1.4 : REMEMBER

2.4K 263 27
                                    

Jimin duduk dengan kepala tertunduk dibawah salah satu pohon besar. Deru angin sore menyapanya, tapi dia tak peduli. Ingatan-ingatan itu mulai kembali ke permukaan, mengingatkannya pada luka yang tak pernah bisa dimaafkan sampai kapanpun. Matanya terpejam, berusaha meredam semua kekesalan dalam hidupnya. Namun agaknya dia malah teringat hal yang menyesakkan untuknya saat ini. Terlebih ketika dia mendengar penjelasan langsung dari adiknya, pangeran Taehyung.

Dia cukup terkejut saat adik ke-duanya bercerita mengenai kebenaran yang selama ini tak mereka ketahui. Memang mereka salah, bahkan Jimin sempat berkeinginan tuk meminta maaf pada adik terakhirnya, sayangnya tak bisa ia lakukan.

Jari-jari putihnya memijat pelan pelipis yang terasa pening. Hembusan napas berat berkali-kali ia lakukan. Sesak rasanya ketika kejadian malam itu kembali terulang. Malam dimana mereka melakukan aksi kejamnya, tanpa belas kasih. Seakan mereka tidak memiliki hubungan apapun satu-sama-lain. Yang ada hanyalah ambisi besar namun menyakitkan.

“Kau yakin dia sudah berada dibawah mantra mu?”

“Aku... ya-yakin!”

“Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“Memang apalagi? Tentu kita harus mengikuti setiap kata yang tertulis pada buku kunci elemen. Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja! Aku jamin itu, sungguh!”

“Bagaimana jika gagal?”

“Kita harus berpikir positif! Itu salah satu cara agar kita berhasil. Dengar, setelah ini kita akan membuat formasi elemen segitiga A, aku sebagai angin, Jimin sebagai api, dan kau, Taehyung sebagai air. Kita akan mengerahkan semuanya demi mimpi ini! Aku jamin tidak ada orang yang mengintai kita disini, Ayah juga takkan mengetahui hal ini.”

“Apa kau yakin? Maksud ku, Jung--,”

“Dia adik kita!”

“Aku tau! Sangat tau! Aku juga menyayanginya! Tapi apa yang bisa kulakukan?! Ini semua salah ambisi kita! Aku tidak ingin melakukan ini, tapi kalian tau sendiri, suatu saat akan tiba waktu dimana kita saling berduel.”

“Benar, baiklah anggap saja semua ini akibat dari ambisi masing-masing. Setelah semua ini berlalu, aku berjanji bahwa aku akan menjaganya sampai kapan-pun! Menjadi tamengnya, karena setiap perbuatan yang dilakukan akan mendapat balasannya suatu hari nanti. Saat itu tiba, aku 'kan selalu menjadi tamengnya.”

“Aku setuju. Tunggu semua ini berlalu. Kita akan baik-baik saja, seperti semula!”

“Baik, sudah cukup. Mari kita mulai. Ingat! Jangan ada satu kesalahanpun!”

Setelah kejadian malam itu berlalu, mereka mengucilkan adik terakhir selama 21 hari. Satu minggu pertama mereka menjauhi Jungkook agar adiknya bisa pulih lebih cepat, karena aksi 'perampasan kekuatan' nyaris membuat Jungkook tewas. Makanya semakin mereka menjauh, maka Jungkook semakin aman. Tujuannya agar tubuh Jungkook tidak merasakan hawa elemen mereka bertiga--Namjoon, Jimin, dan Taehyung.

Minggu ke-dua mereka masih menjauhi Jungkook karena mereka belum berani menampakan wajah masing-masing. Sebab mereka merasa bersalah, malu, dan enggan bertemu dengan adik polos mereka yang saat itu baru berumur 10 tahun. Sangat disayangkan, untungnya Jungkook belum tau banyak tentang masalah elemen, perampasan kekuatan, serta putra mahkota.

Hingga minggu ke-tiga datang, masih sama seperti dua minggu terakhir. Mereka mulai menyibukan diri dengan ikut serta kegiatan dalam istana. Mulai dari; latihan perang, meningkatkan level, menguji daya tahan tubuh, dan lainnya. Sampai rasa bersalah kian menghilang seiring berjalannya waktu.

Who Will Be The Queen? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang