🌼11🌼

429 60 0
                                    

Keadaan sekarang runyam tak terelak. Semua deru duka melingkupi orang orang disini. Kabar mengenai meninggalnya mantan presiden pasar terbesar sudah meluas kepenjuru negeri. Semua liputan turut hadir memberitakan kepergian Tuan Jung Siwon selaku ayah dari Eunha.

Ngomong ngomong tentang Eunha, anak itu terlihat diam sekarang. Perasaan dan tatapan kosong seakan membuat dunianya sendiri. Dimana dia menganggap rentetan kejadian ini adalah mimpi. Ia ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

Sore tadi, setelah berjalan jalan Jaehyun mendapat telepon dari pihak rumah sakit mengenai kondisi Ayah  mertuanya yang kritis. Tidak menyangka akan secepat ini sang Ayah meninggalkan mereka. Eunha juga syok dan menangis tersedu mendengar kabar Ayah.

Saat itu, Eunha benar benar seperti orang gila. Beruntung Jaehyun berada disampingnya. Setia memeluk meski tubuh tegapnya beberapa kali terkena pukulan atau barang lemparan Eunha. Sakit? Tentu iya walau tidak sebanding dengan perasaannya. Eunha sungguh menyayangi Ayahnya, sangat. Sedari kecil memang sudah dekat hingga kebiasaan mereka yang mirip. Kematian Ayahnya cukup membuat Eunha seakan berada dikehampaan. Jati diri lainya adalah Ayah. Separuh jiwanya menghilang. Eunha tidak rela. Ayah merupakan cinta pertama seorang anak perempuan. Dan dari kesekian kalinya Eunha patah hati, Ayah adalah yang paling menyakitkan.

Karena keluarga Eunha dan Jaehyun adalah orang yang berada, segala sesuatu persiapan duka sudah selesai disiapkan. Eunha dan keluarga ingin jenasah sang Ayah hanya dipeti serta dikebumikan saja. Tidak perlu diabu.

Sekarang, disudut ruangan gadis itu meringkuk bermain gaunnya. Mengkesampingkan luka diperutnya. Menyendiri tidak bergabung dengan yang lain. Jaehyun berniat menghampirinya setelah menjamu tamu. Eunha belum makan apapun sedari sore hingga saat ini hari telah menggelap.

"Ayah.." ucapnya lirih perlahan namun berulang. Jaehyun sempat menghentikan langkahnya. Namun kemudian melanjutkan lagi dan berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada Eunha.

"Eun..." belum ada sahutan. "A-ayah..."

"Eun Ayah sudah berada ditempat paling baik didunia" katanya seraya mengusap bahu Eunha.

"A-ayahku... I-ire-ne Ta-taeil, dua k-kali tembak " racaunya. Jaehyun memang belum tahu berapa tembakan yang terkena Ayah waktu itu. Penjelasan Eunha membuktikan bahwa Ayahnya melindungi Eunha dari serangan tetapi tidak berhasil. Meninggalnya Ayah juga disebabkan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Penyakit yang tidak akan disebutkan oleh siapapun. Hanya dimengerti keluarga Eunha dan Jaehyun saja.

"Shhh sudah ya... biar aku saja yang akan membalas mereka" ucapnya memeluk Eunha.

Sebenarnya Jaehyun juga sempat emosi tadi, untung saja dapat ia mengontrol tempramentnya setelah melihat Eunha lebih down.

"I-irene dan Taeil, me-mereka pernah hhks-" jeda Eunha.
"Apa hak mereka melakukan ini pada kami? Apa tidak cukup semua yang kami berikan kepada mereka?" Sambungnya.

"Semuanya Eun. Adukan semua padaku, aku bersumpah untuk siapapun yang menyakitimu tidak akan hidup dengan tenang. Aku berjanji, membuat mereka merasa lebih baik mati daripada hidup tersiksa" tukas Jaehyun dengan tangan kanannya mengepal. Ini waktuya membuktikan bahwa ia tidak main main dengan perkataannya kemarin dengan Ayah mertuanya. Ia ingin melindungi Eunha.

"Tubuhmu sudah lelah, sebaiknya kita istirahat. Biar yang lain menerima tamu" Jaehyun memapah gadis ini yang terlihat lemah untuk pulang dari rumah duka.

---

"Sudah ganti baju?" Tanya Jaehyun melihat Eunha, dia hanya mengangguk.

"Kau masak apa Jung?"

"Sup cream kerang, kita belum mengisi perut dari tadi sore" jelas Jaehyun.
"Aku, tidak lapar" kata Eunha yang membuat Jaehyun menoleh.

Eunha duduk disofa ruang tengah meninggalkan Jaehyun sedang plating sup kerangnya.

MY SWEETY HUSBIE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang