BAB 18

352 15 2
                                    

Terdapat adegan 17+


"Semesta izinkan aku menjaga gadisku, jangan beri ia kepedihan.jika perlu aku saja yang merasakannya"

_Elang Bagaskara
.
.
.

Kanaya merutuki dirinya yang kini terjebak dijalanan yang lumayan sepi. Melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam. 

Dirinya berdecak kesal, mengapa waktu berlalu begitu cepat. Kanaya menunggu taksi yang sudah dipesannya lewat online namun sedari tadi tidak datang.

Kanaya mengeratkan blaser warna peach yang membalut lengannya. Jika saja bukan mamanya yang meminta dibelikan bunga daisy ditoko langganannya maka tentu ia takkan keluar malam apalagi di tempat sepi. 

Toko bunga tersebut memang terletak sedikit terpencil sekitar 4km dari jalan raya utama. Membuat lokasi ini tampak sepi dan toko tersebut sudah tutup beberapa menit yang lalu. 

"hai cantik"

"main yuk" ujar salah satu pria dewasa dengan kurang ajar

Kanaya mengeratkan tangannya pada pesanan mamanya. 

Kanaya yang melihat ketiga preman tersebut membuatnya berlari, 4 km dirinya tak lagi berfikir yang ia tau bagaimana caranya keluar dari situasi ini.

Peluh terlihat dikeningnya, tak ada udara malam yang dingin semuanya terasa panas melihat ketiga preman tersebut yang menatap kanaya dengan tatapan menjijikan.

"etss mau main-main dia bos" ucap pria botak dengan senyum miringnya 

"kamu lari cantik setelah 10 detik kami akan kejar dan kita bersenang- senang sayang" ucapnya membuat kanaya terus berlari. Entahlah olahraga adalah hal yang payah baginya meski ia pernah mengikuti kelas karate. Ia memohon pada kakinya untuk terus belari sedangkan sisa beberapa lagi hitungan 

7

8

Segera kanaya mencari kontak Elang yah hanya Elang yang terpikirkan olehnya, ia tak tau harus bagaimana lagi 

"ayokk angkat lang" gumamnya dengan terus berlari 

10

Ketiga preman tersebut kini berlari dengan tertawa satu sama lain. Tawa itu menggema disepanjang jalan 

Kanaya memang tak bisa lari entahlah. Tersambung telpon tersebut sudah terhubung 4 detik yang lalu namun kanaya tidak menyadari nya

"Langg tolong akuuu"

"dijalan camar toko bunga.... 

"aku"

Tutt.... 

Panggilan terhenti baterai ponsel kanaya habis. Kanaya hampir saja menangis dengan apa yang ia alami. Mengapa harus sekarang hpnya mati.

"Tuhan bantu aku" ucapnya penuh harap, serta berharap Elang mendengar perkataannya.

Jarak preman dan kanaya semakin tipis, kanaya melemahkan larinya ia harus menghadapinya. Sebab sembunyi pun terasa percuma tidak ada yang bisa dijadikan tempat sembunyi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KANALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang