Episode 15 Ancaman dan Vonis

16.7K 857 16
                                    

Mata Yuda perlahan terbuka, dan penglihatan pertamanya langsung tertuju pada sosok yang masih menutup kedua matanya. Deru napas Lisa sangat teratur, menunjukkan kalau dia masih tertidur dengan pulas. Wajahnya terpancar kelelahan. Tadi malam dia memberontak dengan penuh tenaga sebelum akhirnya pasrah, membiarkan Yuda mendominasi seluruh tubuhnya. Untuk kedua kalinya, Yuda kembali memaksa ga—ah, wanita itu—untuk memuaskan napsu bejatnya. Sama seperti sebelumnya, Yuda tak pernah menyesal melakukannya.

Perlahan Yuda membangunkan tubuhnya. Ditatap lekat wajah Lisa yang sedang berbaring terlentang. Lantas telapak tangannya mendarat ke perut Lisa yang tertutup selimut. Dia mengelus-elusnya dengan pelan.

"Cepatlah tumbuh Nak!" ucapnya seraya menyungging senyum lebar.

Yuda mencium kening Lisa singkat sebelum turun dari ranjang. Dia berjalan menuju kamar mandi tanpa busana. Bertepatan dengan bunyi pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar suara gemericik air, mata Lisa langsung terbuka. Dia sebenarnya sudah sadar sejak beberapa menit lalu. Gerakan tubuh Yuda membangunkannya.

Lisa meletakkan telapak tangan di perutnya, juga mengelus-elus seperti yang dilakukan Yuda tadi. Tetapi tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan berubah menjadi linangan air mata. Jemari Lisa buru-buru mengusap kedua matanya ketika terdengar suara pintu yang terbuka.

"Udah bangun?" tanya Yuda sambil mendekat, masih dengan menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.

Lisa tidak menanggapi. Dia justru memilih untuk bangun, mengambil kebaya yang tergeletak di lantai. Diliriknya sebentar ke jam yang ada di atas lemari kecil di samping tempat tidur. Ternyata sudah malam, hampir larut. Lisa segera mengambil rok kebayanya beserta pakaian dalam. Dia memakainya tanpa menjauhkan selimut dari tubuhnya.

"Kamu nginap di sini saja," ujar Yuda, terkesan seperti memerintah.

Mulut Lisa masih bungkam. Sekarang dia sibuk mencari-cari clutch bag-nya. Ada kunci kamar, dompet, dan ponselnya di sana.

Yuda menarik lengan atas Lisa, memaksa gadis untuk memandang wajahnya. "Malam ini kamu nginap di sini," tukas Yuda dengan nada yang dinaikkan beberapa oktaf.

"Tidak. Aku mau pulang," bantah Lisa.

"Bisakah kamu tidak membantahku?"

Lisa menepis tangan Yuda. Dia lantas menuju tasnya yang tadi tertangkap retina mata. Diambil tas berwarna putih itu dan langsung berjalan ke arah pintu.

Yuda kembali menarik lengan Lisa. "Kamu nggak boleh kemana-mana. Urusanku denganmu belum selesai."

"Apa lagi yang kamu mau?"

"Aku masih belum puas dengan tubuhmu," jawab Yuda sambil menyeringai.

"Dasar brengsek!" maki Lisa dengan menepis kasar tangan Yuda.

Yuda kembali memegang lengan Lisa. "Aku memang brengsek. Tapi orang brengsek inilah yang akan menjadi suami dan ayah anak-anakmu nanti."

"Sampai kapanpun lo nggak akan pernah menjadi suami gue, apalagi menjadi ayah dari anak-anak gue," sangkal Lisa, dia kembali menepis tangan Yuda sebelum pergi menjauh.

Mendengar ucapan Lisa yang memakai panggilan gue-lo beserta kalimat sangkalannya, Yuda langsung mengeram marah. Matanya menatap tajam di setiap pergerakan Lisa. "Gue punya video telanjang lo," beritahunya.

Kaki Lisa refleks berhenti tanpa membalikkan badan.

"Tadi gue videoin tubuh lo," tukas Yuda sambil menampakkan seringai mengejek.

Lisa kembali menggerakkan kakinya menuju pintu.

"Sekali lo menggerakkan kaki lo, gue nggak segan-segan nyebarin video lo," ancam Yuda.

ConnectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang