🍀XIV : Mauna Loa (c)🍀

828 213 31
                                    

Hutan yang hilang memudahkan kami untuk berlari langsung ke arah asap yang membumbung tinggi di kejauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hutan yang hilang memudahkan kami untuk berlari langsung ke arah asap yang membumbung tinggi di kejauhan. Aku tak melihat apa yang terjadi dengan pasti.

Semakin mendekat, aku mendapati bentuk perlawanan Saga yang menurutku lebih jahat dari sebelumnya. Aku tak bisa menjelaskannya dengan mudah karena tumbuhan-tumbuhan yang Saga kendalikan seperti melawan fitrah mereka.

Walaupun ngeri untuk dilihat, intinya Saga berhasil memutar balikkan keadaan. Kak Amma kini sedang berusaha membangunkan Lofi, menepuk-nepuk pipinya. Karma sendiri sedang kesusahan tuk melawan akar-akar kokoh dari tanah yang mengikatnya di tempat.

Radit mengumpat selagi bergegas menghampiri si peri. "Stop, stop! Cukup, Ga!"

"Kak!" panggilku, segera melihat luka di bahunya.

"Aku kena tembak," ucap Kakak. "Tapi, Lofi lebih parah. Dia terlempar, punggungnya membentur batang pohon, dan perutnya ditendang sampai ia terlempar lagi."

Astaga, kalian berdua sama-sama terluka parah!

Aku membuka mata kiri Lofi. Tak melihat ada respons, aku menepuk pelan bahunya. "Fi, Lofi. Lofi?" panikku.

Aku menyentuh nadi di leher si tukang mesin dan nadi di pergelangan tangannya. Aku bukan dokter, tapi mengetahui detak jantungnya yang stabil membuatku cukup lega.

Urat di tanganku kembali menyala lembut dan kali ini urat nadi dibalik kulit lengan dan kulit leher Lofi yang kusentuh juga ikut bersinar. Panik, aku langsung menarik tanganku.

Aku dan Kakak sama-sama syok.

Selang beberapa detik, Lofi membuka matanya.

"Lofi," panggilku seketika.

Dia meringis, bangun tuk duduk sambil memegangi ulu hati. Aku meringis tanpa suara membayangkan sakitnya. "Ambil napas pelan-pelan," ujarku.

"Sebentar, tadi bukannya aku berhasil membuat wajah robot-robot itu babak belur?" bingungnya. "Akh, bagian dalam mulutku ada yang robek ...."

"Memang, tapi setelah itu kamu yang dibuat babak belur," ungkap Kakak.

Lofi menatapku. "Tadi aku merasa seolah ditarik dari gelap. Itu kemampuan kamu, ya, Na? Entah kenapa kesannya mirip."

"Maksudnya?" heranku.

"Udahan, Saga!" bentak Radit.

Aku menoleh, melihatnya sedang mendorong Saga mundur dan Saga sendiri melawan sambil tetap mengulurkan tangan ke arah Karma.

Lofi buru-buru bangkit, tapi dia tersandung kaki sendiri, dan jatuh ke tanah sambil merintih. "Hentikan dia, cepat!"

Kak Amma pergi lebih dulu. Aku tidak begitu paham sampai akhirnya aku melihat akar yang merambat sedang menarik Karma yang melawan sambil terbaring miring, menuju ke dalam tanah.

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang