2.7 : SHE IS ROSEANNE

1.1K 160 4
                                    


2.7 : SHE IS ROSEANNE

Roseanne, merupakan putri ke-tiga alias putri terakhir Athela yang begitu disayangi seluruh keluarga beserta rakyat-rakyatnya. Ya, kenyataan tersebut memanglah benar—sebelum Lalice datang dan merebut posisi tersebut. Sampai Lalice-lah yang menempati posisi putri terakhir, yang seharusnya mendapat cinta dan kasih sayang banyak orang. Namun akibat perlakuan Yang Mulia Ratu bseserta rumor yang terus berdatangan membuat Lalice menjadi putri yang dikucilkan semua orang, bahkan menjadi target caci-maki banyak orang, sekalipun orang itu hanyalah rakyat biasa.

Awalnya Roseanne memang tidak terima, dia enggan mengakui Lalice sebagai adiknya sendiri terlebih ketika dirinya mengetahui kebenaran 'menghilangnya sang Ayah' disaat Lalice hadir. Kemudian datanglah serangkai rencana yang sudah dipikir matang-matang oleh Roseanne tentunya. Dirinya tidak hanya benci tetapi sudah mendarah daging dendamnya terhadap Lalice.

Mulai dari mencuci otak kedua kakaknya supaya mereka juga ikut membenci Lalice, meski dia sedikit kesulitan melakukan hal tersebut kepada Jisoo sebab sejak awal Jisoo sudah mengganggap Lalice layaknya adik kandung.

Mereka yang memiliki keteguhan hati serta pertahanan yang kuat akan sangat sulit dicuci otaknya. Sementara mereka yang bimbang dan ragu, akan sangat mudah bagi Roseanne untuk meluncurkan niat jahatnya. Tidak, perlu diketahui bahwa Roseanne bukanlah tokoh antagonis pada awalnya. Dia hanya tak menyukai kenyataan dan takdir yang ada. Makanya dia berusaha sekuat tenaga untuk mengubah takdir tersebut.

Dan tibalah waktunya tuk' bersinar. Ibunda ratu berhasil ia taklukkan. Gadis itu haus akan tahkta, menghalalkan segala cara sekalipun harus mengorbankan kedua kakaknya—lebih tepatnya menyingkirkan kakaknya supaya dia bisa menduduki singgasana Athela. Seperti yang tengah ia lakukan sekarang. Keputusan Ibunda Ratu sudah bulat; menjadikan Roseanne sebagai penerus tahkta Athela.

Dirinya sibuk mempelajari banyak hal tentang kerajaan sampai akhirnya dia bisa menduduki Singgasana yang sudah ia dambakan dari dulu. Membayangkan betapa bagusnya jika dia menjadi Ratu. Ratu untuk semuanya—untuk Ibunya, saudarinya, hingga calon suaminya kelak.

Putri Roseanne tersenyum bangga saat diirnya terduduk dengan angkuh di singgasana itu. Melihat banyaknya pelayan yang menundukkan kepala, sambil memberi salam penuh penghormatan seakan dia sangat mampu menguasai dunia sampai seseorang datang dan menghancurkan imajinasinya itu. Berkata dengan nada ketus yang sangat dibeni Roseanne, sampai-sampai putri mahkota itu ingin membunuhnya.

Seseorang itu berjalan dengan anggun meski terkesan angkuh, tatapannya lurus, bibirnya tersenyum manis. Di lehernya terdapat sebuah kalung berwarna hitam menawan—benda yang menarik perhatian putri mahkota. Pun dia melangkah melewati barisan pelayan sampai akhirnya dia berdiri ditempat yang paling depan.

"Apa yang kau imajinasikan... ku pastikan takkan pernah terjadi," ujarnya santai namun tidak mengendurkan tatapan tajamnya.

Lantas Roseanne segera menganggkat wajahnya, angkuh. Lalu menertawai lelucon dari adik tirinya tersebut seraya berkata, "Aku tau kau iri padaku."

"Tidak sama sekali. Kapanpun aku bisa merebut posisi yang kau dambakan itu, kau tau... semua ini hanyalah tentang waktu," balas Lalice dengan pandangan yang dapat diartikan, yaitu 'kau hanyalah sampah'.

"Huh, kau menantangku? Jangan harap wahai pembawa sial sekaligus rak-yat-ku!"

Lalice mendecih, kakinya kembali ia gerakan menuju tempat Roseanne berada. Setelah sampai, gadis berelemen kegelapan itu menyentuh dagu Roseanne dengan telujuknya sambil berkata, "Aku tau kau adalah dalang dibalik semua ini. Kau membenciku, tapi tidak dengan mereka. Kau sangat pandai dalam mencuci otak, kan? Padahal seharusnya aku mendapatkan semua cinta mereka, tapi karena kau—!"

