2.2 : DEBATE

1.8K 260 20
                                    


2.2 : DEBATE

Siapa yang bisa menduga, bahwa sosok sang Lalice Adelicia Athela bisa duduk dengan begitu angkuhnya di singgasana sang ratu—Irene. Sementara Irene sendiri malah terduduk disalah satu kursi yang disediakan khusus untuk para menteri. Di dalam aula tak ada siapapun terkecuali anggota keluarga kerajaan asli, termasuk untuk prajurit dan pelayan.

Itu sengaja, sebab Lalice yang menyuruh mereka keluar. Sehingga hanya tersisa dirinya, kedua ibunya, kakak-kakaknya, Seokjin dan terakhir, Jungkook. Mereka duduk rapih, saling memandang dalam diam, menunggu salah satu dari mereka berbicara.

Lalice semakin menuaikan senyumannya, mata tajamnya berkelana pada setiap ujung dinding aula megah ini. Dimana dia sangat ingat akan masa kecilnya, ketika dia dipermalukan oleh Irene didepan para menteri dengan menanggapnya sebagai anak seorang pelayan. Sungguh miris masa kecilnya itu. Tapi sekarang, lihatlah semuanya berputar seiring berjalannya waktu. Tidakkah Lalice terlalu baik hati dengan mengeluarkan seluruh penjaga maupun pelayan yang ada di istana ini?

Rupanya sang kakak masih membenci kehadiran Lalice, yang masih menganggap jika Lalice adalah 'pembawa sial'.

"Berapa lama kau akan teus tersenyum seperti orang kesetanan?! Apa tujuanmu menggurung kami?!" Jennie memberontak.

Memang benar adanya, Lalice telah mengurung semuanya selama semalaman. Tanpa memberi makan maupun minum atau membiarkan mereka istirahat. Jadi, mereka hanya duduk diam saja. Menyiksa secara perlahan, tanpa dirasa itu sangat menyenangkan.

"Huh? Apa duduk begitu melelahkan untukmu? Bukannya hukuman ini lebih ringan dibanding cara kalian memperlakuakanku seperti hewan?" balas Lalice sarkas.

"Sudahlah Jennie," sergah Irene yang sudah merasa situasi semakin memanas. "Dan kau Lalice, sebenarnya apa yang kau inginkan dengan mengurung kami seperti ini?" Irene bertanya tanpa menunjukan rasa belas kasihnya.

Seulgi melirik Lalice sebentar, setelahnya kembali beradu tatapan pada Irene. "Itu mudah, aku sebagai 'ibunya' pasti menginginkan yang terbaik untuk putri semata wayangku. Anda cukup menyerahkan posisimu, dan segera turun takhta. Biarkan Lalice menjadi putri mahkota," jelas Seulgi. "Oh, tentu saja dengan menjadikan putriku sebagai ratu bukan berarti kalian sudah terbebas dari karma, paham?" lanjutnya.

Irene segera berdiri, terkejut akan penjelasan Seulgi. "Apa kalian menganggapku sudah sangat rentan? Aku masih sehat dan tentu saja calon putri mahkota haruslah dia yang memiliki darah asli keluarga kerajaan! Dan Lalice hanyalah anak haram yang seharusnya tidak lahir dan menghancurkan kehidupan bahagiaku dengan keluargaku!" cerca Irene yang berhasil memancing emosi Seulgi.

Lantas, Seulgi segera menggerakan jemari kanannya untuk mencengkeram Irene dengan elemen kegelapannya. Dan pastinya, Irene akan berontak. Dia mencoba melepaskan cengkeraman itu tetapi perbedaan tingkat kekuatan mereka terlalu tinggi, makanya Irene kesulitan bernapas karenanya.

"Jika kau berani mempermalukan putriku lagi, maka bukan hanya kau saja yang akan merasakan serangan ini. Ingat kau tidak sendiri, ketiga putri tercintamu bisa mati kapan saja!"

"Jangan berlagak seolah kau sangatlah kuat! Dibanding dirimu, ayah kami jauh lebih kuat!" Kini giliran Roseanne membela keluarganya. Dia menentang perkataan yang keluar dari mulut Seulgi kendati Seulgi jauh lebih kuat dari yang mereka duga. Tapi ingatlah, diatas Seulgi masih ada beberapa yang jauh lebih kuat darinya.

"Huh, kau sungguh naïf! Pria yang telah mati itu tidak ada apa-apanya, kalian semua bodoh! Termakan akan kata-kata manisnya, seperti diriku. Tapi itu takkan terjadi lagi, aku senang setidaknya dia telah mati meski aku belum sempat membalasnya!"

Who Will Be The Queen? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang