Ch. 19| Perpisahan

3.3K 155 3
                                    

Cerita sebelumnya: Ada sedikit pergolakan batin Alvan dengan orang-orang di sekitarnya, dimana dia tidak dapat mengerti dengan apa yang terjadi. Mario yang sekarang selalu berada di dekatnya juga mengungkapkan kebenaran mengenai pengorbanan Habibie tersebut.

Tanpa disadari, waktu telah berjalan terlalu cepat.

Semua yang semula hilang mulai kembali ke keadaan semula, walau semuanya tidak berjalan sempurna seperti yang kita inginkan, namun setidaknya keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, lambat laun apa yang patah dapat disambung kembali, apa yang hilang dapat ditemukan kembali, apa yang rusak sudah dapat dibenahi. Sebab, tak selamanya yang hilang akan terus hilang. Apa yang patah, tak selamanya tidak dapat disambung kembali. Dan setiap satu yang rusak, pasti akan muncul sebuah solusi untuk memperbaikinya. Yang sebenarnya, entah kapan akan terjadi.

Setidaknya, itulah ide yang ditanamkan oleh Jenifer di dalam benaknya. Hari demi hari, dia mulai dengan sangat rajin untuk merawat Alvan yang masih dirawat di rumah sakit ini. Dia memastikan bahwa lelaki itu benar-benar ada yang mengurus, selain Habibie, teman lelakinya tersebut. Tak banyak yang diketahui oleh Jenifer tentang Habibie, sebab lelaki itu tampak cukup dingin kepadanya, walaupun di beberapa kesempatan dia berusaha untuk mencairkan suasana ketika bersama dengannya.

Jenifer harus tahan banting dan kuat mental untuk menghadapi Alvan yang tampak mulai benar-benar berubah kepada dirinya. Pria itu sudah sangat jelas menunjukkan ketidakpeduliannya, terlihat dari raut wajah serta aura yang dirasakan olehnya ketika dia berkunjung untuk menjenguk dan sekedar merawat Alvan di ruangan tersebut. Diapun harus tabah dengan sikap dingin Alvan yang semakin menjadi-jadi, dimana dia sudah dianggap seperti patung hidup yang menjadi housekeeping nya selama di rumah sakit ini.

Tak ada pembicaraan yang berarti diantara mereka berdua, selain ketika Alvan menyuruh Jenifer ini dan itu, sesuka hatinya. Jika dipikir-pikir, terlalu kejam rasanya diperlakukan demikian, terlebih dirinya bukanlah seorang housekeeping ataupun asisten pribadi. Status mereka masih dalam hubungan pacaran, tidak ada kata putus yang disepakati oleh kedua pihak. Dan diperlakukan demikian membuat dirinya lama-lama menjadi gerah juga. Kepercayaan dirinya untuk merebut hati Alvan kembali sedikit demi sedikit mulai menipis, gairahnya untuk bangkit kembali sudah hampir nol dan tampaknya Alvan sudah benar-benar menutup mata dan hatinya kepadanya.

"Apa lagi yang harus aku lakuin ya ka? Aku udah bingung banget. Dia udah ga bisa diajak ngomong serius, mukanya aja udah jutek banget kalau aku datang kesini. Kerasa banget perbedaannya sama yang dulu, pas kita masih bareng-bareng" keluh Jenifer kepada Mario ketika mereka sedang menunggu di luar ruangan kamar tersebut.

"Terus kamu mau gimana? Kamu mau udahan sama dia? Segitu doang perjuangan kamu buat dia?" ucap Mario dengan memborbardir Jenifer dengan berbagai pertanyaan yang menggesek perasaan tersebut.

"Enggak sih kak, aku ga mau nyerah sekarang, aku masih mau mendapatkan hati dia kembali kayak yang dulu. Tapi dia kayak gitu ka, cuek banget sama aku" ucap Jenifer dengan nada yang bergetar menahan tangis.

"Salah kamu sendiri, ngapain kamu selingkuh. Kalau kamu gak selingkuh, kejadiaannya ga pernah sampai sejauh ini kan" ucap Mario dengan sangat lugas.

Akhirnya air mata itu tidak dapat terbendung lagi di pelupuk matanya.

"Ta-tapi, a-aku, aku udah minta maaf kan kemarin" ucap Jenifer sembari menahan tangisnya ketika merenungi apa yang diucapkan oleh Mario tersebut.

"Ga semudah itu Jen, andaikan maaf dapat menyelesaikan segalanya, kita udah ga perlu lagi yang namanya hukum atau lainnya lah. Anggap aja ini adalah sebuah hukuman dan juga ujian mental buat kamu, dimana kamu udah harus sering instrospeksi diri lagi sama yang udah kamu lakukan dan yang akan kamu lakukan. Termasuk kalau kamu masih punya rasa sama simpanan kamu itu. Lebih baik kamu pertimbangkan lagi apa yang sudah kamu lakukan dan tau sampai sejauh apa kamu harus berkorban, jangan sampai kamu udah daki gunung yang tinggi tapi ternyata hasil akhirnya ke samudera" ucap Mario dengan sangat lugas kepadanya.

Mas Habibie, Trainerku [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang