Pagi ini, sauna memulai aktifitasnya dengan memasak dibantu oleh bundanya. Entah alasan apa yang membuat orang tuanya pulang ketanah air, yang jelas sauna sangat bahagia akan hal itu.
Tangan sauna sibuk memasukan makanan yang sudah matang kedalam bekal. Sauna berniat untuk mampir sebentar kerumah sakit, membawa beberapa makanan untuk orang tua jennie sebelum dia benar-benar berangkat sekolah.
"mau bunda buatin bubur buat temen kamu?"
Sauna menoleh sejenak, menatap bundanya yang masih sibuk menata makanan di meja makan. Tak heran jika bundanya bertanya demikian, Kemarin yoongi sudah menceritakan alasan kenapa mereka tidak ada dirumah. perihal jennie.
"gak usah bun, pihak rumah sakit udah siapin makanan buat pasien" jawabnya. Dibalas dengan anggukan dari bundahnya, mengerti.
"AYAH!!! KAKAK!!!"
Teriakan tak terduga dari bundanya itu, seketika membuat sauna menutup telinganya cepat. Ah bundanya yang berisik.
Tak lama berselang kedua lelaki keluarga min pun muncul lengkap dengan gerutuan tentang teriakan itu.
"bunda nih kebiasaan" gerutu pria itu, berjalan kearah meja makan dengan pakaian formal dengan tas kerja yang mengantung ditanggannya.
Bunda cekikan sebelum membela diri lebih lanjut, "habisnya kalian itu lama, suka bener bikin bunda teriak" wanita itu hanya mengerucutkan bibir gemas seperti anak kecil.
Ayah hanya menggelengkan kepala pasrah, memaklumi tingkah bundanya yang terkadang kekanak-kanakan. Dilain sisi, yoongi hanya diam menatap drama keluarganya datar.
Sarapan pagi itu berjalan khidmat, lalu ayahnya pergi lebih dahulu dengan alasan rapat. Sauna dan yoongi pun beranjak dari kursinya, sebelum menyalami bundanya secara bergantian, memberikan semangat pada anak- anaknya dan berakhir sauna yang telah berada di lorong rumah sakit, sendiri. Iya sendiri. mau siapa lagi, yoongi? Oh jangan berharap demikian dia bahkan ogah berjalan untuk mengambil air minum di dapur. Ah lupakan tentang kemageran min yoongi.
Berapa belokan lagi sauna akan sampai diruang rawat jennie. sambil menenteng paper bag yang berisi makanan, tampak begitu bersemangat dengan senyum merekah diwajahnya. Dari kejauhan sauna dapat melihat kedua orang tua jennie yang sedang berbincang didepan ruang rawat jennie dengan jaut wajah seperti... gelisah. mungkin. sayup sayup sauna dapat mendengar percakapan mereka.
"gak ada yang bisa dipinjamin uangnya" tutur ayah jennie, membuat ibu jennie terlihat menunduhkan kepala sambil memijit pelipisnya gusar
'pinjaman? buat apa mereka minjem uang?' sauna yang mendengarnya lantas bertanya pada dirinya sendiri
"terus bagaimana cara kita membayar rumah sakit ini? bagaimana juga dengan biaya operasinya ?" terlihat ibu jennie duduk dikursi tunggu sambil mengusap wajah gusar.
mendengar itu sauna hanya menutup mulutnya, kaget. 'operasi? apa penyakitnya separah itu?' gumamnya.
mengeratkan gengamannya pada paper bag sambil menghembukan napas panjang, lalu berjalan kearah pasangan suami istri itu.
"saya mohon maaf sebelumnya karna saya lancang mendengarkan percakapan om dan tante" seru sauna tiba-tiba membuat pasangan suami istri itu terlonjak kaget sebelum beralih melirik kearah sauna yang sedang berdiri tak jauh dari mereka.
"tidak masalah" ujarnya, ibu jennie tersenyum sebelum bangkit dari duduknya, mengampiri sauna. "setidaknya jennie memiliki teman sebaikmu" ujarnya lebih lanjut sebelum tersenyum lebih lebar sambil memegang bahu sauna lembut. Sauna hanya tersenyum cangung mendengar kata 'teman' karena pasalnya jennie tidak pernah menyukai sauna, bahkan dia sempat bilang dia membenci sauna. Entahlah sauna tidak begitu peduli alasan jennie membencinya.
"oh iya tan, ini saya ada bawa makanan buat kalian" ucapnya, sauna lalu menyodorkan paper bag yang sejak tadi dia bawa.
"ah terima kasih banyak, pasti merepotkan yah?!" ayah jennie ikut mendekat kearah sauna dan istrinya sebelum melontarkan pertanyaan.
"ah tidak om, kebetulan saya tadi masak lebih jadi sekalian saja" sangah sauna cepat, sedangkan pasangan suami istri itu hanya tersenyum geli menampakan kantung mata yang sangat jelas kentara.
"maaf sebelumnya kalo saya lancang, tapi apa boleh saya tau jennie sakit apa?" sauna terlihat ragu untuk bertanya pertanyaan sensitif itu, tapi rasa penasaran sauna lebih mendominasi dari rasa ragunya.
Setelah melontarkan pertanyaan seperti itu, terlihat Pasangan suami istri itu menundukan kepala menatap ubin lantai rumah sakit dengan tatapan sendu. Ah rasanya sauna merasa tidak enak bertanya seperti itu.
"jennie menderita kanker darah stadium akhir"
Pernyataan itu jelas membuat Sauna bungkam seribu bahasa, lalu melirik kearah kamar rawat jennie dengan genegan air mata yang siap untuk meluncur. Sauna masih saja diam terus memandangi ruang rawat jennie yang tertutup rapat sebelum sebuah kenyataan pahit lainnya menghantam,
"umurnya tidak akan panjang lagi"
penjelasan itu sukses membuat genangan air mata itu melesat melewati pipinya. Dengan jejak air mata yang masih tampak, Sauna menoleh cepat kearah pasangan suami istri yang masih saja menunduk, bahkan bahu ibu jennie terlihat naik turun menandahkan wanita tua itu sedang menangis dalam diam.
"apa ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya sauna pada ayah jennie yang kini ikut memandang ruang rawat inap jennie sendu.
"harapannya terlalu kecil, kita hanya bisa memperpanjang hidupnya dengan transplantasi sumsum tulang" balasnya sendu.
"kita harus melakukan yang terbaik untuk kesembuhan jennie. Saya yakin jennie bisa sembuh" tekad sauna sebelum berucap lebih jauh.
"saya akan membantu sebisa mungkin. dan untuk biaya pengobatannya kalian tidak perlu khawatir, saya akan menanggung semua itu. Tapi tolong rahasiakan semua ini dari jennie"
TBC
Maaf karena ini part terpendek selama aku nulis kakel. So kalian nikmatin aja alurnya. Oke
Comen dong nyai(╥﹏╥)
Gomawo♡
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKEL-PJM
FanfictionTakdir seseorang tidak akan pernah tertukar. Camkan itu!!! Non baku✔ Bacot✔ Kasar✔ Receh? Maybe KAKEL-PJM