🍀II : Putri (c)🍀

2.3K 511 250
                                    


Sinar menyilaukan membuatku mengernyit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar menyilaukan membuatku mengernyit. Aku melindungi mata dengan telapak tangan. Tanpa melihat sekitar, kurasa tekanan di sekitar, seolah aku berada di dalam lift, hendak naik ke lantai atas dan kembali ke lantai bawah. Sensasi itu berakhir dalam satu menit.

Ketika cahaya itu lenyap, indra pendengaranku menangkap paduan suara jangkrik. Bahkan semuanya lebih gelap dan terasa lebih sejuk.

Aku membuka mata, lalu terpukau. "Cantiknya," gumamku terpaku pada langit. Bintang berkedip secara acak, beberapa di antaranya membentuk rasi bintang yang kukenal berkat dongeng sebelum tidur dari papa dan mama.

"Scorpion," aku mengalihkan wajah, mendapati Saga ikut mendongak melihat bintang.

Dia menunjuk susunan bintang yang di maksud. "Iya, Scorpion," kataku.

Rav lebih fokus menatap sekitar. "Rumahku tidak jauh dari sini. Ayo Han, Tuan Saga, Nona Athyana."

"Tolong panggil dengan nama aja," kataku.

Mereka berdua terlihat tidak yakin. Aku berkata, "Aku akan mengatakan kalau aku yang memintamu begitu. Sungguh, aku bukanlah siapa-siapa di sini. Kamu juga Han."

Rav dan Han terdiam, "Baik, Anna," sahut Rav tersenyum simpul. Han mengangguk paham.

"Kalau begitu, ayo berkeliling," ujar Saga.

Rav memimpin acara jalan-jalan berhubung yang tinggal di tempat ini. Aku ada di belakangnya, mengamati punggung besar dan bahu lebar laki-laki itu, serta potongan rambut rapi miliknya yang agak cepak di sisi kanan-kiri tapi agak tebal di tengah, di sisir ke belakang. Model rambut yang pas untuk ukuran pelayan.

Aku menoleh ke belakang, mendapati Saga yang sudah menatap padaku, entah sejak kapan.

"Apa?" tanyaku.

"Apanya 'apa'?" tanyanya balik.

Aku menaut alis dan kembali menoleh ke depan. Mungkin ini masih terlalu awal untuk menjuluki seseorang—apalagi, kami bukan teman akrab—tapi Saga orang yang super aneh.

Rumput yang tumbuh di sini terlihat terawat dan segar, terlihat dari tingginya yang tak melebihi betis dan butiran air yang berkumpul di daunnya. Tempat ini baru saja diguyur hujan, suara gemeresiknya mengiringi langkah kami.

Karena gelap, aku dapat melihat beberapa titik cahaya yang berkumpul dari kejauhan. Cahaya itu seperti menempel pada batang pohon tinggi di sekitar kami, memberi petunjuk kalau ada penghuni di sana.

"Kita naik ke sini," kata Rav berhenti di depan batang pohon yang sangat besar. Dari sinar lampu yang dia pegang, aku jadi tahu pohon apa yang dia maksud.

Selaku anak dari dua Biologiwan, aku diajari jenis-jenis tumbuhan secara langsung dan tidak langsung. Melihat ukuran pohon, jenis tanah dan iklimnya, aku langsung tahu ini pohon berkayu merah bernama Sequoia raksasa.

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang