Suara obat merah dan kain kassa kecil mengisi sunyinya suasana keadaan saat ini. Keduanya diam membisu tidak ada yang berniat membuka pembicaraan.
Youra menghembuskan nafas lelah lalu mendongak menatap seseorang yang tak lain adalah Namjoon yang sedang mengobati dahinya saat itu.
Gadis itu menatap dalam manik mata Namjoon, terlintas kejadian beberapa menit lalu yang membuatnya menahan kesal bukan main.
*Flasback on
Sudah hampir menghabiskan kurang lebih sepuluh menit untuk mereka mencari obat merah di sekitar ruangan ternyata obat itu tertinggal di area dapur akibat ulah si pria.
Sebenarnya Namjoon sudah mengeluarkan obat merah tersebut dari kotak obat pada umumnya. Namun naasnya pria itu meninggalkan barang tersebut ketika Youra memintanya mengambil air hangat lebih dulu yang berhasil mengalihkan perhatian si pria dan meninggalkan obat di meja konter dapur.
Beruntung Youra ke dapur berniat mengambil minuman di lemari pendingin dan secara tak sengaja melewati meja konter dimana obat merah tersebut itu berada seolah sedang mengejek dirinya yang sudah mencari sejak tadi. Alis Youra di tekuk sedemikian rupa sebelum mengambil benda itu dan di bawa keruang tengah dengan menahan kesal dalam dirinya.
"Astaga kau harus lebih bersabar mulai sekarang Youra."
Sempat terjadi aksi perdebatan kecil di antara keduanya sebelum melunak kembali seperti sekarang.
*flasback off.
"sudah?" Kata Youra membuka pembicaraan.
Namjoon yang sedang fokus pada kegiatannya menoleh sekilas pada sumber suara. Pria itu mengangguk kecil lalu berdiri, Sepertinya pria itu akan kembali masuk kamarnya.
"Sebenarnya aku tidak suka di pakaikan perban seperti ini." Kata youra berdecak malas sambil sesekali mengusap perban di dahinya kurang merasa nyaman.
"Benda ini mengganggu wajahku saja rasanya sangat berat dan aneh. lagi pula kenapa dia lebay sekali sih, ini hanya luka kecil tapi kenapa harus di perban?" Lanjutnya lagi membuat langkah Namjoon terhenti detik itu juga lalu menoleh tajam.
"Apa?"
"Kau bilang apa tadi?" tanya pria itu.
"Ya?"
"Ku pikir telinga ku masih cukup normal untuk mendengarkan protesmu yang tadi itu."
"Tidak, itu tidak penting kok, kau hanya salah dengar mungkin. Kau bisa kembali di kamarmu sekarang." kata Youra setengah gugup sebelum memutuskan memejamkan mata dengan tubuh yang bersandar di punggung sofa.
Rasanya nikmat sekali untuk bersantai sekarang jika saja pria itu tidak membuatnya kesal lagi akibat ulah anehnya yang seperti bocah sekolah dasar.
Bruk.
"Hei astaga kau membuatku terkejut!!" Pekik Youra terperanjat kaget mendapati Namjoon membanting keras pintu kamarnya sendiri.
"Ada apa dengannya, apakah dia tersinggung setelah aku mengusirnya?" Gumam Youra memutar bola matanya malas.
Setelah lima menit berkutat dengan sunyinya suasana, Tiba tiba seseorang ikut membanting dirinya disofa. Youra segera menoleh menatap seseorang tersebut sekilas lalu tersadar. Kenapa dia tidak diam di kamarnya saja sih??
"Pria ini benar benar menganggu waktuku!"
Youra bergerak menggeser tubuhnya agar lebih jauh dari Namjoon guna menjaga jarak. Di lihatnya kembali seseorang tersebut yang dengan nyamannya bersandar pada punggung sofa dengan mata yang ia pejamkan.
"Namjoon sii kenapa ka-"
"Aku seperti akan mati" lirih Namjoon.
"Aku akan mati," katanya lagi dengan lirihan kecil. Youra segera memperbaiki posisi, agak panik dengan perkataan pria itu.
"Apa maksudmu?"
"Aku akan mati."
Youra mengenyit heran "Hei, kau ini sedang bermimpi?"
"Ibuuu astaga perut ku sakit sekali."
"Kau ini kenapa? ingin mati ya?"
Pertanyaan itu dibalas gellengan oleh pria itu "Tidak, kau yang ingin aku mati sepertinya."
"Huh?"
Namjoon bergeming masih dengan wajahnya yang memucat.
Plak.
Youra menampar kecil pipi Namjoon yang terus memejamkan mata sambil meringgis.
"Bangun, bodoh! kau bermimpi buruk??"
"Perut ku akhh" Ringgis pria itu lagi.
"Yak! Sebenarnya kau ini kenapa? ada apa dengan perutmu?"
"Aku belum memakan sesuatu dari semalam, Youra. Perutku sakit sekali."
Keduanya melirik jam dinding yang tergantung ditembok ruangan lalu saling menatap satu sama lain.
"Bahkan ini sudah memasuki jam delapan, Kau tidak berniat menolongku?" Namjoon menatap Youra penuh harap. Membuat gadis itu mengerjap.
"Aku benar benar kelaparan Youra ssi, ku mohon lakukan sesuatu... kali ini saja tolong bantu aku."
.
.
.Maaf ya buat yang sudah menunggu lama, memang mood menulis ku sekarang jelekkk bangett. Agaknya pasti ada yang kecewa, chapter kali ini Ng terlalu asik dan sangat pendek😔
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours
Fanfiction[ Completed l Bab 20 - 24 Sedang Revisi] '24 jam bersama Namjoon Bagaimana jika seorang pria dan gadis cantik dewasa yang sering disebut musuh disatukan bersama 24 jam di dalam rumah? ©ellsanov / Mei 20