🍀VIII : Mengintai (b)🍀

1K 304 68
                                    


Earpod kembali terpasang di telinga, kutatap monitor tiga dan empat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Earpod kembali terpasang di telinga, kutatap monitor tiga dan empat. Kamera di monitor empat berkedip sekejap. Aku mendelik, itu kamera yang ada di pintu. Kamera monitor tiga kembali bergerak, mengambil alih perhatianku. Si pengawal putih pindah ke samping toko obat. Dia mengeluarkan alat berbentuk pipa besi seukuran suling. Dia menekan bagian belakang alat itu, cahaya kemerahan panjang keluar dari ujung depan. Ah, ini laser yang bisa menembus benda padat dan memotongnya.

Pengawal dengan panggilan 'Timun' keluar dari balik rumah susun, mengeluarkan pipa besi serupa, menempelkannya ke tembok yang sudah di potong oleh laser. Cahaya putih menyala sekejap di gagang itu, lalu dia menarik tembok keluar. Timun dan Tomat berhasil menyusup masuk.

Kamera monitor tiga menampilkan seisi toko obat yang penuh oleh botol dan stoples kaca berisi berbagai dedaunan kering dan obat-obatan tradisional di dalam keremangan. Kedua pengawal putih tanpa basa memasuki bagian dalam rumah dengan mudah dan tenang.

Layar monitor menunjukkan bagian dalam rumah yang sederhana. Ada kasur single bed dengan kerangka kayu dan tak berpenghuni di sebelah kiri-merapat ke dinding. Kabinet dapur yang terlihat lapuk serta tungku api ada di sisi kanan. Pengawal putih itu melangkah masuk, melihat segala arah dan yang jadi pertanyaan adalah ke mana pria pemilik toko itu?

"Bawang, apakah ada orang yang berkeliaran di luar sejak Tomat dan Timun bergeser tempat?" tanya Tomat.

"Tidak ada. Namun, sejak tadi Sawi tidak melaporkan posisi." Ternyata Yoku menjadi bawang.

Tomat berjalan ke ujung ruangan, memeriksa apa ada sesuatu yang tersembunyi. Timun ikut menyelidiki tanpa menghasilkan suara. Mereka berdua mengintip celah di balik lemari, kolong kasur, dan berbagai sisi yang mencurigakan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Pria tadi pun menghilang entah ke mana.

"Tidak mungkin. Ilmuwan dan tamu pria itu tidak keluar dari rumah sejak tadi. Oi, Lofi—bukan, Jangkrik, apakah ada aktivitas yang tertangkap dari kamera sejak tadi?"

Entah mengapa, Yoku yang memanggil Lofi 'Jangkrik' tidak terdengar selucu dia memanggil prajurit lain dengan nama sayuran.

"Aku tidak buta. Sungguh sama sekali tidak ada orang yang keluar dari pintu itu," bantah Lofi. "Coba kamu ingat. Siapa tau tadi siang dia memang keluar dan kamu sedang tidak memerhatikan."

"Apa?" galak Yoku.

"Tunggu," ujar Kakak. Dia mengambil alih monitor ketiga, menukar rekamanya ke layar monitor paling besar agar Kakak bisa memperhatikan sesuatu lebih jelas.

Aku ikut mendongak, kamera itu memperbesar area ke arah lantai kayu di tengah ruangan. Kak Amma terdiam dengan mata memicing.

"Coba cek lantai itu, di tengah ruangan, dekat kaki kursi meja makan."

Pasukan putih yang dipanggil timun langsung berjalan ke bagian tengah lantai rumah. Kak Amma kembali berkata. "Warna kayu lantainya terlihat lebih baru dari pada petak yang di tengah."

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang