“Ga.”
“Hmm.”
“Lo sadar gak sih?”
Aga yang semula sdang serius memandangi layar komputer, langsung pada beralih pada Dany di samping mejanya. “Sadar apaan Mas?”
“Belakangan ini tuh, Pak Evan-”
“Ke Alfi terus!”
“Nah!”
“Sadar Mas. Gue kira sih awalnya karena mereka suka meeting projekan Pak Ridwan itu, tapi ini projekannya udah kelar, Pak Evan apa-apa mesti Alfi.”
“Iya Ga, gue juga mikir gitu. Kayak, Pak Evan nih udah nemu anak kesayangannya. Macem Bos ke Mas Eldy.”
“Iya Mas. Bener!”
“Tapi yang sebenernya, Pak Evan cuma nyuruh Alfi ngembangin projekan individunya.” Tegas Eldy tiba-tiba dan tanpa ragu menghantamkan kelapa dua juniornya ini. “Ditinggal berdua malah ngegosip coba. Tumben.”
“Ya maap.” Aga melengos, kembali menlanjutkan pekerjaanyan.
Dany sendiri lanjut main game, “Abis keliatannya emang gitu Mas, bukannya kita ngegosip.”
“Alfi tuh baru ini buat game individu, kena protes mulu karena gak ada progresnya. Nah gue yang ditegor sama Bos, katanya kita gak ngebantu Alfi. Anak kesayangan dari mana coba? Aneh-aneh aja.” Jelas Eldy, “Kasian loh dia, keteteran dimana-mana. Pak Evan mau projekan inividu Alfi cepet selesai, katanya bakal ada projekan besar lagi semenatar yang Alfi kerjain itu projekan individu, kita juga ngebantu gak bisa bantu banyak. Ya gini lah akhirnya, malah kena tegor sana-sini. Alfinya gak bilang kalo butuh bantuan, kitanya juga malah sibuk sendiri.”
Dany dan Aga hanya diam. Merasa bersalah, bukan karena sudah membicarakan Alfi, tapi karena kenyataan Alfi dan gamenya. Terutama Dany, jabatannya sebagai Kepala Animator harusnya buat Dany bisa memahami kesulitan-kesulitan timnya. Tapi ini tidak.
Alfi memang sedang mengerjakan projekan individunya, hanya game tetris biasa, tapi Alfi mengalami banyak kesulitan. Ya kadang objeknya tidak bergerak atau masalah bug lainnya. Evan yang agak dipusingkan karena ia kena tegur Surya perihal Alfi yang lama menyelesaikan gamenya. Sebenarnya Alfi bisa memutuskan untuk menunda gamenya, dan mengerjakan projek lain, tapi Evan merasa sayang karena hanya tingga sedikit lagi. Soal kapan releasenya, itu hal yang mudah.
Setiap Hari Evan memanggil Alfi ke ruangannya, sekadar untuk menanyakan progres. Perkembangannya bagus, sebenarnya, cuma ya masalah bug ini, tidak ada habisnya. Teguran Surya pun beralih pada tim animator lain, yang katanya tidak membatu Alfi, padahal Alfinya sendiri juga tidak mengatakan apa-apa.
Tapi kali ini, Alfi harus berhadapan langsung dengan Surya. Surya mengambil telepon dan menekan-nekannya dengan cepat, “Suruh Aga ke ruangan saya.” Hanya satu kalimat itu, teleponya langsung ditutup.
Alfi masih menundukan kepala, seperti habis dimarahi padahal tidak. Tapi bagi Alfi, menghadapi Surya yang seperti ini lebih mengerikan dari menghadapi dosen saat sidang skripsi. Alfi tidak bisa menebak akan seperti apa Surya meski sudah setiap hari bertemu, meski yang Alfi tau, Surya orang yang ramah, tidak seperti Evan.
Tok Tok. Aga mengetuk pintu dua kali lalu masuk. “Iya Bos?”
“Lagi ngerjain apa?”
“Nggak, cuma lagi gambar aja.”
“Ini, dibantu. Saya rasa kamu lebih ngerti soal beginian daripada saya.”
Aga melirik Alfi masih menunduk, lalu ia kembali menghadap Surya dan mengangguk. “Iya, Bos.” Lalu pamit keluar. Meninggalkan Alfi yang masih berdiri kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]
RomanceAlfi lulusan desain grafis sedangkan Evan wakil direktur di studio game tempat Alfi melamar kerja. Ini cerita tentang kehidupan Alfi yang beradaptasi dengan status barunya sebagai animator game dan Evan yang harus terlibat langsung dengan berbagai m...