0.6 : DARKEN [1]

3.3K 377 22
                                    

Sudah hampir tengah malam, tetapi kenapa pria itu belum kembali?

Lalice terus berjalan kesana-kemari bak kucing kelaparan. Dia tidak tenang kala ia mendapati bahwa Darken tidak ada disini.

Kemana dia pergi?

Pikiran Lalice sudah dipenuhi berbagai hal negatif. Dia tidak sanggup memikirkan kemungkinan yang lebih buruk lagi. Dia terus menatap keluar jendela, masih tidak ada tanda-tanda kehadiran Darken. Hanya ada cahaya bulan yang tertutup awan hitam menembus ruas-ruas jendela.

"Darken dimana kau?! Tadinya aku ingin memarahi mu, tapi tidak jadi. Yang penting kembalilah...." pinta Lalice.

Terhitung sekitar 8 jam dia menunggu kepulangan Darken, tetapi pria itu tidak segera hadir. Lalice sebenarnya takut kegelapan, dia takut ditinggal sendirian, terlebih di gubuk ini. Gubuk yang mereka berdua bangun, bersih, kecil, tapi penuh kehangatan.

Tapi saat Darken menghilang entah kemana...

Lalice merasa dirinya hampa. Tidak ada semangat melakukan ini itu. Ingin tidur pun tidak bisa. Meski dia telah berusaha memejamkan matanya, namun pikirannya masih tetap terjaga. Makanya dia tidak bisa tidur dengan tenang.

Kriek...

Bunyi pintu kayu yang terbuka. Di ambang pintu tersebut, menampilkan sesosok lelaki dengan pakaian yang basah kuyup serta tercium bau amis.

Apakah itu bau darah?

Sangat menyengat sekali. Lalice takut jika sosok itu adalah monster atau penculik. Dia berjalan perlahan didalam gelapnya malam. Dia mengambil apapun agar ia bisa memukul sosok tersebut.

Pas sekali, sosok itu menutup kembali pintunya, dan tentu saja dia membelakangi Lalice. Mudah sekali! Lalice langsung memukulnya tanpa ampun.

"Argh!" ringisnya kesakitan.

Lalice tertawa penuh kemenangan. "Rasakan! Jangan berani-berani kamu mengganggu ku! Monster ataupun penculik!" ujar Lalice sambil memperhatikan tubuh sosok tersebut dengan teliti.

Tunggu, bukankah ini pakaian yang dikenakan oleh Darken, kemarin? Apakah dia Darken? Darken yang Lalice tunggu? Lalice segera berjongkok, dia mencoba membalikan tubuhnya perlahan. Dan benar saja!

Itu topeng putih yang selalu digunakan oleh Darken!

Tapi kenapa darken hujan-hujanan? Lalu, kenapa begitu banyak darah disekujur tubuhnya? Rasanya Lalice ingin muntah akan tetapi ia tahan. Bagaimanapun juga dia adalah Darken, orang yang telah ditunggu selama 8 jam lamanya.

Kemudian Lalice memapah tubuh Darken menuju ranjang biasa, dia mulai membersihkan luka-luka ditubuh Darken. Banyak sekali bekas sayatan disana, sebenarnya apa yang baru saja dia alami hingga semiris ini?

Lalice mengulum bibir bawahnya. Dia bingung. Apakah dia harus membantu Darken mengganti bajunya atau tidak. Kemudian gadis itu menggelengkan kepalanya, "tidak-tidak! Ingat Lalice, kau adalah perempuan! Tidak baik berpikir berlebihan!" gumam Lalice mencoba mengingatkan pikirannya.

Setelah bergulat pada pikirannya sendiri, Lalice memutuskan untuk tidak mengganti pakaian Darken. Gadis berusia 16 tahun itu hanya melepas jubah bagian luar, setidaknya agar Darken tidak terlalu kedinginan. Melihat Darken pingsan membuat Lalice tidak enak, dia seharusnya lebih teliti. Tapi, entahlah...

Lalice merasa jika Darken yang ada dihadapannya seperti berbeda dengan Darken yang sebelumnya. Memang bentuk tubuhnya sama-sama kekar, hanya saja, dia tidak bisa mendeskripsikan perasaanya saat itu.

Bukan perasaan suka atau semacam mencintai. Melainkan perasaan khawatir yang timbul setelah kau bertemu dengan seseorang yang kau tunggu.

Darken mungkin tidur, harusnya ini menjadi kesempatan terbaik bagi Lalice membuka topeng putih tersebut. Dia amat penasaran terhadap paras Darken. Lalice bisa saja membukanya tanpa permisi, tetapi gadis itu sadar, bagaimanapun juga topeng tersebut merupakan privasi Darken.

Who Will Be The Queen? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang