Semuanya hanya bisa bengong, kaget, banyak tidak menyangkanya. Alfi datang dengan wajah yang masih lebam-lebam. Alasan yang ia pakai untuk senior-seniornya, ada tawuran sepulang dari rumah Bayu, dan Alfi yang hanya pejalan kaki biasanya, harus jadi korban. Untuk ini, mereka percaya. Karena memang sering terdengar ada tawuran antar gang setempat.
Begitu Surya datang, Alfi langsung dipanggil ke ruangannya. Cuma bisa menjelaskan sambil menunduk. Ia bilang pentab pribadinya rusak dan sedang diperbaiki, pun handphonenya kena jarah. Alfi tidak berani ke studio karena penampilannya, akhirnya ia hanya bisa bolos hampir seminggu ini.
Surya tidak mentakan apa-apa, hanya “Ya udah, boleh keluar.” begitu saja. Ia percaya dengan cerita Alfi, dan ada sedikit bersalah. Alfi bisa pulang malam setelah dari rumah Bayu, acara makan-makan perayaan Bayu yang akhirnya melamar keponakan Surya. Meski tidak membenarkan juga soal Alfi yang menghilang tanpa kabar.
Waktu Alfi keluar, Surya ikut keluar. Mereka jalan beriringan menyusuri koridor menuju lift. Tapi waktu pintu lift terbuka, ternyata Evan baru datang, Alfi sekali lagi tertahan disana. Evan meminta Alfi ikut dengannya ke ruangan, sementara Surya sudah dibawa lift untuk turun ke lobby.
“Pagi ini dateng?” todong Evan, begitu Alfi baru saja menutup pintu ruangannya.
“D-dateng.. tapi Mas Rivki langsung nyuruh pergi.”
“Terus tadi kesini sama seiapa? Naik umum?”
“Dianter Mas Rivki.” Jawab Alfi singkat-singkat, ia mendadak kembali merasa canggung dengan Evan. Padahal semalam ia bisa cerita panjang lebar sambil menangis.
“Terus gimana keputusan kamu? Masih mau balik”
“Nggak..” gak tau, Alfi sendiri bingung. “Mungkin enggak, mereka juga ngelarang aku balik.”
“Aku?” senyum Evan agak mengembang, meski hanya sekilas dan sangat tipis.
“M-mas Rivki udah bilang ke RT setempat, bilang kalo aku adiknya Mbak Dini. Jadi aku gak perlu mikir bakal ada yang ngomongin mereka.”
“Hmm.” Kepalanya mengangguk-angguk, sementara Alfi masih saja menunduk, mengaitkan lagi tangannya, gerak-gerik yang sama seperti semalam, saat Evan agak memaksa Alfi untuk cerita. Matanya dialihkan, ia mengambil paper bag yang ia bawa tadi, diletakan di atas meja, disodorkan pada Alfi. “Sementara pake itu, handphone sama pentab, yang lainnya juga. Soal tempat tinggal, kemaren saya udah ngobrol sama Eldy, katanya di kos-kosannya ada yang kosong. Kamu bisa tinggal disana, karena kos-kosan Eldy bentuknya rumah, jadi kayak ngontrak.”
“T-tapi Pak-“
“Soal biaya dipikirin nanti aja.”
Alfi menatap Evan, “T-terlalu banyak Pak. Saya gak bisa nerima semua, Cuma karena begini. Nanti yang lain mikir macem-macem.”
“Handphone sama pentab itu saya pinjemin, bukan buat kamu, kalo kamu udah ada uang, udah bisa beli baru atau, dia ngembaliin barang kamu, kamu bisa balikin ke saya. Anggap itu pinjeman dari studio.”
“Tap soal kos-kosannya aku gak bisa terima Pak.”
“Dia tau rumah temen kamu ini Fi.”
“Tapi selama ada Mas Rivki, aku aman..”
“Terus kalo nggak ada? Kalo di kontrakannya Eldy kan dia juga gak tau.”
Alfi kembali mendunduk, kaitan tangannya semakin erat. “M-mas Teguh orangnya nekat.. Pak.” Dan makin erat. “Mungkin nanti dia juga bisa nemuin aku di tempat Mas Eldy.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]
RomanceAlfi lulusan desain grafis sedangkan Evan wakil direktur di studio game tempat Alfi melamar kerja. Ini cerita tentang kehidupan Alfi yang beradaptasi dengan status barunya sebagai animator game dan Evan yang harus terlibat langsung dengan berbagai m...