Episode 5 Putus

24.1K 1.4K 43
                                    

"Sebentar lagi kami mau menikah. Gue harap lo dan teman-teman Lisa yang lain bisa hadir di hari bahagia kami nanti." Masih dengan senyum angkuh dan sedikit tatapan mengejek, Yuda berujar.

"Nggak kok Adnan, kami nggak—"

"Jangan berbohong Sayang. Nggak baik. Dan sepertinya kamu masih marah dengan kejadian semalam gara-gara aku menciummu tiba-tiba ya?" potong Yuda dengan cengiran menggoda. "Makanya aku ingin segera mengajakmu menikah, aku takut kebablasan. Aku takut kamu hamil duluan," tambahnya dengan merangkul pinggang Lisa.

"Ehm, Lis, seperti gue harus pulang sekarang." Merasa percakapan Yuda seolah memprovokasinya, menunjukkan kalau laki-laki beralis tebal itu sangat tidak suka atas interaksinya dengan Lisa, Adnan memilih untuk segera menjauh. Lagipula kalau mau ikut membalas provokasi itu, dia merasa tidak bisa menandingi. Melihat dari barang-barang yang dipakai Yuda dengan merek terkenal luar negeri, Adnan tahu kalau level mereka sangat berbeda jauh. "Bye Lis!" ucapnya sebelum melambai tangan dan pergi.

Setelah wujud Adnan tidak terlihat lagi oleh retina matanya, Lisa menepis kasar tangan Yuda dan menatap cowok itu dengan sengit. "Apa maksud ucapan lo tadi, hah?"

Yuda mengedik bahunya, seolah tidak peduli.

"Lo membuat teman gue jadi nganggep gue cewek murahan," tukas Lisa berang.

"Kamu bukan cewek murahan!" bantah Yuda yang tidak suka mendengar ucapan Lisa.

"Sebenarnya apa mau lo? Mengapa lo mengaku-ngaku sebagai pacar gue dan sekarang lo mengaku-ngaku sebagai calon suami gue?"

"Aku nggak mengaku-aku, aku memang pacar kamu dan akan jadi calon suamimu nanti," kata Yuda tanpa ragu-ragu.

Lisa menatap Yuda denga tajam. "Gue bukan pacar lo. Kita sudah putus."

"Nggak, kamu masih pacarku. Kita belum putus."

Lisa mengambil napas panjang, mengembuskan pelan, berharap amarah yang sudah memuncak tidak keluar. Di sini tempat umum. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang atas pertikaian mereka. Bahkan sekarang saja, ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka dengan terang-terangan. Salah satu kelebihan orang-orang +62, mereka memang memiliki keingintahuan yang tinggi.

"Gue nggak menyukai lo lagi. Gue nggak memiliki perasaan apapun lagi terhadap lo dan hari ini gue ingin putus dengan lo. Gue harap lo nggak mengganggu kehidupan gue lagi," ucap Lisa menatap manik Yuda, ada ketegasan di setiap kalimatnya. Memang kata putus tidak pernah dilontarkan dari mulutnya atau Yuda. Makanya Yuda masih menganggapnya sebagai pacar cowok itu dan hari ini Lisa akan mengakhirinya.

"Aku nggak mau. Aku nggak mau putus," tolak Yuda, raut wajahnya sedikit menegang.

"Terserah, gue nggak peduli. Yang jelas, kita sudah benar-benar putus sekarang."

Kemudian Lisa berlari, pergi ke manapun asal bisa menjauh dari posisi Yuda. Saat dia menoleh ke belakang, laki-laki itu ternyata mengejarnya. Lisa semakin mempercepat gerakan kakinya. Dia berlari diantara kerumunan pengunjung sebelum memasuki museum Wayang. Dia akan bersembunyi di sini dulu untuk sementara sambil melihat-lihat wayang-wayang asli yang terpanjang. Tiga puluh menit kemudian, barulah dia akan memesan gojek online dan pulang ke kosan.


^_^


Menjadi mahasiswa semester pertama memang cukup menguras tenaga dan pikiran. Selain harus cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus dan cara mengajar para dosen yang berbeda-beda tergantung karakter masing-masing, mahasiswa baru juga harus dihadapkan dengan tugas-tugas yang menumpuk, baik tugas individu mau kelompok. Di perpustakan kampus inilah, Lisa dan empat temannya duduk saling hadap-hadapan dengan buku-buku Metode Statistika yang sudah memenuhi meja.

ConnectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang