♪ ♬ 01 ♬ ♪

18.3K 637 26
                                    

sebelum masuk ke cerita, buat mentemen yang baru buka, atau nemu cerita ini, karena Our Secret Way ini prequel, jadi, gak baca Our Escape Way dulu juga gak masalah. karena memang latar ceritanya itu sebelum Our Escape Way. gitu mentemen.

selamat membaca!

⚘ ⚘ ⚘

Satu hal yang paling Alfi sebal dari banyaknya hal menyebalkan dalam hidupnya adalah, saat kekasihnya meninggalakn tanda merah di sekitar lehernya. Bukan karena apa, Alfi hanya tidak suka kalau tanda merah bekas bercintanya itu ada di tempat yang dapat dilihat orang lain. Kekesalannya bertambah akan kenyataan bahwa hari ini ia ada panggilan interview.

Alfi lulusan Desain Grafis, pun ia juga aktif dalam klub animasi semasa kuliahnya, banyak juga orang yang meminta jasa menggambarnya, entah itu untuk logo atau karakter. Alfi dikaruniai keahlian menggambar, tapi sayang, lulusan desain dan ahli gambar saja tidak menjamin Alfi bisa masuk ke perusahaan besar. Berkali-kali Alfi mengirim surat lamaran dan melakukan interview, satu pun tidak ada yang lolos. Alfi berakhir bekerja freelance sembari terus menyebar lamaran.

Dari sekian banyak lamaran yang Alfi kirim ada satu rumah produksi game yang memintanya datang untuk interview. Padahal Alfi hanya iseng. Lulusan Desain dan jago gambar membuat Alfi berharap akan bekerja di suatu studio animasi perfilman. Untuk game, Alfi sama sekali tidak kepikiran, pun ia tidak punya pengalaman membuat game.

Alfi sengaja memakai kemeja yang berkerah agak tinggi, untuk menutupi hickeynya. Tiap kali melihat, Alfi melenguh. Mau kesal juga tidak bisa karena yang melakukannya adalah kekasihnya sendiri. Alfi hanya bisa menutupinya.

Sekitar jam sembilan Alfi sudah sampai di studio game bernama mOla Game Studi. Alfi pikir, yang membuat logo atau nama studio ini pasti typo, karena huruf M-nya menggunakan huruf kecil, sementara huruf O yang berada di barisan kedua menggunakan kapital. Setelah dilihat-lihat, Alfi sadar itu seni. Padahal ia sendiri anak Desain.

“Mm, maaf Mas, saya yang dipanggil untuk interview, dimana ya ruangannya?”

“Oh, sebentar saya tanya dulu ya. Masnya silakan duduk dulu.”

“Oh. Oke.” Alfi mengangguk, tersenyum ramah, lalu menurut untuk menunggu di kursi lobi.

Matanya berkeliling, ada patung kelinci yang memegang papan bertuliskan nama studio. Setelah dilihat-lihat lagi, juga mengingat-ingat ketika ia ingin mengirimkan lamaran, mOla Game Studio ini memang dipenuhi gambar kelinci. Alfi iseng googling tentang studio ini, dan ketemu. Mola artinya kelinci, dari bahasa Kanada. Alfi pikir, pasti yang punya studio ini orangnya kekanakan.

Tapi nyatanya salah besar! Sangat!

Di ruang interview, Alfi dihadapkan dengan tiga orang sekaligus. Pertama pemilik studio, namanya Surya yang ternyata sama sekali tidak terlihat kekanakan, terlihat muda saja tidak, Surya lebih terlihat seperti bapak-bapak muda, meski yang ia lihat dari hasil googling tadi, Surya ini masih lajang. Pria disamping Surya adalah wakilnya, namanya Evan, sekali lihat Alfi langsung bisa menebak, ia pria dingin, tidak cocok dengan Alfi. Yang terakhir masih muda, mungkin sekitar 25-26 tahun atay yaa lebih sedikit, namanya Dany, Kepala Animator.

Awal-awal sesi interview hanya pertanyaan basa-basi seperti yang sudah-sudah, Alfi rasanya khatam dengan segala interview. Meski ini kali pertama Alfi interview di studio game, rasanya Alfi bisa menjawabnya dengan lancar.

“Saya udah liat semua portofolio kamu, selain dari yang kamu kirim. Saya liat juga kamu sering dapet komisian, bener?”

“Iya. Lumayan sering dari jaman kuliah. Saya juga ikut klub animasi, pernah beberapa kali diminta jadi mentor di kelas animasi untuk anak SMA.”

Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang