Episode 10 Ambillah!

16.4K 945 29
                                    

"Keluar!" perintah Yuda.

Mata Lisa lantas mengerjap, terbangun dari lamunannya, kemudian dia menoleh ke samping. Ternyata pintu mobil sudah terbuka dan Yuda sudah berdiri angkuh di sana, menantinya untuk segera turun dari mobil.

"Kamu mau keluar sendiri atau aku paksa?!" ancam Yuda saat melihat keengganan Lisa.

Lisa mengembuskan napas panjang sebelum menurunkan sebelah kakinya. Dia membiarkan saja saat Yuda menggenggam tangannya dan menarik tubuhnya menuju lift. Lisa tidak ada tenaga untuk menepis tangan Yuda sekarang. Meskipun perjalanan cukup singkat dari Yogyakarta ke Jakarta, sesungguhnya dia sedikit jetlag. Lagian tidak ada salahnya juga dia bertemu dengan Mamanya Yuda, Tante Raisa. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengan wanita ramah tersebut.

Saat mereka memasuki apartemen, kedua orang tua Yuda sedang duduk di sofa ruang tamu. Di depan Om Devan, ayahnya Yuda, duduk seorang laki-laki berkumis dan berwajah babyface. Matanya menilik Lisa penuh minat, memastikan pemikirannya yang telah bercokol di benaknya.

"Akhirnya kamu datang juga Lis," sambut Raisa sambil berdiri.

Lisa mendekati Raisa dan menyalaminya. Mereka juga saling berpelukan hangat. Setelah itu Lisa mendekati Devan yang masih terlihat gagah walaupun rambutnya sudah ada yang memutih. Dia juga menyalaminya.

"Iya Lis, ini kenalin sepupunya Yuda. Fathan," Raisa memperkenalkan.

Fathan mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.

"Lisa," kata Lisa sambil menyambut ajakan salaman tersebut.

"Ini Lisa yang itu kan, Yud?" tanya Fathan dengan mimik wajah penasaran yang tinggi.

Kening Lisa spontan mengerut tajam. Itu? Sangat ambigu.

"Lo ngapain ke sini?" lontar Yuda dengan tatapan sinis, dia tidak berniat menjawab pertanyaan Fathan karena laki-laki yang sama tingginya itu sudah jelas mengetahuinya.

"Ketemu ortu lo lah, masak mau ketemu lo," sahut Fathan sakartis. "Oh iya Lis, lo mau gue kasih tahu rahasia memalukan tentang Yuda nggak?" Fathan menunjukkan cengir jahil.

"Jangan berani-berani lo!" tukas Yuda mengancam.

"Yuda tuh pernah—"

"Yuda?" panggil seseorang yang menyela ucapan Fathan. Sosok itu berdiri di depan pintu yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga.

Yuda refleks menoleh. Sesaat kemudian raut terkejut muncul di wajahnya. "Raya?"

Mendengar nama itu, Lisa spontan menoleh. Bola matanya kontan membulat lebar. Terkejut dan sedikit syok. Tidak menyangka dia akan bertemu Raya di sini, setelah hampir empat tahun tak mendengar kabarnya.

"Lo kenal dengan Raya Yud?" tanya Fathan.

"Dia teman SMP gue," sahut Yuda. "Tapi kenapa lo bisa di sini, Ray?"

"Tadi gue habis dari kamar mandi. Sebenarnya hari ini gue dan Fathan mau nonton bareng sama teman-teman kampus. Karena mobil gue sedang di bengkel, gue nebeng sama dia. Terus dia ngajak ke sini sebelum ke Senayan, karena katanya mau bertemu Oom dan Tantenya dulu yang datang dari Singapura. Tapi gue sungguh nggak mengira kalau Om Devan dan Tante Raisa adalah ortu lo. Dan sudah lama ya kita nggak bertemu sejak putus," jawab Raya panjang lebar sambil mendekat.

"Putus? Kalian pernah pacaran?" tanya Fathan sedikit tidak percaya.

Fathan cukup dekat dengan Yuda meskipun mereka sering bertengkar. Setahunya Yuda hanya pernah pacaran sekali sampai sekarang, yaitu dengan Lisa. Cowok itu tipikal cowok setia yang bukan setiap tikungan ada. Dia bahkan tidak pernah melirik cewek-cewek yang mencoba mendekatinya. Jadi wajar kalau Fathan tak percaya kalau Yuda dan Lisa pernah putus dan berpacaran dengan Raya, mengingat bagaimana setiap ucapan dan tindakan Yuda selalu mengkait-kaitkan dengan Lisa. Fathanlah juga yang menjadi saksi mata bagaimana Yuda begitu mengila Lisa, hingga dia pernah menganggap kalau Yuda sudah tak waras lagi. Yudalah contoh pepatah kalau cinta itu gila.

ConnectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang