Bab 01; Hari [buruk] Pertama

1.5K 143 51
                                    

Jihoon Point of View!

⭐️

   |Derap langkah kakiku dan Pa Jonghyun yang beradu dengan lantai menggema disepanjang koridor yang sepi, membuat suara abstrak, tak seiras. Wajar saja karena kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung sekitar 45 menit yang lalu.

Aku berdeham kecil, saat Pa Jonghyun membuka pintu kelas dengan bertuliskan ‘XII Social - 4’ pada papan yang terletak persis diatas pintu.

Suasana kelas yang ricuh terasa semakin memekak telinga dengan suara grasak-grusuk diseluruh penjuru kelas sebelum setelahnya kelas menjadi tenang. Aku hanya diam memperhatikan para murid yang menatap Pa Jonghyun dan aku bergantian dengan ekspresi bingung.

“Baik— saya akan langsung berbicara ke inti, karena saya masih harus menghadiri rapat. Kenalkan yang disebelah saya— Park Jihoon, wali kelas sementara kelas ini yang akan menggantikan Pa Seongwu selama masa cuti beliau. Pa Jihoon, silahkan dilanjut. Maaf saya harus segera kembali.”

Aku menoleh dan tersenyum sopan pada Pa Jonghyun, ia lantas berpamitan dan segera keluar kelas.

Oke, Jihoon! Mari mulai semua apa yang sudah kau impikan sejak dahulu!

“Pagi semuanya— seperti apa yang sudah dijelaskan oleh Pa Jonghyun, saya akan menggantikan Pa Seongwu menjadi wali kelas kalian untuk sementara. Saya mohon kerja samanya.” aku membungkuk singkat sebelum berjalan menuju meja guru.

Ekhem, kalian ingin langsung masuk materi pelajaran atau bersantai sedikit?” aku bertanya, tak lupa dengan seutas senyum saat menatap satu-persatu muridku.

“Bersantai sedikit! Lagipula Pa Jihoon pasti belum mengenal kita semua kan? Sesi berkenalan saja dahulu Pa!” aku menoleh pada lelaki dengan wajah kebarat-baratan yang sedang mengacungkan tangannya.

Sontak perkataan murid tersebut mendapat beo-an dari teman sekelasnya.

Ah iya! Dia ada benarnya juga. Bagaimana bisa aku mengajar tanpa tahu nama-nama muridku.

“Okay— kalau begitu dimulai dari kanan depan ya.”

⭐️°⭐️

   Aku menghela nafas panjang setelah sampai pada ruanganku. Ku taruh beberapa tumpuk buku materi pada meja dan lantas menyambar botol minum milikku.

Gila! Ini benar-benar gila!

Aku tak tahu bahwa salah satu muridku yang bernama Lai Guanlin, seseorang yang hanya diam selama masa perkenalan tadi bisa bertingkah seperti itu.

Maksudku— aku pikir ia merupakan tipikal murid yang pandai dan pendiam. Ya, memang ia pandai. Tapai tolong coret untuk kata pendiam itu, karena meski ia dijuluki sebagai si kutub -begitulah teman sekelas memanggilnya, ia jauh lebih gila dibanding si mesum Samuel dan si rusuh Woojin.

Ya, selama sesi perkenalan tadi aku sedikit tahu banyak tentang kelakuan muridku, terutama Woojin dan Samuel, dan jangan lupakan si cerewet Beomgyu, yang terus berbicara mengenai sifat-sifat teman sekelasnya.

Kembali pada pembahasan mengapa aku bisa menyebut Guanlin gila. Karena— oh astaga ini sedikit memalukan tapi biar ku beritahu dimana letak kegilaanya.

Saat itu bel istirahat berbunyi, aku pun mengakhiri sesi perkenalan. Hampir semua muridku langsung pergi keluar kelas, menyisakan Woojin, Samuel, Beomgyu dan Guanlin.

“Apa kalian tidak ke kantin seperti yang lain?” tanyaku setelah mengantongi kembali ponsel milikku.

“Sebentar lagi Pa.” jawab Woojin cepat. Dan aku hanya mengangguk menanggapi.

Dan saat aku beranjak dari bangku guru, saat itu pula Guanlin berdiri. Aku tak menghiraukan, toh aku pikir ia ingin pergi ke kantin seperti yang lainnya.

Namun aku salah. 100% salah!

Karena tiba-tiba saja tubuhku terdorong begitu saja sampai menubruk tembok dibelakangku. Ya, Lai Guanlin mendorongku!

Aku tak tahu apa yang ia pikirkan sampai ia memerangkapku begitu saja, yang bahkan kini dengan lancangnya ia mempertemukan belah bibirnya pada bibirku.

Terkejut? Tentu saja! Seluruh saraf dalam tubuhku seperti terputus begitu saja.

Entah aku masih sadar atau tidak, karena aku tak begitu menyadari bahwa tangannya kini merambat menuju bagian belakang tubuhku dan— oh astaga, ia hampir meremas pantatku jika saja tubuhnya tidak ditarik secara paksa oleh Samuel dan Beomgyu.

“Hei! Hei! Bro santai saja! Ayo kita ke kantin.” Woojin melompat sedikit guna mengapit leher Guanlin dan menarik paksa lelaki tinggi itu keluar kelas.

Tubuhku melemas, bahkan pandanganku memburam. Tapi aku bisa melihat jika Guanlin menatapku tajam.

Oh Ya Tuhan, apa yang baru saja terjadi?!
















—To Be Continued.

Hello gaisss... Wkwk gimana? Ini harus ku lanjut atau tidak? Kalau engga ya gpp biar sampe sini aja wkwk.

The Teacher Is Mine [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang