Tapi sayang, biasanya yang sangat diharap-harapkan memang tidak terkabul, atau malah sebaliknya.
Lebih buruk.
Pagi tadi, baru juga Alfi sampai di ruang animasi, Dany langsung memberitaunya kalau Surya menunggu Alfi di ruangannya. Alfi hanya sekadar meletakan tas totenya dan menyalakan PC, lalu melenggang lagi, menuju ruangan Surya. Matanya agak curi-curi pandang ke ruang meeting dan ruangan Evan, tapi yang dicari malah tidak ada. Rada kecewa, tapi tidak masalah, toh mungkin siang nanti mereka bisa bertemu, atau saat malam. Mengingat, besok itu weekend, dan mungkin Alfi bisa menginap lagi malam ini di apartemen Evan.
"Misi Bos." Sapa Alfi begitu ia dipersilakan masuk, "Kata Mas Dany, aku disuruh kesini."
"Hm. Saya langsung aja ya? Soalnya saya juga harus pergi lagi."
"Oh. Iya, Bos. Ada apa?"
"Hari Minggu nanti kamu sama Aga berangkat ke Jepang. Itu Aga lagi ngurus keperluannya."
"H-ha? Kok mendadak? Kenapa aku?" ya jelas Alfi bingung, ia baru sampai, belum ada sepuluh menit, tapi sudah dapat kabar kalau ia harus ke Jepang, dan itu lusa.
Jadi, Surya menjelaskan kalau studio game tempat Ridwan bekerja akan menyelenggarakan seminar selama tiga hari. Kenapa akhirnya dipilih Aga dan Alfi, karena hanya keduanya yang paling seanggang untuk saat ini. Eldy sedang mengerjakan projek besar semi individu, sementara Dany sudah menolak lebih dulu dengan alasan ia juga banyak kerjaan, terlebih Dany itu Kepala Animator, dari animator inti, animator pembantu sampai anak magang semua jadi tanggungjawab Dany. Danymenolak. Terpilih lah Aga dan Alfi.
Memang jadi kesempatan emas, bisa ke Jepang untuk ikut seminar tentang animasi dan game. Gratis pula. Semua sudah ditanggung oleh pihak yang mengundang, Aga dan Alfi hanya tinggal membawa diri, hadir di acara seminar itu.
Awalnya Alfi memang bingung, tapi lambat laun ia sadar, dan seketika kesenangan. Benar-benar sadar akan kesempatan emas ini. Eldy yang gemas dengan tingkah Alfi yang 'telat sadar', mengunyel-unyel kepala Alfi. Alfi masih cekikikan, senang, lucu juga, terhadap dirinya sendiri.
Urusan berkas keperluan keberangkatan itu sudah diurus oleh Aga. Surya juga membantu, jadi lebih cepat. Alfi menyelinap ke toilet, ingin menelpon Evan karena saking senangnya. Tapi ia sadar, bicara langsung pasti lebih puas. Menelpon Evan dibatalkan, ia menyusun rencana lain.
Malam ini, ke apartemen Evan, bawa makanana, merayakan.
Rasa tidak sabar Alfi semakin menjadi-jadi, begitu turun dari taksi dengan sekotak pizza, pasta, dan dua minuman, Alfi jadi semakin tidak bisa berhenti tersenyum. Ia rasa ia sudah gila, tapi Alfi memang sudah tidak sabar, sangat tidak sabar. Di lift pun senyuman Alfi masih tidak pudar.
Alfi ingat waktu ia tidak sengaja berpapasan di lift studio dengan Evan. Ia main mata, lalu senyum. Evan pasti sudah tau kalau Alfi yang terpilih untuk ikut seminar ke Jepang, tidak perlu cerita lagi. Kalau di lift studio tadi tidak ada Eldy dan Dany, mungkin Alfi sudah memeluki Evan saking senangnya.
Bell pintu aparetemen Evan Alfi tekan dua kali. Ia benar-benar tidak sabar, senyumnya makin lebar, memamerkan gigi-giginya. Alfi ingin pintu di depannya ini cepat terbuka, lalu memeluk Evan. Habis, Alfi sudah ingin mlakukan itu sejak ia sadar kalau ia merupakan orang yang beruntung.
"Ya?"
Senyum Alfi masih lebar, tapi terhenti, tidak makin mengembang, atau malah layu. Di depannya, orang yang mebuka pintu bukanlah Evan. Tapi perempuan tinggi, cantik, rambutnya terurai panjang agak bergelombang, dan yang paling menarik perhatian Alfi, perempuan yang membuka pintu apartemen Evan ini hanya mengenakan pakaian tidur dres dari satin, yang mengantung hanya dengan tali di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]
RomanceAlfi lulusan desain grafis sedangkan Evan wakil direktur di studio game tempat Alfi melamar kerja. Ini cerita tentang kehidupan Alfi yang beradaptasi dengan status barunya sebagai animator game dan Evan yang harus terlibat langsung dengan berbagai m...