14.MPIY - Sisi lain Alfa

29 4 0
                                    

🥀

Waktu berlalu begitu cepat dan hari Sabtu ini tentu Kei tak lupa akan janjinya untuk membawakan Cinta dan anak panti lainnya coklat yang banyak.Namun,Alfa mencegahnya untuk membeli coklat dan menawarkan bahwa ia mempunyai coklat yang banyak dan Kei tak perlu membeli lagi.

Kei yakin itu dari fans-fans Alfa.

Saat sampai di panti yang bernama "Kasih Ibu" itu,tentu saja mereka langsung dikerubungi anak-anak panti yang menagih janji mereka,bahkan mereka melupakan kehadiran Alfa dan Kei karena terlalu antusias.

Tiba-tiba Kei merasa tangannya di genggam,ia pun menoleh dan mendapati Alfa tersenyum manis kepadanya lalu ia hanya menurut ketika Alfa mengajaknya berkeliling halaman panti yang cukup luas.

Sebuah bangku panjang berwarna putih di tengah taman pun menjadi tempat yang cocok untuk mereka duduki.

Untuk sekian menit mereka terdiam dengan pikiran masing-masing,memilih menikmati angin yang membelai lembut wajah mereka.

"Maaf." ucap Alfa tiba-tiba dengan tetap menatap ke depan.

Kei segera menolehkan wajahnya dengan raut bingung.

"Buat?"

"Perlakuan Jessie kemarin sama kamu."

"Gak papa,gue udah biasa kok."

Kemudian keadaan menjadi hening lagi untuk beberapa detik.

"Aku sama dia gak pernah ada apa-apa." jelas Alfa yang hanya dibalas anggukan oleh Kei.

Sungguh,entah mengapa Kei diam-diam merasa lega akan hal itu.

Selanjutnya Kei menatap Alfa dari samping,pandangannya menelusuri wajah tampan Alfa yang terukir sempurna.Dengan alis tebal,hidung mancung,bulu mata yang lentik,mata yang berwarna coklat terang,rahang yang tegas dan bibir yang tebal dengan warna merah alami.Bahkan Kei yakin warna bibirnya kalah dengan milik Alfa.

Satu kata untuk Alfa,sempurna.
"Semakin lama lagi,apa gue tetap bisa bertahan dari pesonanya?" batin Kei.

Kei kemudian merasa tak asing dengan wajah Alfa dan seakan pernah bertemu dengannya,tapi dimana?

"Kei." panggil Alfa memergoki Kei yang memandanginya,membuat Kei langsung memalingkan pandangannya malu.

"Ke..kenapa?"

"Apa cita-cita kamu?"

Kerutan di dahi Kei menjelaskan bahwa ia sedang berpikir.

"Ehm,cita-cita gue jadi penulis! gue pengen banget bisa menciptakan my own world di cerita gue nanti." balas Kei dengan pandangan berbinar.

"Kalau lo? cita-cita lo apa?" tanya Kei balik menatap Alfa intens sedangkan Alfa tetap menatap ke depan.Kei merasa ekspresi Alfa berubah sendu ketika Kei menanyakan itu.

"Aku cuma pengen semua orang yang aku sayang bahagia."

"Itu bukan cita-cita kali! maksudnya profesi yang ingin lo jalani saat lulus nanti apa?" Kei terkekeh dan menggelengkan kepalanya tanda tak paham.

"Aku bahkan gak tau apa aku bisa sampai di masa itu."

Deg!

Alfa benar-benar terlihat rapuh saat ini.Entah apa maksud ucapannya,tapi Kei yakin bahwa Alfa sedang tak baik-baik saja.

Kei berdehem untuk mencairkan suasana yang berubah canggung.

"Lo itu aneh Al." ucap Kei pelan dan tersenyum penuh makna.

"Kenapa?"

"Gue yakin dari seluruh siswa-siswi di sekolah kita,cuma lo yang gaya bicaranya pakai "aku-kamu",dan lo itu kelihatan lebih dewasa." Kei berusaha mendeskripsikan Alfa dengan tanpa melepas senyuman di wajah imutnya.

"Terkadang kehidupan yang keras bisa merubah kita menjadi dewasa bahkan sebelum waktunya."

Kei menoleh lagi,berusaha membaca ekspresi Alfa yang memang terlihat berusaha menjadi lebih kuat.Banyak pertanyaan yang ingin keluar dari mulutnya,tapi ia terlalu tidak berani.

"Sebenarnya apa yang udah terjadi sama kehidupan lo,Al?" batin Kei sendu.

Lalu tanpa diduga,Kei memiringkan kepalanya dan menyenderkannya di pundak Alfa.Kei tak tau kenapa,ia hanya mengikuti kata hatinya.Seolah-olah ia ingin mengatakan pada Alfa bahwa lelaki itu tidak sendiri sekarang.

Alfa sendiri merasa tubuhnya menegang akibat terkejut dengan perlakuan Kei.Lalu,dengan lembut ia mengelus puncak kepala Kei.

Mereka bertahan dengan posisi itu untuk beberapa saat kedepan,merasa sangat nyaman.

Sedangkan dari kejauhan,tepatnya dari teras panti,Bu Ajeng menatap keduanya dengan perasaan terharu.

"Tuhan,aku mohon biarkan den Alfa bahagia kali ini." doanya dalam hati.

✨✨✨

Tepat pukul 4 sore,Alfa baru saja memarkirkan mobilnya di bagasi rumah.

Ia menarik nafas lelah dan segera berjalan ke dalam rumah dengan langkah gontai.Baru saja menutup pintu utama rumahnya,ia langsung diintrupsi dengan suara bariton seseorang.

"Darimana saja kamu?" tanya papanya dengan pandangan tegas.

"Sejak kapan anda peduli? urus saja anak kesayangan anda itu." balas Alfa santai dan melewati papanya cuek.

"Dasar anak kurang ajar! siapa yang mengajari kamu tidak sopan dengan saya hah?!" teriak papanya tidak tahan lagi menahan emosi yang memuncak.

"Anda pernah mendengar pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,kan?" ucap Alfa terakhir kali,ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.Mengabaikan teriakan papanya yang memanggil namanya lantang.

Awalnya Alfa ingin menuju kekamarnya,namun ia merubah tujuan ketika melewati kamar mamanya.Ia mendengar suara tangis yang sangat memilukan didalam sana.

"Ma?" tanya Alfa ketika membuka pintu,dan benar saja mamanya sedang duduk di kursi roda menghadap balkon dengan bahu bergetar menandakan bahwa ia sedang menahan tangis.

Mamanya segera membalikkan badan dan merentangkan kedua tangannya memanggil Alfa untuk datang dalam pelukannya.Alfa pun menurutinya.Dan tangis mamanya kembali pecah saat itu juga.

"Mama mohon jangan bertengkar lagi dengan papamu,nak." pinta mamanya pelan.

Alfa yang mendengar itu segera melepaskan diri dan menangkup pipi mamanya,berusaha menghapus air mata yang mengalir disana.

"Dia pantas mendapatkan perlakuan itu dari Alfa,ma.Setelah semua yang dia lakukan kepada mama." ucap Alfa dengan nafas memburu,ia muak mengingat semua perlakuan papanya itu.

"Papa sayang,papa..." mama Alfa berusaha membenarkan panggilan anaknya kepada suaminya itu.

Alfa heran,terbuat dari apa hati mamanya? mamanya sangat sabar dan tetap menerima papanya yang brengsek itu.

Kemudian dengan perlahan Alfa meletakkan kepala ke paha mamanya dan langsung disambut elusan lembut di kepalanya.Memang selalu seperti itu ketika Alfa merasa gundah atau tidak tenang.

"Ma,kenapa hidup selalu tidak adil kepada kita?" tanya Alfa dengan airmata yang perlahan mengalir.

Sungguh,Alfa tidak lemah.Namun,ia hanya ingin mencoba membuat perasaanya lebih tenang sekarang.

"Hidup itu adil sayang,tergantung bagaimana kita menyingkapinya."

Alfa hanya terdiam mendengar itu.Ia tahu mamanya hanya mencoba terlihat lebih tegar menjalani hidup yang seakan tak memihak padanya.

🥀

To be continued.....

Vote & Comment yaw❣

My Prince Is You • [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang