Ch. 11 | Kebenaran Yang Terungkap

3.7K 200 10
                                    

Cerita sebelumnya: Mario merasa rapuh ketika dia mengetahui bahwa Alvan tidak memiliki sedikitpun rasa kepadanya, hal ini membuat dirinya menjadi gundah gulana. Itu sebabnya, dia kembali ke tempat itu bersama dengan Andro dan menghabiskan malam dengannya.

Hari sudah cukup siang, ketika dia bangun dari tempat tidurnya. Tubuhnya terasa sangat letih ketika dia membangunkan dirinya dari tempat tidur ini, sebuah bunyi juga keluar dari tubuhnya ketika dia sedang merenggangkannya. Sinar matahari sudah memasuki ruangan kamar itu, yang berarti bahwa sudah waktunya untuk bersiap-siap untuk bekerja. Dengan sedikit malas, dia menuju sebuah meja yang terdapat botol yang berisikan air minum. Dengan cepat, dia segera menghabiskan air tersebut sampai benar-benar habis.

Dia lantas mengambil handphone yang berada di samping tempat tidurnya, hendak melihat sudah jam berapa sekarang ini. Namun, ketika dia melihat layar tersebut, ada sebuah pesan whatsapp dari nomor yang tidak dikenali olehnya. Diapun merasa aneh dengan nomor tersebut, karena dia sama sekali belum pernah membagikan nomornya kepada orang yang tidak dia kenal. Dengan penasaran, dia kemudian membuka pesan tersebut.

Dirinya merasa sangat terkejut dengan pesan yang diterimanya tersebut. Dia terduduk lemas sembari menyaksikan apa yang sedang terjadi di layar handphonenya tersebut. Tak ada sedikitpun dia menyangka akan mendapatkan pesan seperti ini, di pagi hari seperti ini. Terlebih, dia baru menyadari seseorang yang dekat dengannya ternyata satu jenis dengan orang yang melecehkan dirinya tempo hari. Dia hanya bisa menunduk lemas, menyadari kebodohan yang dia miliki dan kepolosannya ketika bersama dengan orang tersebut.

Ternyata, selama ini omongan orang tersebut hanyalah bualan untuk mendapatkan apa yang diinginkan olehnya. Dia pikir, semua tindakan yang dilakukan oleh lelaki tersebut merupakan tindakan yang tulus dari seorang kaka kepada adiknya. Namun, ketika melihat sesuatu yang ada di layar handphonenya tersebut, semuanya berubah secara spontan di pikiran kepalanya. Dia merasa bahwa dirinya adalah seorang korban dari pria cabul yang dianggapnya seorang sahabat tempatnya berbagi dan meluapkan semua emosinya.

Dia merasa dirinya ditipu mentah-mentah oleh orang tersebut dan terlalu bodoh untuk menyadarinya. Tanpa sadar, setitik demi setitik air matanya mulai mengalir dari pelupuk matanya tersebut. Tak ada lagi yang dapat dia katakan, semuanya terpampang jelas di layar handphonenya tersebut. Seniornya, Mario, yang dianggapnya sebagai kaka, sahabat dan teman ternyata seorang gay, yang bahkan melakukan hubungan tersebut tanpa dia sadari. Yang disesali hanyalah kenapa dia tidak menyadari hal tersebut dari awal, kenapa baru sekarang dia sadar. Pantas saja lelaki tersebut selalu ingin menyentuhnya, memeluknya dan terlalu romantis kepadanya, lebih dari yang dilakukan oleh pria biasa lainnya kepada temannya.

"Kak, kaka kenal sama Andro?" tulisnya di pesan whatsapp dan langsung mengirimnya kepada Mario. Sesaat kemudian, lelaki tersebut langsung membaca dan membalasnya,"Iya, dia teman kaka, kamu kenal dia juga?" tanya lelaki tersebut di badan pesan tersebut.

"Yakin temen?"

"Iya, emang kenapa, kamu kok aneh nanya-nanya begitu van?"

"Yang aneh sih sebenarnya disini kaka, diakan cowok, kenapa kaka harus ngeseks sama dia?" tulis Alvan dengan sedikit menahan emosi yang sudah membubung tinggi.

"Maksud kamu?" jawab Mario dengan sangat gugup.

Tiba-tiba Alvan mengirimkan sebuah video ketika dirinya dengan Andro sedang melakukan hal tersebut, beberapa hari yang lalu. Dia tidak menyadari bahwa Andro merekam mereka berdua melakukan hubungan intim dan lantas mengirimkannya kepada Alvan, seorang pria yang begitu dicintainya.

"Kaka bisa jelaskan van, kamu harus denger kaka dulu ya" tulis Mario dengan emosi yang campur aduk, antara marah, ketakutan dan juga kesedihan.

"Udahlah ka, gausah dijelasin lagi, semuanya udah jelas kan. Jujur, aku kecewa sama kaka karena ga jujur samaku di waktu kemarin. Cuman, memang dasar akunya goblok sih, jadinya begini kan. Urusin aja pacar kaka, sebelum aku diteror lagi kayak gini. Ga demen juga aku ngeliat kalian berdua ngeseks kayak gitu, dasar homo bajin***" tulis Alvan sambil berlinang air mata. Sebuah tulisan yang sangat menyakitkan baginya dan juga orang yang membacanya, tulisan itu menyakiti mereka berdua dengan level sakitnya masing-masing. Namun kenyataan sudah seperti demikian. Semuanya sudah terjadi dan terbukti dengan fakta mendukung yang tak dapat disanggah, tinggal mencari cara bagaimana melewati masa peralihan yang cukup sulit seperti ini.

Mas Habibie, Trainerku [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang