Ajakan Kencan

19.7K 864 16
                                    

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca. Selamat membaca!

Jangan lupa vote dan comment ya....

-

- Rabu, 13 Januari 2016 -

Kepada : Bryan

Udah yan, sorry gk ngabarin.

Dari : Bryan

Bryan mengirim stiker.

Untuk pesan Kak Ferdi, aku tidak membalasnya. Entah mengapa terasa aneh. Aku dilamar oleh orang yang belum aku kenal dekat.

Meski merasa bersalah karena aku tidak sengaja membunuh ibunya. Aku tetap merasa ini tidak benar.

Aku mengacak rambutku. Sial. Ini tambah rumit aja. Kenapa aku harus dilema soal cinta?

-

- Kamis, 14 Januari 2016 -

"Pagi!"

Aku berada di pagar rumahku. Di hadapanku berdiri seorang pria yang kuhindari pesannya.

Kak Ferdi.

"Pagi kak." Balasku senyum seadanya.

"Ini buat kamu, sekalian aku antar kamu ke sekolah." Kak Ferdi memberiku sebatang coklat.

"Makasih kak. Gakpapa kak, ngerepotin. Sekolahku dekat aja kok kak." Aku menerima coklatnya. Saat ini aku sangat canggung.

"Biarkan aku antar kamu, Kaila. Aku besok udah harus kerja lagi." Kak Ferdi membuat mukanya sedih dibuat-buat.

Aku juga tidak enak hati sih. Udah datang kesini, tapi aku tolak.

"Oke deh kak."

Kak Ferdi tersenyum senang dan mempersilahkanku masuk mobil. Kemudian, Kak Ferdi berputar mengintari mobil dan masuk ke kursi supir.

"Habis pulang sekolah, aku jemput ya, Kaila."

"Gak usah kak, aku nanti jalan kaki aja."

"Aku sekalian mau ngajak kamu jalan. Jadi, boleh ya Kaila. Besok aku udah mau masuk kerja lagi." Kali ini, Kak Ferdi kembali membuat wajahnya sedih dibuat-buat lagi.

Kalau gini kan, aku jadi makin nggak tega nolak ajakannya.

"Hmm, oke deh kak. Tapi, nanti mampir ke rumah dulu ya. Aku mesti ganti baju."

"Iya, Kaila."

Kak Ferdi tersenyum puas dan melajukan mobilnya pergi ke sekolahku.

-

Di sekolah, Bryan dan Jovita sedang asyik membicarakan sesuatu dibangku mereka.

Mereka berdua duduk sebangku.

Aku dan Jovita beradu tatap. "Kayaknya gue bakal jadi nyamuk deh."

Jovita sengaja menggodaku. Sepertinya Bryan sudah menceritakannya kepada Jovita. Aku jadi malu mendengarnya.

"Pagi Kaila." sapa Bryan ketika aku duduk di bangku belakang Bryan.

Aku hanya menggangguk tersenyum.

"Aduh, disapa. Kalau gue mah, mana pernah." sindir Jovita dengan senyumannya yang menggoda kami.

"Masa? Kayaknya gue selalu sapa lu." Balas Bryan gak terima.

"Sapa, sih. Tapi sama gue itu, 'hei', 'woy'. Kalau Kaila, 'Pagi Kaila'." Jovita semakin gencar menggoda.

Aku malu. Jovita mulutnya gak bisa rem dulu apa.

"Lu dan Kaila kan beda." balas Bryan tidak terima lagi.

"Dimana bedanya hayooo."

Aduh, Jovita, stop.

"Hahaha, iya deh. Gue mah cuma nyamuk di mata lu yan. Jadi beda lah, ya kan, la?" Jovita tertawa puas menggoda gue.

"Udah ah vit." Aku gak tahan juga digoda terus.

Kringg, Kringg.

Suara bel berbunyi. Menyelamatkan gue dari godaan Jovita.

"Ah, cepat banget udah bel." Jovita membalikkan badannya ke depan dan tidak berapa lama, guru masuk ke kelas.

Aku kemudian mengeluarkan buku dan fokus pada pelajaran kelas.

-

Jangan lupa vote dan comment ya....

Terimakasih dan stay tune :)

This is Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang