Episode 9 Hubungi Aku Jika ...

18.8K 1K 19
                                    

Apa yang ditakutkan Lisa tidak terjadi. Selama keluarganya dan Yuda menikmati soto di meja makan, Yuda tidak mengatakan apapun tentang kejadian di gudang SMP Pelita Nusantara beberapa jam lalu, bahkan Yuda juga tidak menyinggungnya. Justru Yanto dan Yuda tampak asyik membahas kafe yang telah didirikan cowok itu.

"Ada mau rencana buka kafe di Yogya juga nggak, Yud?" tanya Yanto yang terlihat kagum dengan kesuksesan kafe Yuda.

"Ada rencana sih Om. Cuma belum sempat riset tempat dan sebagainya."

"Kenapa kamu nggak mendirikan hotel saja seperti ayahmu?"

Dari cerita Yuda beberapa tahun silam, Yanto memang mengetahui kalau keluarga Yuda memilik banyak hotel yang namanya cukup terkenal di Indonesia, salah satunya Hotel The Mandapa. Nama hotel tersebut sangat terkenal di Yogyakarta dan merupakan hotel bintang lima. Yanto menjadi sedikit penasaran kenapa Yuda tidak mengikuti jejak ayahnya.

"Saya memang ada niat untuk mendirikan sebuah hotel Om, tapi untuk saat ini belum. Saya masih mau fokus dengan bisnis kafe dan kuliah," Yuda melirik Lisa yang sedang menatap meja, seolah-olah ada hal yang menarik saja di sana. "Sama saya ingin lebih fokus dengan anak Om," sambungnya dengan senyum lebar.

Yanto terkekeh kecil sebelum berujar, "Om sudah merestui hubungan kalian. Tapi anak Om kayaknya masih belum siap ke tahap yang lebih serius. Jadi kamu harap sabar ya."

"Iya Om, saya siap menunggu," sahut Yuda yang menampilkan senyum kecut.

Percakapan kedua laki-laki dewasa itu terus berlanjut hingga langit sore menjadi gelap. Yuda memutuskan untuk berpamitan karena merasa sudah terlalu lama singgah di rumah ini. Yanto menyuruh Lisa untuk mengantar Yuda ke depan rumah mereka. Lisa mau tidak mau terpaksa mengiyakan, padahal sesungguhnya dia sangat enggan. Dia tidak ingin berdekat-dekatan dengan cowok itu. Setiap memandang wajah Yuda, kejadian di gudang sekolah berputar bagai kaset baru di dalam otaknya.

"Ikut aku ke mobil!" perintah Yuda saat mereka sudah di depan pintu.

Lisa memilih bergeming di posisinya.

"Ada yang ingin aku bicarakan. Ini tentang kejadian di sekolah tadi. Jadi ikut aku ke mobil sekarang! Atau kamu mau ayah atau mamamu mendengarnya?"

Pelan-pelan kaki Lisa mengikuti langkah Yuda yang sudah mendahului. Cukup lama dia memandang pintu mobil, ragu-ragu untuk masuk.

"Masuk!" ucap Yuda memerintah.

Dengan sangat terpaksa Lisa duduk di samping kemudi. Kedua matanya menatap lurus ke depan.

"Kapan kamu akan mengatakan ke ayahmu tentang pernikahan kita?"

"Ng-nggak tahu," jawab Lisa dengan menunduk, kedua tangannya saling meremas.

"Kamu takut padaku?"

Kedua tangan Lisa semakin saling meremas kuat. Tubuhnya juga sedikit bergetar. Dari pertemuan pertama mereka setelah empat tahun berlalu hingga kejadian mengerikan itu, pandangan Lisa tentang Yuda kini sudah berbeda jauh setelah. Semula dia hanya muak atas semua sifat dan perbuatan Yuda. Dari pengalaman mengenal Yuda sejak SMP, Yuda tidak pernah bersikap kasar padanya. Yuda selalu memperlakukannya dengan penuh kasih. Tapi sekarang Lisa menjadi tak punya nyali untuk berhadapan dengan Yuda. Raut wajah cowok itu saat menyentuhnya tadi seperti sosok monster dalam mimpi buruk yang paling ditakutinya.

Melihat reaksi tubuh Lisa, Yuda menghela napas panjang. Meskipun begitu dia tidak pernah menyesal atas apa yang telah dilakukannya terhadap Lisa. Cepat atau lambat, Lisa tetap akan menjadi istrinya. Dan cepat atau lambat juga, tubuh Lisa juga menjadi miliknya.

"Hubungi aku jika hasilnya positif."

Mendengar kalimat ambigu itu, Lisa spontan mendongak. Keningnya mengerut.

ConnectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang