Bab 07; Rencana Kelas

780 98 86
                                    

   |Suasana dalam mobil nampak hening, suara musik yang di putar acak dari radio pun hanya terdengar seperti cicit-an saja. Jihoon terlihat beberapa kali menghela nafas berat, berbeda dengan si pemilik mobil yang menatap malas teman seperpopokannya seperti orang yang terlilit banyak hutang.

Merasa jengah dengan tingkah laku sang sahabat, lelaki bermata sipit itu menyenggol pelan lengan kiri Jihoon, “Hoon!”

Hng?”

“Murid yang tadi bersamamu itu, dia lelaki yang sama saat aku menjemputmu tempo hari kan?”

Hm.”

Ia menyerit heran. Apa Jihoon sedang kerasukan? Mengapa si cerewet itu mendadak seperti tidak bisa bicara?

“Kau aneh.” ucapnya masih dengan fokusnya pada jalanan didepan sana, membuat Jihoon spontan memutar badan menghadap lelaki sipit itu dan menatapnya tajam.

“Kau tau Han? Aku sudah mendengar ratusan kali kata-kata ‘kau aneh’ itu hari ini. Ya, aku akui aku memang ‘aneh’ tapi berhentilah. Ck!” Jihoon memutar bola mata malas.

“Ya— karena memang kau aneh, idiot.”

“YAK KIM YOHAN!!”

⭐️°⭐️


   Guanlin baru saja selesai dari acara membersihkan tubuhnya saat ponselnya yang berada di atas ranjang berbunyi. Dengan ogah-ogahan ia mengangkat panggilan suara tersebut.

“Apa?! Mengganggu saja.” sarkasnya begitu sambungan telepon terhubung.

‘Ck! Kau ingat Ka Jaehyun tidak?!’

Seriously Jin?! Kau menelpon hanya untuk bertanya seperti itu?” Guanlin mendengus malas, ia membalik posisi tubuhnya menjadi tengkurap.

Serius ia tidak habis pikir dengan jalan pikir temannya yang satu itu. Mengapa ia harus menelpon hanya untuk pertanyaan yang baginya sangat tidak penting itu.

Apa gunanya sebuah fitur chat yang terpasang di dalam ponselnya jika ia lebih sering menelpon dibanding mengirin pesan?

Terdengar dengusan sebal di sebrang sana,

Jawab saja bodoh!’

“Ingat. Memangnya aku seperti kau yang pelupa.”

‘Ck, masa bodo. Kau tahu, ia baru saja pulang dari Mexico dan ia mengajak kita untuk bertemu dengannya.’

“Oh? Kapan?”

Kedua alis Guanlin bertaut,

‘Belum pasti kapannya, tapi ia bilang mungkin minggu depan.’

Tuut—

Tepat saat Woojin menyelesaikan kalimatnya, dengan cepat Guanlin memutuskan sambungan telepon, dan melempar asal ponselnya tersebut.

Ia kembali membalikkan tubuhnya, melipat kedua tangan dan menyimpannya di bawah kepala.

Pikirannya sibuk berkelana pada lelaki bermarga Jung tersebut, mengabaikan ponselnya yang kembali berbunyi.

Yakin sekali ia bahwa si buluk itu yang membanjiri roomchat keduanya dengan umpatan-umpatan tak berguna.

Tapi ia tak peduli. Sama sekali tak peduli, karena pikirannya benar-benar hanya terfokus pada lelaki bernama Jung Jaehyun tersebut.

Jung Jaehyun. Ia merupakan seniornya saat Sekolah Menengah Pertama dahulu. Mereka, maksudku Guanlin, Woojin, Samuel dan Beomgyu, berteman baik dengannya. Awalnya.

Namun karena suatu konflik, hubungan pertemanan mereka merenggang. Meski sudah berbaikan dan saling memaafkan, pertemanan mereka justru terasa canggung sampai tiga tahun lalu Jaehyun pindah ke Mexico.

⭐️°⭐️

   Suasana kelas 12 Sosial 4 nampak berbeda dari biasanya. Pintu kelas yang tertutup rapat, dan seluruh jendela yang di tutup gorden kerai.

Jihoon yang duduk di kursi guru, sedang bermain game dalam laptop miliknya. Sebagian anak kelas yang menonton film menggunakan proyektor, dan sisanya ada yang berkelompok bermain game, membaca buku, dan tidur.

Seperti apa yang dilakukan oleh lelaki asal Taiwan tersebut.

Meski tak sama seperti beberapa murid yang tertidur di bangku masing-masing, ia justru tertidur di pangkuan Jihoon.

Jangan salah paham dahulu! Maksudku hanya kepalanya saja yang bertumpu pada paha Jihoon, sedang tubuhnya duduk bersila di lantai.

Ia sedang malas mengajar saat ini, jadi ia membiarkan muridnya melakukan sesuatu yang mereka sukai. Guruku banget kalau lgi males ngajar;v

“Ka Jihoon, Woojin juga mengantuk.”

Jihoon melirik sekilas pada Woojin yang kini berjalan kearahnya.

“Tidur saja.” Ucapnya masih dengan fokusnya pada game yang sedang ia mainkan, dan Woojin ikut mendudukan tubuhnya di samping kursi yang Jihoon duduki. Mengikuti apa yang Guanlin lakukan.

Jihoon sendiri hanya diam membiarkan, tidak menolak. Terlalu malas berbicara.

“Ka Jihoon~~”

Samuel yang sedang menonton sembari berbaring di lantai berlapisi karpet tipis itu merengek memanggil Jihoon bagai anak kecil, membuat teman sekelas lainnya yang sedang menonton berdecak terganggu.

Hm?”

“Ayo kita buat acara jalan-jalan kelas.” lanjutnya masih dengan nada merengek. Euiwoong yang jengah mendengar rengekan Samuel menjeda film yang sedang mereka tonton.

“Ah ya benar Ka! Sudah lama sekali kita tidak melakukan liburan sekelas.”

Jihoon ikut menghentikan permainan game-nya dan kini beralih pada anak-anak kelas yang sudah berkumpul, kompak menatap kearahnya.

“Memangnya kalian tidak pernah melakukannya?” Jihoon menyandarkan tubuhnya kebelakang dengan tangan yang ia lipat diatas dada.

Samuel bangun dari acara bergolernya dan menarik kursi untuk ditempatkan dibelakang kursi Jihoon. “Bukannya tak pernah, dahulu saat kelas 11 kita melakukannya sekali setiap semester. Tapi saat kelas 12 bersama Pa Seongwu kita tidak melakukannya, Pa Seongwu terlalu galak.”

Jihoon menghela nafas panjang. Bukan! Bukan karena permintaan Samuel yang juga di setujui anak sekelasnya itu, melainkan karena tubuhnya yang di jadikan tumpuan tiga muridnya tersebut.

Ia jadi merasa seperti pohon yang di gelendoti tiga ekor monyet. :)

“Ayolah Ka Jihoon. Kapan lagi kita jalan-jalan bersama.”

“Benar Ka! Kita jamin Ka Jihoon gak bakal bosen kalau jalan sama kita-kita!”

Hm, bagaimana ya...?”


















—To Be Continued.

Sumpah gak berenti muter teaser nya:) sesek napas serius pas nonton wkwkwk!

Hope u like it!

The Teacher Is Mine [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang