Terimakasih sudah berkunjung dan membaca. Selamat membaca!
Jangan lupa vote dan comment ya....
-
-Selasa, 5 Januari 2016-
Hari ini adalah hari kedua masuk sekolah setelah liburan semester. Tapi bagiku, ini adalah hari pertamaku masuk sekolah.
Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa sekarang saatnya aku pulang dari sekolah.
Aku tidak bisa konsentrasi seharian ini. Peristiwa kemarin masih terngiang di kepalaku. Aku menjadi merasa bersalah dengan wanita gila itu.
Aku telah merenggut nyawanya. Apakah aku bisa dimaafkan?
-
Saat ini, aku berada di depan kuburan wanita gila itu. Aku mendengar dia baru dikubur pagi ini, dekat lingkungan rumahku.
Aku berdiri dan bingung. Aku tidak tau ingin menyampaikan apa. Aku tidak mengenalnya. Kenanganku bersamanya adalah ditampar olehnya.
Tapi, aku harus menyampaikan permintaan maafku.
Aku berlutut dan bersujud di depan kuburan wanita gila itu.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja mendorong." Aku menangis. Semoga wanita gila itu bisa hidup tenang di alam sana.
Selesai itu, aku berdiri dan membereskan diri.
"Terimakasih."
Aku terkejut. Suara pria muncul di belakangku. Aku spontan menghadap belakang. Dia tampak tak berekspresi sama sekali.
Aku bingung. Tadi dia bilang apa? Terimakasih? Apa untuk orang lain? Aku jadi melihat sekeliling apakah ada orang selain aku.
"Supir truk itu bahkan tidak datang ke sini. Dia langsung dibebaskan tanpa proses pengadilan, begitu juga dengan kamu."
Pria itu berbicara sambil melihat kuburan wanita gila itu.
Aku terdiam. Siapa dia? Kenapa dia tau apa yang dialami wanita gila ini?
"Tapi aku tak menyalakan kalian berdua. Ibuku emang sudah gila. Kalian juga korban."
Aku kaget. Jadi, dia anak dari wanita gila ini.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja mendorong ibumu. Sungguh aku tidak sengaja. Aku hanya berusaha lepas dari ibumu. Tapi ibumu terdorong dan..."
"Sudah hentikan. Aku tau. Aku memaafkanmu. Setidaknya kamu minta maaf, tidak seperti supir truk itu."
Pria itu menatapku.
Aku menjadi sedikit lega. Anaknya sungguh baik. Aku tidak tau harus mengatakan apa.
"Terimakasih, terimakasih! Aku benar-benar minta maaf."
Aku menangis lebih deras dibandingkan kemarin. Perasaan yang tertahankan lepas dan menjadi lega.
Pria itu hanya diam, tidak melakukan apapun. Aku menangis hingga lelah sendiri.
"Dibandingkan kamu, orang yang membuat ibuku gila, aku tidak akan pernah memaafkannya. Aku bersumpah akan mencarinya dan membunuhnya. Karena dia, ibuku memukuli orang lain dan mati sia-sia. Karena dia, ayahku mati. Karena dia juga, aku seperti anak yatim piatu."
Aku terdiam. Aku merasa bersalah kembali. Aku membuat dia menjadi anak yatim piatu benaran. Aku telah membunuh ibunya.
"Maafkan aku. Aku telah membuatmu menjadi anak yatim piatu."cicitku pelan.
Tiba-tiba, pria itu tertawa. Aku bingung. Emang ada yang lucu?
"Sudah. Hentikan maafmu. Sekali lagi kamu mengucapkan maaf, aku tidak akan memaafkanmu."
Aku terdiam. Tetap saja, aku merasa bersalah.
"Jika kamu masih merasa bersalah, kamu bisa memasak makanan untukku setiap hari?"
"Memasak makanan?"
"Iya, walaupun ibuku gila. Dia masih memasak untukku. Ibuku sudah tidak ada, siapa lagi yang memasak untukku."
"Tapi aku perlu pergi ke sekolah."
"Untuk makan malam aja. Kamu cukup datang, masak, dan pulang. Bagaimana?"
Aku berpikir sebentar. Benar, setidaknya aku bisa mengobati rasa bersalahku.
"Baiklah." Jawabku akhirnya.
"Baiklah, ini nomorku. Telepon aku dan aku akan menjemputmu." Dia memberiku secarik kertas berisi nomor handphone.
"Menjemputku?"
"Iya, menjemputmu. Tenang, kamu akan diberi upah. Anggap aja kerja part time."
Pria itu tersenyum dan pergi meninggalkanku.
-
Jangan lupa vote dan comment ya....
Terimakasih dan stay tune :)
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Love Story (END)
RomanceKuliah - Bekerja - Menikah - Punya Anak. Itu adalah rencana hidup Kaila Shabila. Tapi rencana hidup Kaila Shabila menjadi berubah ketika tanpa sengaja membunuh seorang wanita gila. Pembunuhan itu malah membuat Kaila Shabila akhirnya bertemu dan dila...