Ch. 18 | Special

3.9K 170 8
                                    

Cerita sebelumnya: Alvan menyadari kehadiran Habibie di dekatnya, dimana dia masih merasa risih terhadap lelaki tersebut. Namun, kebenaran tentang pengorbanan Habibie terungkap karena cerita seorang suster yang merawat Alvan selama beberapa hari di rumah sakit.

Dengan wajah penuh riang gembira, Mario dan Jenifer mengunjungi Alvan untuk kesekian kalinya. Namun kali ini, ada perasaan positif yang membuncah didalam hati mereka berdua. Tidak dapat dipungkiri senangnya hati mereka manakala melihat Alvan sudah mulai pulih dari sakitnya, dimana dia sudah dapat duduk sendiri dan makan sendiri. Terlebih setelah beberapa hari tidak dikunjungi, progress penyembuhan Alvan terasa sangat cepat dari yang diperkirakan. Wajahnya juga sudah mulai lebih cerah, tubuhnya juga sudah mulai lebih berisi sejak dia datang berkunjung terakhir kalinya.

"Wah, udah bisa sarapan sendiri ya, hebat kamu van" ucap Mario dengan riang gembira sembari membuka tangannya hendak memeluk Alvan. Lelaki itu tidak menolak untuk dipeluk oleh Mario, terlebih dirinya juga sudah terbiasa untuk dipeluk seperti itu olehnya. Alvan dapat melihat wajah bahagia mereka berdua dengan jelas,"Iya kak, puji tuhan udah agak mendingan sekarang, ini semua berkat usaha dan doa kalian juga" ucap Alvan dengan bijak membalas ucapan Mario tersebut.

"Iya sama-sama, kamu makin cepat pulih ya, jangan betah-betah di rumah sakit" ucap Mario sembari meletakkan tangannya ke dalam kantung celana panjangnya. Di tempat lain, Jenifer yang membawa bingkisan berupa buah sedang membuka bingkisan tersebut dan mengambil buah jeruk mandarin yang ada di dalamnya,"Ayang, ini ada bingkisan dari kita berdua, aku kupasin ya jeruknya buat kamu" ucap Jenifer sembari membuka jeruk tersebut.

"Iya, ini kita bagi-bagi aja, takut ga habis Jen. Sayang buah segini banyak enggak habis nantinya, ka Rio bantu aku makan ini juga kak, ayo" ucap Alvan sembari menerima buah jeruk yang sudah dikupas oleh Jenifer.

"Oke-oke, tapi kamu habisin dulu bubur kamu itu, sebelum dingin. Nanti kalau kamu udah selesai makan, baru kaka bantu untuk makan buahnya" ucap Mario sembari melihat ke sekeliling ruangan.

Alvan kemudian melanjutkans sarapannya sampai tersisa satu suap lagi, ketika di suapan terakhir, dia kemudian melayangkan sebuah pertanyaan yang tidak disangka oleh Mario,"Ka Mario, sejak kapan Habibie merawat aku?" tanya Alvan dengan nada penuh tanya.

"Mas Habibie yang badannya bidang itu ya?" celetuk Jenifer yang sedang mengupas buah pir yang dibawa oleh mereka. Mendengar ucapan Jenifer, Alvan melayangkan tatapan terkejut ke arahnya,"Kok kamu bisa kenal dia? Apa yang terjadi sebenarnya sih?" ucap Alvan yang kemudian diiringi sakit kepala yang hebat.

"Tuh kan, kamu sih mikir yang aneh-aneh, kepala kamu jadi pusing kan. Udah kamu istirahat lagi aja, jangan dipaksakan, kamu akan tau pada saatnya juga" ucap Mario kepada Alvan sembari membaringkan kepala lelaki tersebut.

"Aku ga akan bisa tenang ka, apalagi kalau kalian masih menyembunyikan banyak hal dari aku. Dan sebagai catatan, aku paling tidak suka kalau ada sesuatu yang disembunyikan dari aku, apalagi kalau ada yang bohong samaku, aku sangat benci" ucap Alvan dengan nada yang sangat tegas.

Mario hanya melenguh panjang, dimana Jenifer juga melihat ke arah Mario dengan muka yang penuh tanda tanya karena dia tidak mengikuti dan memahami arah pembicaraan mereka berdua yang seperti melemparkan isyarat satu sama lain. Setelah pertimbangan yang panjang, akhirnya Mario memberanikan dirinya untuk mengungkapkan apa yang disembunyikannya selama ini.

"Jadi begini, sebelum kaka menceritakan apa yang terjadi, ada baiknya seorang pendengar yang baru mengetahui latar belakang kejadiannya terlebih dahulu. Jen, Alvan itu benci sama Habibie karena dia sering ngejahatin Alvan. Kalau mau ditanya kejahatannya seperti apa, kaka ga bisa jelaskan, tapi intinya dia memang sering ngejahatin Alvan, udah itu latar belakangnya yang perlu kamu tau. Kalau kamu tau panjangnya, kamu bisa tanya Alvan ya" ucap Mario kepada mereka berdua.

Mas Habibie, Trainerku [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang