Cerita sebelumnya: Alvan masih sedikit merasa risih dengan kehadiran Jenifer yang ikuti mengurusinya di rumah sakit. Mario yang masih berusaha untuk mendekatkan Jenifer kembali kepada Alvan merasa kewalahan dengan emosi Alvan yang masih tidak stabil. Oleh karena keadaan tempramen yang masih belum baik, akhirnya Alvan mengeluarkan segala yang ada di benaknya.
Tak ada yang menyangka bahwa akhirnya akan menjadi seperti ini pada akhirnya. Hubungan yang sudah dibina bertahun-tahun harus kandas hanya karena kasus perselingkuhan seorang diantara keduanya. Tak ada yang dapat menerima dengan mudah sebuah perselingkuhan, dimana melibatkan sebuah kebohongan dan romansa di dalamnya. Jika dia sudah tidak jujur dengan perasaannya sendiri, bagaimana dia akan jujur dengan pernikahannya nanti. Dia tidak mau, di masa depan nanti akan ada korban lain yang akan terdampak besar akibat pertengkaran yang timbul akibat perselingkuhan itu.
Cukup lega akhirnya dia melepaskan apa yang menggantung selama ini di hatinya. Tak ada yang mengira bahwa melepasnya akan terasa seringan ini. Jika tau begini, dari kemarin seharusnya dia sudah melepasnya. Namun, mungkin kemarin-kemarin bukanlah sebuah waktu yang ditakdirkan untuk melakukan hal tersebut. Pada ujungnya, di tetap merasa lebih baik dan merasa bahwa keputusannya tersebut sudah sangat tepat untuk mereka berdua.
Waktu yang ditunggu sudah tiba pada akhirnya. Semuanya sudah kembali dengan keadaan yang baik, seluruh sakitnya sudah tersembuhkan, semua luka sudah mulai mengering dan keadaan emosinya juga sudah lebih stabil dari sebelumnya. Untuk itu, dia akhirnya diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya keesokan harinya. Mario yang bersama dengannya di ruangan ini, sedari tadi sibuk untuk mempersiapkan kepulangannya. Mulai dari urusan administrasi hingga packing barang-barang yang dibawa olehnya. Cukup banyak juga yang dibawanya, sehingga dia harus bolak-balik mengantarkan barangnya ke mobil.
"Akhirnya, aku pulang juga kak" ucapnya kepada Mario dengan sangat tenang sembari memainkan ponselnya diatas kasur.
"Iya, akhirnya. Jadi ga perlu repot deh bolak-balik buat urusin kamu, sekarang lebih gampang karena bisa ngurusinnya di kostan" ucap Mario dengan lugas sembari membereskan beberapa barang di samping kasur.
"Aduh, aku nyusahin banget ya ka. Maaf banget ya ka udah ngerepotin kaka buat ngurusin aku, ga ada maksud yang jahat kok kak" ucapnya dengan nada memohon.
"Ey, aku cuman bercanda doang kok. Aku ga pernah merasa kerepotan kok van. Justru kaka senang bisa terus bareng sama kamu, walau kamunya cuman bisa baring-baring di kasur doang sih" ucap Mario dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Susah ga ngurusin aku?" tanya Alvan dengan singkat.
"Cukup susah, ibaratkan lagi ngurus tapi versi babon nya. Banyak mau kadang, moodnya juga ga teratur, udah gitu suka nangis lagi malem-malem" ucap Mario kepadanya.
"Ya maaf ka, bukan aku sengaja, cuman entah kenapa selama pengobatan ini, jadi banyak hal yang aneh terjadi sama aku. Mood aku bisa naik-turun ga jelas gitu, di satu waktu kadang aku marah banget tapi kemudian tiba-tiba aku bisa senangnya minta ampun. Apa itu pengaruh obat kali ya?" tanya Alvan kemudian.
"Mungkin van. Itu bisa jadi sih, terlebih psikologi kamu juga mungkin terguncang karena berbagai hal yang terjadi sama kamu. Batin kamu ga bisa menerima, perasaan kamu juga terluka, jadinya badan kamu ya menyesuaikan dan mencari cara untuk memperbaiki apa yang sudah rusak sebelumnya" ucap Mario dengan bijak.
"Bisa jadi sih. Terlebih banyak hal baru yang harus aku sesuaikan juga untuk kehidupan aku sekarang. Sangat banyak malah, sampe-sampe aku kewalahan untuk memilah mana yang harus diutamakan terlebih dahulu" ucap Alvan kemudian.
"Tapi sekarang sudah mulai bisa teratur kan? Buktinya semua sudah menjadi lebih baik kaka lihat"
"Iya, bener kak. Entah kenapa, melepaskannya yang aku pikir begitu berat pada awalnya, sekarang justru menjadi pemicu kebahagiaan aku. Apa selama ini yang menjadi bibit semua penyakit ini dia ya kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Habibie, Trainerku [Finished]
RomanceRATED 18+ Cerita ini hanya fiktif belaka, dimana terdapat berbagai adegan seksual sesama jenis yang diceritakan di dalamnya. Cerita ini tidak ditujukan untuk mencitrakan sebuah bidang pekerjaan tertentu, dimana cerita ini murni hanyalah sebuah fanta...