🍀VII : Aderida dan Ras Sayap (b)🍀

1K 301 72
                                    

Istana Iredale besar dan banyak ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Istana Iredale besar dan banyak ruangannya. Saking banyaknya jenis ruangan di istana ini, mereka menyediakan tempat lain hanya untuk memamerkan berbagai jenis teh dan cangkir antik yang Iredale miliki.

Han menaruh teh dengan kelopak bunga mawar merah yang mengambang di atasnya, di depanku dan Kakak. Cangkir antik dari porselen putih dan sendok mini berhias permata merah berbaris di gagangnya membuat teh itu sayang untuk dihabiskan. Lebih pantas untuk difoto dan dilihat sampai berpuluh-puluh menit.

Kakak duduk di sofa berpunggung tinggi, aku duduk di seberangnya. Dia mengaitkan kedua jemarinya di atas kaki, kepalanya agak menunduk menatap kelopak mawar di teh. "Kamu pengen denger semuanya, Na?" tanyanya bernada ragu.

"Semua? Aku cuma mau tau soal robot semalam. Mereka robot dari mana, Kak? Apa urusan mereka sampai merusak rumah temanku?"

"Itu karena mereka mencari kamu, Na," jawabnya.

Aku mengerjap, lalu agak menelengkan kepala. "Aku?" Kakak mengangguk. "Aku gak pernah nyari masalah sama siapa pun, loh," sambungku.

"Kamu gak merasa aneh sama penampilan mereka yang mirip sama orang tua angkat kita?"

"Cuma kebetulan pasti," balasku, mengesampingkan segala buruk sangka yang tidak relevan soal orang tuaku dan robot itu.

Manik hitamnya tampak memastikanku lewat ekspresi. "Kamu yakin?"

"Yakin, kok," kataku sembari bersedekap. "Aku gak bermaksud sombong, tapi aku yang paling kenal Mama sama Papa. Mereka gak kayak gitu. Kalau Mama punya tangan berpisau, aku udah lama terluka, dong."

"Kalau aku sebutin fakta yang membuktikan bahwa mereka bukan seperti yang kamu kenal ... kamu mau percaya?" ucapnya hati-hati.

"Contohnya?" tantangku.

"Merekalah yang menculik Kakak dari orang tua kandung Kakak."

Aku tidak merespons apa-apa, jadi Kakak menambahkan, "kamu ingat cyborg yang menyamar menjadi prajurit putih dan terus tinggal di Istana selama lima belas tahun lebih? Orang tua angkat kita sama dengannya. Mereka kaki tangan dari—"

"Enggak," selaku sambil menggeleng. "Kakak mengarang."

"Ini sungguhan, Anna."

Aku masih menggeleng. "Enggak, Kak." Jangan bicara ke aku pakai nada lembut yang biasa Kakak pakai kalau aku menangis. Itu bikin aku tidak bisa membedakan apakah Kakak bicara yang sebenarnya atau sedang berkilah lagi.

"Mereka gak sayang sama kamu. Selama ini ... kita udah dibohongi. Bedanya, aku sudah tau dari awal, sementara kamu belum tau apa-apa," tuturnya.

Tidak, aku tidak percaya itu.

Kakak selalu bertengkar dengan orang tua angkatku sejak kami kecil. Aku sayang padanya, tapi dia anak nakal di pandangan orang tua angkat kami. Apakah dia ingin aku ikut benci pada Papa dan Mama sama seperti dia membenci mereka?

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang