Hembusan nafas keluar dengan teratur lewat bibirnya, gadis itu terlihat damai. Hingga sesaat, gadis dengan piyama polkadot warna warni itu mendengus, merasa risih karena sesuatu mengusik tidurnya.
Sial!
Ia lupa menutup gorden kamarnya.
Cahaya matahari masuk menelusuri setiap sudut ruangan bernuansa putih itu lalu menetap di wajah sang empu. Gadis itu mengerjap, mencoba menyesuaikan cahaya matahari dimanik matanya, lalu menatap lama langit langit kamarnya.
Terlalu malas untuk bangun menutup gorden kamarnya ia mencoba kembali tertidur melanjutkan mimpi indahnya di ranjang. Sebelum sesuatu dari lantai bawah berbunyi keras hingga membuatnya terkejut sekaligus kesal.
DOR DOR DOR
Ding dong
Ding dong
Siapa seseorang yang pagi pagi begini mengunjungi rumahnya?!
Gadis itu segera bangun terduduk untuk mengumpulkan nyawanya yang masih melayang layang entah kemana. Menetralkan kembali napasnya, mencoba menahan amarah.
Dor.
Dor.Sialan, Suara itu lagi!
Seseorang menggedor pintu rumahnya dengan cukup kasar lalu menekan bel rumah berulang kali. Gadis itu bersumpah pintunya akan lepas jika seseorang tersebut tidak berhenti melakukan kegiatannya di luar sana.
Satu, dua, tiga dan lima detik--
"TIDAK ADA ORANG DI DALAM!" Pekiknya keras dari kamar berharap suaranya terdengar sampai di luar.
Tidak ada ketukan lagi. Syukurlah, gadis itu bernafas lega. Kembali membanting tubuhnya di ranjang lalu mulai menutup matanya lagi.
Ding dong
Ding dong
Ding dong
bruk.
Gadis itu segera melompat dari atas ranjang lalu berjalan cepat menuju pintu utama rumahnya, Ingin memastikan siapakah dalang dari semuanya.
Apakah ia memesan sesuatu? Sepertinya tidak. Tamu? tidak juga, Mana ada tamu yang tidak punya akhlak sampai menggedor pintu rumahnya dengan kasar, Sampai sejauh ini tidak ada yang seperti itu.
Gadis itu sudah mulai menebak nebak siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan anak tetangga disebelah, kan? Hanya dia yang bersikap seperti itu. Menyebalkan!
Lagi lagi, Suara bel itu tidak berhenti berbunyi membuat gendang telinga gadis itu nyaris pecah menahan kesal. Oh tuhan.
Di tengah langkah lebarnya gadis itu sudah mengumpat sepanjang jalan dengan penuh amarah.
Ceklek.
Ia membuka pintu rumahnya dengan kasar.
"Youra, kau sudah bangun?" Kata Namjoon basa basi dengan wajah polos menatap gadis itu sambil tersenyum.
"Kau gila?!" geram Youra mengepalkan tangannya kesal. Ingin sekali gadis itu mencekik leher orang di depannya sekarang ini, Lihatlah pria itu seperti tenang sekali seolah olah tidak merasa bersalah akan kelakuannya beberapa menit yang lalu.
"Selamat pagi."
"Apa yang kau lakukan pagi pagi buta begini, bajingan!" semprot Youra kesal dengan suara seraknya. Sepertinya mulut Youra memang harus di filter agar tidak terlalu kasar saat berbicara.
"Ini sudah jam tujuh pagi asal kau tahu, bodoh."
Youra melotot "Hei, kau bicara apa barusan?"
"Tenang dulu," sela pria itu seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan begitu santai.
"Pulang lah!" Seru Youra lagi tak sabaran.
"Kedatangan ku kesini hanya ingin memberitahu --ibuku memanggil mu."
Youra mengernyit "Ibumu?" tanyanya yang mendapat anggukan dari si lawan.
"Ke-" gadis itu baru saja hendak melemparkan pertanyaan ketika lagi lagi di sela oleh Namjoon.
"Sudah, aku akan pulang."
"H heii! Aku masih ingin bertanya bodoh!" Youra memekik kuat. Gadis itu menarik ujung baju Namjoon tapi segera di tepis malas oleh si pria.
"Kau yang bodoh." papar pria itu tanpa menoleh lantas terus melanjutkan langkahnya.
Youra mendengus kesal "Sialan.."
Bruk.
Youra menutup pintu rumahnya kasar. kesal sekali ketika pria itu selalu menyela pembicaraannya.
tbc.
Tekan tombol bintang dipojok kiri bagian bawah ya, makasii. Jangan lupa tinggalkan jejak dikolom komentar untuk mendukung penulis^
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours
Fanfiction[ Completed l Bab 20 - 24 Sedang Revisi] '24 jam bersama Namjoon Bagaimana jika seorang pria dan gadis cantik dewasa yang sering disebut musuh disatukan bersama 24 jam di dalam rumah? ©ellsanov / Mei 20