"Kau haus akan kasih sayang bukan? Haha! Kau sungguh tidak pantas mendapatkan hal itu setelah apa yang kau perbuat! Kau membuat Ayah kami menghilang bahkan jiwanya tidak bisa aku temukan! Sebab dirimu, kakak Jennie-lah yang harus menanggung beban akibat dirimu hadir!" bentak Roseanne cepat, mendahului Lalice yang sudah mencapai tingkat amarahnya.

"Iya! Kau mudah menyalahkan ku, tapi aku bahkan tidak tau apapun! Apa yang bisa bayi lakukan, huh? Kau berharap aku bisa menghentikan hal yang Ayah lakukan supaya dia bisa tetap tinggal, sementara aku hanya bisa menangis kencang! Lalu mengapa kau menyalahkan ku atas Jennie? Seluruh hidupku selama enam-belas-tahun, ku habiskan untuk termenung dalam kastil!" Lalice benar-benar sudah tidak bisa meredam semua emosinya.

Dia yang selama ini diam, sekarang dengan segala keberaniannya ia kerahkan tuk melawan saudarinya sendiri. Saudari yang sejak dari dulu ingin ia ajak bermain karena hanya Roseanne-lah yang sepantaran dengan dirinya meski terpaut 2 tahun.

"Baiklah, akan aku jelaskan kenyataan yang tidak kau tau. Aku yakin Lalice Adelicia Athela sudah tau, peraturan utama bagi anggota kerajaan adalah; wajib memiliki elemen Cahaya. Karena pada saat itu yang memiliki elemen tetap baru kakak Jisoo dan kakak Jennie masih dalam tahap penetapan elemen, dia menjadi 'korban' dan tentu saja pelakunya adalah dirimu, Lalice!"

"Sebelum kau hadir, Jennie sudah merasakan banyak kesakitan. Dan kesakitan itu semakin menjadi-jadi setelah ayah menyegel elemenmu, sebagai pertukaran yang pas akhirnya Ayah memilih Jennie sebagai gantinya. Tentu kau tau maksudku, bukan?"

Terdiam, menunggu beberapa saat sampai Lalice kembali menatap lurus pada kedua bola mata Roseanne. "Jangan memberiku penjelasan palsu atau kau akan berakibat buruk!" ancam Lalice serius. Seluruh pelayan hanya bisa diam mendengarkan pertikaian kedua putri Athela, tak ada satupun yang berniat melerai lantaran tau akibat yang akan didapat.

"Setelah tau kebenarannya, kau malah menganggap semua ini hanyalah palsu? Haha, kau sungguh naif, Lalice!" tutur Roseanne. "Kau mungkin belum paham, tapi tenang saja aku akan membuatmu paham. Mari ku bisikkan sesuatu," lanjutnya seraya mendekatkan diri pada telingga Lalice kemudian mulai mengatakan sesuatu.

"Sudah menjadi hukum bagi daratan petarung, jika seseorang ingin menyegel elemen terlebih kegelapan... maka orang itu harus siap kehilangan raga dan jiwanya, serta dia harus menyertakan satu orang lagi yang berelemen sama dengan dirinya. Ayah tidak segan menjadikan Jennie sebagai tumbal, hanya karena dia takut kalau kau akan menghancurkan hal yang bukan menjadi milikmu." Tersenyum puas, Roseanne segera meluruskan kembali tubuhnya. Menatap Lalice penuh kemenangan.

"Seharusnya Jennie berelemen cahaya sama seperti kami, tapi sayang sekali dia harus terkena imbas akibat kehadiran dirimu. Ah, pantas saja dia begitu membencimu," ujar Roseanne lantang, tapi sayang sekali dia tidak tau jika seseorang sudah ada tepat dihadaannya. Memasang wajah seolah tak percaya dengan pendengaran serta ekspresi yang Roseanne tunjukkan pada Lalice.

Orang tersebut tak lain adalah; Jennie.

Wanita yang seharusnya berelemen cahaya, namun terpaksa memiliki elemen kegelapan dan sekarang dia hanyalah putri tak berguna yang bahkan kehilangan elemennya. Jawaban mengapa elemennya bisa hilang adalah; Lalice.

Setelah Lalice berhasil memuka segelnya, perlahan segala yang telah Jennie latih akan berpindah pada tubuh Lalice karena dia merupakan pemilik elemen asli. Ini memang cukup rumit untuk dijelaskan, tetapi begitulah kenyataanya. Itulah alasan mengapa Lalice bisa langsung mendapatkan peningkatan yang cepat serta bantuan dari pil yang pernah Darken berikan membuat Lalice menjadi semakin kuat setiap harinya sampai mampu melebihi Roseanne, namun Roseanne tidak mengetahui hal tersebut.



Tbc, 20-12-2020

(Anyways... aku lagi mempersiapkan Crazy Update ya! please be patient ^^)

Who Will Be The Queen? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang