia melihat tempat makan yang ada di depannya tersebut,"Lho ternyata Soto Lamongan Budi sekarang udah ada di mall ya, luar biasa bisnis pak Budi" ucap Alvan sambil tersenyum lebar ke arah Mario.
Mario merasakan sebuah kebahagiaan melihat senyum Alvan tersebut, terlebih setelah melihat wajah kecutnya selama beberapa hari ini membuatnya merasa menang karena mampu mengubah suasana hati pria tersebut,"Nah, akhirnya kamu senyum selebar itu juga, kamu jadi makin ganteng kelihatannya" ucap Mario sambil menyentuh kepala Alvan dan kemudian menepuk pundaknya.
Alvan hanya bisa tersipu malu dipuji oleh Mario seperti itu, wajahnya sedikit merona dan kupingnya mulai memerah,"Apaan dah, ngaco" ucap Alvan mengalihkan percakapan.
Mario kemudian tersenyum,"Yaudah kamu mau makan ini ga? Kamu pasti udah kangen kan sama Soto Lamongan Budi ini?" ucap Mario dengan senyum yang mengembang.
Alvan kemudian mengangguk menyetujui ajakan Mario tersebut,"Kaka, udah tau lama ya tempat soto ini buka di mall ini?" tanya Alvan kemudian.
"Enggak kok, kayaknya baru kemarin deh, itu juga karena kaka inget betul apa yang kamu suka pas kuliah dulu, kan kita berdua sering banget makan soto ini habis belajar bareng" ucap Mario dengan antusias.
"Iya, ini makanan punya nilai nostalgia tersendiri buat aku, ada banyak rasa selain rasa enak yang ada di soto ini yang ga bisa aku jelaskan" ucap Alvan kemudian.
"Iya, kaka juga merasakan hal yang sama dan justru aku merasakan soto ini tuh luar biasa enaknya, apalagi kalau aku makan soto ini bersama dengan orang yang menurut aku spesial, kayak kamu contohnya" ucap Mario dengan sedikit menggoda.
"Uwekk" ucap Alvan sambil menirukan sedang mual,"Gombal parah, besok-besok ajak cewek kaka deh pasti dia langsung klepek-klepek sama gombalan barusan" ucap Alvan dengan tersenyum kepada Mario.
Mario hanya tersenyum lebar,"Yaudah, kita makan yok, sebelum antriannya semakin panjang" ucap Mario sembari merangkul bahu Alvan menuju tempat soto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Habibie, Trainerku [Finished]
RomanceRATED 18+ Cerita ini hanya fiktif belaka, dimana terdapat berbagai adegan seksual sesama jenis yang diceritakan di dalamnya. Cerita ini tidak ditujukan untuk mencitrakan sebuah bidang pekerjaan tertentu, dimana cerita ini murni hanyalah sebuah fanta...