BAB 15

450 58 1
                                    

"Maaf yah kalau aku suka sama kamu, ga sengaja sumpah"

-Reno Wijayanto
.
.
.

Jam pertama di Sma harapan bangsa telah usai. Kanaya tak memilih kantin seperti kebanyakan murid lainnya. Moodnya sedang tidak baik-baik saja saat ini,entah apa penyebabnya

Kakinya terus melangkah ke arah belakang sekolah, gang kecil dan sempit tak membuat dirinya takut hingga sepatu hitamnya berhenti tepat disaat ia menginjak rumput halus dibelakang sekolahnya.

Dirinya tersenyum dihirupnya udara sebanyak banyaknya lalu duduk dibangku bekas kelas namun masih kuat untuk diduduki.

Pikirannya melayang hingga tak sadar ia memikirkan laki-laki yang telah mencuri perhatiannya. Ia tak masalah jika sendirian seperti ini, hal itu sudah biasa baginya hanya saja Elang telah memasuki ruang kosong di hatinya dan sekarang mungkin akan perlahan menghilang.

Menghebuskan nafasnya gusar "hufttt" ia kembali memikirkan laki-laki itu yang belum menjelaskan tentang kepulangannya bersama Olivia. Kanaya berdecak kesal entah kenapa ia seperti ini. Apa yang harus dijelaskan padanya? Kanaya bukan siapa siapa.

Angin semilir menyentuh kulitnya lembut dengan cahaya mentari yang mengenai wajahnya melalui celah daun di pohon.

Malam ini
Bintang mengingatkanku padamu
Indah, terang
Seperti matamu yang s'lalu kupandang
Lembut tutur katamu
Merdu tawamu, parasmu yang menawan
Buat diriku tak bisa lupa

Dari banyaknya insan di dunia
Mengapa dirimu yang aku sangka
Bisa temani hari-hariku yang tak selalu indah?
Walau kita tak bisa bersama
Lembut tutur katamu
Merdu tawamu, parasmu yang menawan
Buat diriku tak bisa lupa

Uh-uh

Dari banyaknya insan di dunia
Mengapa dirimu yang aku sangka
Bisa temani hari-hariku yang tak selalu indah?

Walau kita tak bisa bersama

Dipertemukan semesta
Walau berakhir tak bahagia

Tak sadar air matanya akan tumpah dengan segera ia mendongak. Hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Prok prok...

Suara tepuk tangan kini terdengar,kanaya sedikit tersentak kaget dan mencari sumber suara. Revan ketua osis kini telah duduk disampingnya tanpa meminta izin.

"boleh gue duduk? "tanyanya

"kan lo udah duduk" balas kanaya singkat tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

"hehehe"

"kenapa? " to the point kanaya tidak ingin berbasa basi

"kaku amat jadi cewek"
Kanaya hanya mengangkat bahunya acuh

"ehh lo nggak kaku kelihatannya kalau sama Elang" ucap Revan

Kanaya mengerutkan dahinya berfikir apakah memang seperti itu? Hadirnya Elang tidak lagi menjadi kanaya yang kaku?

"hem"

"suara lo bagus, 2 pekan lagi sekolah ngadain hari sahabat dengan Sma lainnya, gue harap lo bisa tampil nyanyi" ucap Revan lalu memandang wajah kanaya "cantik" gumamnya dalam hati

Sontak kanaya menggeleng tidak setuju, ia tidak suka menjadi pusat perhatian, dan ia sama sekali bukan tipe orang yang seperti itu.

"lo tau? Kita menjadi penerima beasiswa dari sekolah. Dan aturan pergantian kepsek tahun kemarin ingin penerima beasiswa tidak hanya hebat dalam akademik tapi juga non akademik. Lumayan kan siapa tau lo juara dan bakal dapat sertifikat, jadi saat semester depan bukan hanya rekap nilai yang di kumpul tapi juga sertifikat lomba ataupun organisasi" jelas Revan panjang lebar berharap kanaya ikut

Kanaya mencerna baik baik setiap kalimat yang didengarnya. Orang tua kanaya bisa saja membayarkan uang sekolahnya hanya saja hubungan dengan keluarganya sedang tidak baik. Ia tak ingin jika ia akan dipindahkan ke sekolah lain karena spp yang sangat tinggi sedangkan uang jajan pun yang diberikan mamanya sudah dipotong banyak.

Dirinya menggeleng tak ingin hal itu terjadi ia sudah nyaman disekolah ini. Alisnya terangkat satu mencari kebenaran sekolah yang membuatnya nyaman atauka salah satu murid yang telah menarik dunianya?

"gue bakal pikirin lagi" ucap kanaya dan beranjak pergi meninggalkan Revan yang tersenyum kearahnynya meski senyuman itu tak pernah dilihat oleh kanaya.

⏳⏳⏳

"bisa diam nggak sih lo Lang " Miko menatap Elang jengah dirinya pusing melihat sohibnya mondar-mandir seperti Papanya dulu pas mamanya ngelahirin adiknya.

"Lo nungguin siapa? " kini suara Aldo yang mengintrupsi

Elang tak menjawab teman-temannya. Dirinya lantas duduk dibangku kantin dan mengecek ponselnya berkali kali

Lo dimana?

Pesan yang sudah ia kirim 20 menit yang lalu namun tidak ada tanda-tanda orang yang dituju akan membalasnya. Bagaimana ingin dibalas pesannya saja belum dilihat.

"Lo suka kanaya Lang? " tanya Reno penasaran lalu mengambil mangkuk bakso Elang yang belum disentuhnya sama sekali. Elang hanya melirik membiarkan temannya memakannya

"baru kali ini lo kayak gini gara-gara cewek, tapi okelah gue setuju Lo sama Kanaya" ucap Reno lalu memasukan bakso berukuran sedang dalam satu suapan ke mulutnya. Sedang Elang tak memiliki mood untuk berbicara saat ini, ia hanya ingin melihat gadisnya.

Miko yang mendengar kalimat Reno menilik tajam, ia berbasa basi karena ingin memakan makanan Elang "modus lo" ucapnya lalu melempar bungkus beng-bengnya ke arah Reno. Reno tak masalah asalkan dirinya makan gratis.

Semuanya diam sibuk dengan pikiran dan makanannya masing-masing sebelum Reno menjadi sasaran empuk mereka.

"ngaku! sebenarnya lo pasti lihat notif gue kan? " Reno memicingkan matanya ke arah Sasil sang pujaan hati yang baru saja duduk tak jauh darinya

"liat tapi malas bales" ujar Sasil membuat teman-teman Reno kini menertawai nasib temannya

"segitunya sil" Reno mengerutkan dahinya sedikit sakit mendengar ucapan Sasil

"siapa suruh suka sama gue " ujar Sasil lalu pergi meninggalkan Reno and the geng

"Hahahaha"

"si Entong makan roti boy
Mari kita sambut
Reno si sadboyyyyyy" teriak Miko membuat Reno menatapnya tajam. Bukannya takut kini Miko hanya tertawa

"yang sabar bro, nanti bakalan luluh" bujuk Aldo tak ingin Reno merenungi hal ini

"unik yah kita punya kisah cinta yang unik" Ujar Aldo membuat teman-temannya mengangguk membenarkan hal tersebut

"ngapain lo ngangguk-ngangguk Miko? Ingat ultimatum gue tadi berlaku sama geng pegas kecuali lo!! Dasar jomblo karatan" ujar Aldo membuat Miko memanyukan bibirnya dan bergelayut manja pada Zean

"Mass Zean Aldo jahat"

Zean mendorong tubuh Aldo, Aldo yang diperlakukan seperti itu lantas ingin memeluk Elang yang berada di sampingnya, namun sebelum memeluk Elang kini dirinya takut. Lihat saja bagaimana dirinya di tatap oleh Elang.

"Anjing lo semua" ujar Miko beranjak dari kantin

"sejak kapan Miko kek gitu?

"udahlah tu bocil lagi proses pendewasaan" ujar Zean lalu menyusul Miko tentu ditangannya sudah memegang susu kotak rasa stroberi kesukaan Miko hal ini ia akan berikan sebagai sogokan untuk memaafkannya

"Benar jatuh hati tak pernah memilih, jadi ku mohon jangan salahkan rasaku ini" gumam Reno yang suaranya dibawa oleh angin


....
Tbc

Vote dan komen kawannn



KANALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang