1.7 : MEET

2.4K 289 40
                                    

"Tidak lama lagi dia akan sadar."

Lelaki itu menoleh, tersenyum lembut pada presensi wanita itu. "Terima kasih."

"Aku tak melakukan apapun. Jadi, mengapa kau meminta bantuan ku sementara kau sendiri adalah alkemis ternama? Tuan muda Aldric," balasnya tenang. Tidak ada maksud terselubung dalam perkataan tersebut. Kecurigaan, bukan itu yang tengah wanita paruh baya khawatirkan.

Dia mengulang kembali senyuman hangatnya. "Tolong jangan memanggil ku seperti itu, Nyonya Seulgi. Aku hanya merasa bahwa dirimu lebih pintar sekaligus senior bagi ku."

"Ah, kau ini...." Wanita paruh baya yang bernama 'Seulgi' itu menghela napasnya. "....Apa dia tunangan mu?"

"Bukan. Kami... tidak sedekat itu, hanya saja... aku ingin membahagiakannya melebihi siapapun." Penuturan Aldric menggundang sebuah senyuman pada diri Seulgi. Wanita tua itu bisa mengetahui apa yang Aldric inginkan lebih dari sekedar 'tunangan'.

Terlebih, saat ini kondisi gadis yang bernama Lalice masih tertidur pulas. Padahal jika Aldric mau, dia bisa membangunkan Lalice dalam waktu singkat. Berhubung pil tidur yang diberikan kepada para anggotanya merupakan salah satu karya yang dibuat oleh Aldric. Dan itu artinya...

Aldric merupakan 'katua Malaikat Kematian'.

"Aku memang baru mengenal mu apalagi pada Lalice. Mendengar setiap jalan cerita mu, membuat ku teringat akan beberapa orang yang pernah ku 'percayai' juga. Aku tau bagaimana perasaan mu saat dikhianati, karena aku pernah merasakannya. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berhenti membalaskan dendam ini," ucap Seulgi panjang lebar dan terkesan menggebu-gebu.

Aldric menyeringai puas disertai sorot matanya yang menajam. "Benar. Aku rasa kita bertiga bisa bersekongkol. Apakah kau mau, Nyonya?"

Dia tampak berpikir sebelum menjawab. Lagipula, dia masih belum tau siapa target Aldric. Bisa-bisa malah anaknya yang kena, dia juga belum tau siapa anaknya. Laki-laki atau perempuan? Dia sama sekali tidak tau, dan dia hanya mempunyai satu petunjuk saja. Dan itu adalah 'Athela'.

"Maaf, Aldric. Untuk saat ini aku masih belum bisa berpikir jernih. Mungkin lain kali....."

Mengangguk dengan sopan adalah hal yang Aldric lakukan. Ya, dia takkan marah hanya karena mendapat sekali penolakan terlebih itu berasal dari Seulgi. Karena sejujurnya, Aldric merasa ada perasaan familiar yang hadir ketika dia tak sengaja bertemu Seulgi. Mendapati fakta bahwa Seulgi, Aldric, dan Lalice adalah tiga orang dengan elemen kegelapan, merupakan hal yang besar untuk diketahui oleh dunia ini. Belum lagi, tentang kutukan yang sering beredar.

'Bila seseorang dengan elemen kegelapan hidupnya takkan pernah bahagia'.

Begitulah desas-desus yang sering didengar oleh Aldric maupun Seulgi. Lalice? Dia terlalu sibuk dikurung dalam sangkar emas sehingga dia tak mengetahui apapun.

Tapi jika diperhatikan lebih teliti lagi, kutukan tersebut mungkin ada benarnya. Karena mereka semua merasakannya secara perlahan. Tanpa ada yang tau, tanpa terduga, juga tanpa persiapan. Namun, itu tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang sudah bersiap untuk bertempur melawan kutukan terdahulu serta takdir yang tidak adil ini.

"Aku akan menunggu jawaban 'Iya' dari mu, Nyonya," ujarnya santai disertai sedikit cengar-cengir. "Ah, iya! Aku harus pergi sebentar. Maaf, tapi bisakah kau menjaga dia?"

"Tanpa bertanya-pun, aku akan menjaganya. Dia pantas dijaga, kau tau?"

Aldric berdiri, lalu mengangguk patuh pada sosok Seulgi. Dia kembali memakai topeng yang sempat ia lepaskan, sengaja. Karena dia merasa bahwa dia tak perlu merahasiakan apapun tentang dirinya hanya untuk Seulgi. Sebab Aldric percaya pada Seulgi. Entah karena apa.

Who Will Be The Queen? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang