♪ ♬ 24 ♬ ♪

3.6K 404 24
                                    

Tapi dalam hubungan, pasti ada saja masalahnya. Ya itu hal kecil atau malah besar. Yang kali ini, sebenarnya hanya hal kecil, tapi jadi besar karena salah paham.

Awalnya Alfi hanya mengambek karena Evan harus menggagalkan janjinya karena ada urusan mendadak, salahnya Evan tidak segera memberitau Alfi. Alfi jadi harus menunggu lama dan kemudian dapat kabar kalau Evan tidak jadi datang menjemput karena ada kerjaan. Alfi mengambek, jelas. Ia jengkel karena sudah menunggu lama tapi malah tidak jadi. Harusnya Alfi bisa mengerti Evan dan segala urusan mendadaknya, tapi memang Alfi hari itu sedang bad mood, hal kecil seperti itu jadi berlarut-larut.

Besoknya Evan menunggu Alfi di besmen, Alfi menyusul. Ya mereka berbaikan. Bukan Evan kalau ia tidak bisa membuat Alfi mereda. Pun Alfi, mau mengambek atau marah segimana pun, luluh juga dengan Evan. Pagi itu Evan bawa bucket bunga, ia mengajak Alfi sarapan bersama dulu sebelum akhirnya diajak ke apartemen. Sampai di apartemen pun Alfi masih sangat dimanjakan. Masalah Alfi yang mengambek? Alfi sudah lupa.

Tapi sayang, baru sehari berbaikan, Alfi sudah kena salah paham. Bukan, bukan dengan Haani seperti yang Alfi takutkan selama ini, tapi karena anak magang, dan itu perempuan. Sekali lagi, harusnya Alfi bisa percaya kalau Evan tidak mungkin menaruh hati pada oranglain, terutama perempuan. Tapi tetap, lagi-lagi Alfi kemakan emosi dan cemburunya. Pertengkarannya berbuntut panjang.

“Aku harus gimana lagi biar kamu percaya kalo waktu itu aku cuma nolong dia.”

“Nolong apa sih Dear? Kalo cuma nolong ya gak usah nempel-nempel begitu.”

“Aku gak gitu, Sayang. Dia nujukin hasil kerjanya di komputer, jelas kau harus nunduk buat ngeliatnya kan?”

“Tapi kamu nempel!”

“Nggak! Aku kayak biasa, kayak ke kamu, ke Eldy, ke yang lain. Malah sebenernya aku udah ngejauh.”

“Oh kalo gitu anak magang itu yang sengaja nempel-nempel sama kamu.”

“Alfi.”

“Aku gak mau tau! Aku mau pulang aja.”

“Sayang.. kalo gini terus masalah kita gak bakal selesai. Ayo kita omongin baik-baik, gak emosi begitu, gak di mobil begini. Kamu salah paham. Aku gak suka sama orang lain apa lagi sama dia.”

“Iya, tapi dia suka sama kamu kan?”

“Ya itu dia, bukan aku. Kenapa marahnya ke aku?”

“Terus aku harus marah ke dia?”

“Astaga.” Evan memijat keningnya agak keras. “Alfi.. aku gak tau lagi. Aku harus ngomong gimana biar kamu berhenti kayak gini, biar kamu percaya, biar kamu ngerti? Alfi, soal dia yang suka sama aku itu gak penting kan? Nyatanya kan aku cuma pacar kamu Fi, bukan yang lain. Aku sukanya sama kamu.”

“Tau ah.”

“Fi.”

“Aku mau pulang.”

Evan tidak bisa menyangkal lagi, ia yakin kalau ia bersuara lagi, malah buat Alfi makin emosi. Jadi Evan hanya diam, menuruti Alfi, mengantar pulang ke apartemen. Tidak ada pamit atau apa, begitu sampai Alfi langsung turun dan pergi. Buat Evan jadi harus menarik napasnya lebih dalam lagi.

Tangannya dilipat di depan dada. Hanya menunduk, mengabaikan orang lain yang satu lift dengan Alfi. Di telinganya masih penuh dengan kata-kata Evan yang mencoba menjelaskan tapi Alfi tidak mau dengar, tapi di ingatannya selalu terputar kejadian yang sama. Saat tidak sengaja Alfi melihat Evan dan si anak magang.

Dadanya sakit, lebih sakit dari salah paham yang pertama dulu. Sebenarnya Alfi percaya kalau Evan hanya menyukai dirinya. Tapi kalau memang benar si anak magang itu menyukai Evan, Alfi merasa terancam. Dulu, Alfi juga yang diam-diam menyukai Evan, akhirnya bisa jadi pacar. Gimana kalau hal yang sama terjadi lagi? Itu yang selalu ada dalam pikiran Alfi.

Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang