Cemburu

14.9K 733 38
                                    

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca. Selamat membaca!

Jangan lupa vote dan comment ya....

-

- Rabu, 17 Februari 2016 -

"Kok seru kali tadi?"

Kak Ferdi bertanya dengan rautnya yang super datar.

"Iya kak. Ada yang lucu tadi." Kenapa aku merasa gugup sekarang? Seperti ketahuan selingkuh.

Kak Ferdi diam tidak membalasku. Lebih baik aku mengalihkan pembicaraan.

"Hmm, kak. Aku pengen keluar dari rumah sakit kak. Aku udah sehat kok.... Aku bosan kak. Pengen sekolah juga." bujukku kepada Kak Ferdi.

"Oke. Emang nampaknya kamu udah sehat dari ketawa ketiwi tadi."

Aku langsung senang. Kenapa jadi gampang dibujuk?

"Serius kak? Oke yuk kak."

Kak Ferdi mengikutiku dan membereskan semuanya termasuk administrasi.

Dimobil, Kak Ferdi tampak diam saja. Dia hanya fokus pada jalanan.

Mungkin Kak Ferdi capek, jadi dia hanya diam saja.

Sesampai dirumah, Kak Ferdi tetap diam saja. Akhirnya aku memilih mengakhiri keheningan ini.

"Kak, terimakasih buat ngantar dan lainnya."

Kak Ferdi tidak menjawab.

"Nanti hubungi aku sampai dirumah ya kak. Aku turun dulu."

Kak Ferdi masih tidak menjawab, aku pun langsung turun dari mobil.

Mobil Kak Ferdi langsung melaju pergi tanpa menungguku masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Ada apa dengan Kak Ferdi? Biasanya dia tidak secuek ini.

-

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kak Ferdi belum kunjung memberiku kabar bahwa dia sudah pulang. Aku terus menunggu hingga aku ketiduran.

-

- Kamis, 18 Februari 2016 -

Kepada : Kak Ferdi

Pagi, Kak.

Udah bangun?

Kok kemarin nggak kabari udah dirumah?

- Jumat, 19 Februari 2016 -

Kepada : Kak Ferdi

Lagi sibuk kerja ya?

- Sabtu, 20 Februari 2016 -

Kepada : Kak Ferdi

Kakak kenapa nggak balas pesanku? Paket habis?

- Minggu, 21 Februari 2016 -

Kepada : Kak Ferdi

Kak?

- Senin, 22 Februari 2016 -

7 panggilan tidak terhubung ke Kak Ferdi.

- Selasa, 23 Februari 2016 -

Aku menjadi galau. Sudah lama aku tidak berhubungan dengan Kak Ferdi. Apa Kak Ferdi sangat sibuk? Tapi sesibuk apapun, biasanya Kak Ferdi akan membalas pesannya.

Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke apartemen Kak Ferdi.

Seharusnya tidak begini. Aku sudah menerima lamarannya, kenapa jadi seperti aku menolak lamarannya?

Aku langsung saja memasukkan password apart Kak Ferdi. 921201.

Ketika aku masuk, aku melihat Kak Ferdi dan Kak Tuti seperti habis melepas pelukan mereka.

Jujur aku kurang tau situasi ini. Bagusnya aku harus bagaimana?

"Maaf, aku ganggu ya? Seharusnya aku menekan bel tadi."

"Nggak kok. Eh, maksudku bukan. Ini bukan seperti yang adek pikir." Kak Tuti seperti memberi penjelasan agar aku salah paham.

"Aku rasa lebih baik kalian bicara berdua, kalian sepertinya salah paham." sambung Kak Tuti.

Ketika Kak Tuti hendak pergi, "Biar aku yang pergi, sepertinya aku yang mengganggu."

"Ngapain kesini?" Kak Ferdi bertanya dengan nada yang tidak menyenangkan.

"Aku hanya ingin memastikan keadaan kakak karena..."

"Bukannya kamu bersama Bryan." potong Kak Ferdi.

"Bryan? Maksud kakak apa?" Aku mengernyit bingung.

"Kamu bukannya pacaran sama Bryan?"

"Sejak kapan? Kenapa aku bisa nggak tau aku pacaran sama Bryan?" balasku tidak terima.

"Sejak di rumah sakit?" Jawab Kak Ferdi ragu.

Aku kembali teringat kejadian di rumah sakit. Kejadian Bryan menyatakan kalau dia cinta sama Jovita.

"Kakak emang dengar apa sampe berasumsi seperti itu?"

"Aku dengar kalian bilang soal cinta. Kamu juga bilang kalau Bryan pedekate sama kamu. Jadi bukannya kamu menerimanya?"

Aku tersenyum. Aku melihat ke arah Kak Tuti yang terdiam memerhatikan kami berdua.

"Lalu sedang apa kalian disini? Berpacaran? Boleh aku berasumsi seperti itu langsung?"

Aku marah dan kesal sekarang.

"Kami tidak berpacaran. Tadi Ferdi sedih, jadi aku hanya menghiburnya." balas Kak Tuti.

"Bukannya jadwal bersih-bersih setiap hari minggu. Ini hari selasa bukan?"

"Jangan mikir aneh-aneh deh Kaila. Bi Ijah nggak datang kemarin lagi, jadi diganti hari ini. Aku bukan kamu. Kamu cemburu?" balas Kak Ferdi. Kak Ferdi seperti mengajakku ribut.

Aku tersenyum. "Emang nggak boleh? Bukannya aku sudah menerima lamaranmu kak."

Kak Ferdi terdiam.

"Jika kakak lupa, biar aku ingatkan. Aku menerima lamaran kakak saat aku pingsan kecelakaan kemarin."

"Dan juga Bryan. Dia tidak menembakku tapi dia mengatakan dia menyukai sahabatku. Pedekate hanya alibinya agar bisa dekat dengan sahabatku, bukan aku." sambungku.

"Kenapa kakak tidak bertanya seperti aku bertanya barusan? Kenapa memilih mendiamku berhari-hari?"

Tidak ada respon apapun dari Kak Ferdi.

"Kurasa aku sudah cukup menjelaskan. Kayaknya juga nggak ada yang mau diomongin lagi." Aku melangkah pergi meninggalkan mereka.

Kak Tuti meminta Kak Ferdi mengejarku, tetapi terlambat. Aku sudah lebih dulu pergi turun dan naik taksi yang lewat.

Rasanya pusing sekarang, lebih baik kami sama-sama menenangkan diri.

-

Jangan lupa vote dan comment ya....

Terimakasih dan stay tune :)

This is Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang