♪ ♬ 16 ♬ ♪

5K 447 41
                                    

Dear...”

Evan memandagi wajah sayu Alfi yang mengelusi pipinya dengan lembut. Alfi tidak berhenti memanggil Evan, kadang elusan tangan Alfi berubah jadi remasan di rambut Evan, sesekali lenguhan kecil keluar dari mulut mungil Alfi, tiap kali Evan mencoba memasukan lebih dalam penis Alfi di mulutnya.

Tidak ada kesepatan di antara keduanya tentang berhubungan seks, tapi malam ini, waktu Evan mengajak Alfi menginap dan Alfi setuju, yang padahal tujuannya hanya untuk menonton film, malah berakhir dengan saling mencumbu.

Evan tidak keberatan untuk mengulum penis Alfi, bahkan waktu Alfi melarangnya Evan tetap melakukannya, kini Alfi hanya duduk lemas di sofa, melenguh, sementara Evan mengulum makin dalam penis Alfi.

Awalnya Evan kira, bagian dalam Alfi akan sama seperti yang selama ini ia lihat, tapi ternyata beda. Tubuh Alfi mulus, bersih, Evan sadar kalau lengan dan wajah Alfi yang suka agak memerah itu karena kepanasan, mungkin karena Alfi sering naik ojek online tanpa jaket dan ia selalu mengenakan lengan pendek. Tapi mau seperti apa warna kulit Alfi, Evan tetap menyuakinya.

Permainan Evan tidak hanya sebatas di penis Alfi, tangannya mulai menjalar ke perut, mengangkat kaos Alfi yang kemudian Alfi inisiatif memegangi kaosnya sendiri, dan membiarkan Evan memilin-milin dua tonjolan kecil di dadanya secara bergantian.

“Akh..” desahan keras keluar begitu saja saat Evan menarik puting Alfi, Evan melirik, melihat Alfi sudah memejamkan matanya dan mulutnya terbuka, lenguhan-lenguhan itu sama sekali tidak berhenti.

Evan melepas kulumannya, mengecup perut Alfi. Alfi yang semula memejamkan mata, kini jadi memandang Evan, karena Evan hanya mengelus pelan ujung penis Alfi. Evan tersenyum, lalu mengecup lagi perut Alfi. “Kita bisa berhenti kalo kamu belum siap.”

“Aku siap kok, Dear.”

Dan tersenyum lagi, kembali memasukan penis Alfi ke mulutnya dan kali ini mengulumnya lebih cepat. Buat lenguhan kecil Alfi berubah jadi desahan kuat. Jemari Evan pun tidak berhenti bermain dengan puting Alfi, merangsang Alfi lebih dan lebih. Memberikan gelenyar kuat di sekujur tubuhnya, sampai cairan yang dipancing Evan untuk keluar itu, kini memenuhi mulut Evan.

“M-maaf, Dear!” Alfi cepat membenarkan posisi duduknya, pelepasannya terasa tidak nyaman karena ia keluar di mulut Evan. “Dear..?” tapi Evan sendiri malah diam dan mengelap bibirnya. “Dear! Kamu telen ya?!”

Evan hanya tersenyum, lalu bangkit, duduk di samping Alfi dan menuntun Alfi untuk duduk di pangkuannya. “Emang salah kalo aku telen?”

“Y-ya nggak.. tapi kan.. i-itu jorok.”

“Aku gak mikir begitu. Lagian...” senyumnya makin lebar, mengelus pipi Alfi seraya mendekatkannya untuk dicium. “Lagian, aku baru tau kalo rasa sperma kayak gitu. Ng.. ya gitu. Beberapa orang bilang rasa sperma itu pait atau yaa gak enak. Kamu nggak.”

Alfi melirik melempar pandangan, wajahnya sudah memerah, “I-itu karena.. aku juga baca-baca dari artikel, kalo kita suka makan buah kayak stroberi atau nanas, dan kita makannya sebelum.. seks, rasanya jadi gak pait gitu.”

“Hmm.” Evan mengangguk-angguk.

“Artikelnya juga bilang, kalo kita ngerokok, atau suka minum kopi atau alkohol, pokoknya yang begitu, itu yang buat jadi pait.”

I see..” Evan makin-makin mengangguk.

“Maaf Dear... aku tau itu udah lama, dan aku ngelakuin itu juga udah lama. Maaf.”

“Loh? Kenapa? Aku tau aku bukan yang pertama, kenapa kamu minta maaf? Gak salah kok. Justru aku jadi tau, kalo aku harus berhenti minum minuman yang kayak tadi kamu bilang. Atau aku malah buat kamu gak nyaman, kan?”

Our Secret Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang