[Jangan jadi siders ya. Harap vote sebelum membaca. Karena satu vote dari kalian sangat berarti buat aku. Terima kasih]
Bagi yang belum baca part 13, silahkan di baca dulu. Atau yang lupa sama ceritanya bisa nih di review sekilas biar keinget. Disarankan sambil dengerin mulmednya deh biar nambah feel.
H A P P Y - R E A D I N G !!!
...
Sinar pagi melesak masuk melalui celah korden yang tidak tertutup sempurna, bersaing dengan cahaya dari lampu nakas yang masih menyala. Kicau burung yang terbang melintasi jendela kamar lantai dua kediaman Cho menjadi alarm lembut bagi penghuni kamar yang masih terlelap di balik selimut hangat. Gerakan kecil mulai terlihat, tidur wanita itu terusik. Tubuhnya bergerak dari kanan ke kiri seperti mencari sosok lain yang seharusnya berbaring di sampingnya namun nihil.
Sadar sisi ranjang lain mulai dingin ditinggal penghuninya, kelopak itu bergerak berusaha mengerjap saat pantulan cahaya dari lampu nakas menyengat pupil, menyilaukan. Mata setengah tertutupnya menyisir sekitar seraya menunggu fokus penglihatan berkumpul. Mengenali kamar yang ia tempati serta aroma khas yang menyengat penciuman membuat Kim So Eun mendapat kesadaran penuh.
Menyibak selimut yang menutup tubuh bagian bawah hingga sebatas perut, menapak lantai dingin dengan kaki telanjang, So Eun mencoba bangun. Hanya sampai berdiri meninggalkan kenyamanan ranjang, wanita cantik itu kembali terduduk lantaran serangan denyut pada kepala bagian depan.
Ah! So Eun melupakan kejadian sekaleng bir yang disangka soda tadi malam. Bahkan nyaris menghabiskan separuh isi kaleng kedua jika Kyuhyun tidak mencegahnya.
Jari lentiknya memijat pelan bagian pelipis, berharap denyut yang terasa menjalar itu lekas hilang dan dirinya punya cukup tenaga untuk mencari keberadaan Kyuhyun.
"Apa yang terjadi semalam?" Gumam So Eun disela kegiatan. Mengasah ingatan yang kusut, dampak dari alkohol dosis ringan yang membuat memorinya terpecah dan samar.
Ingatannya bergulir sejak dia mulai bergabung dengan Kyuhyun di ruang tengah berniat meluruskan kesalahpahaman namun karena atmosfir yang terlalu mencekam untuk ia rasakan sendiri, So Eun yang frustasi akan keadaan pun meneguk habis sekaleng bir yang bodohnya ia sangka hanya soda.
Toh, Kyuhyun juga membiarkan meski harusnya pria itu mengetahui kebiasaan istrinya yang anti alkohol. Lalu...
"Apa yang terjadi setelahnya?" Bertanya pada diri sendiri, ingatannya dipaksa mencari tahu kelanjutan cerita.
Mulanya hanya tembok abu yang memblokade memori, tak berselang lama setelah So Eun memutuskan untuk berbaring sejenak sekedar meredakan denyut yang semakin menggila, akhirnya wanita itu sedikit banyak punya bayangan.
'Kau cemburu, kan?'
'Nado...'
'Aku cemburu saat kau bersama Choi Sooyoung.'
"MWOYA? Aku yang mengatakan semua itu? Aku?" Tubuh mungilnya melompat dari ranjang. Menatap pantulan diri pada cermin seukuran tubuh Kyuhyun yang menempel di dinding kamar seraya mengarahkan telunjuk ke depan wajahnya. Raut terkejut bercampur heboh tak mampu dikendalikan.
Suara lain seolah berbisik di kepala, menyerupai suara bass Kyuhyun. Mengundang sisa ingatan yang terkubur di sisi terpencil otak So Eun tertarik ke permukaan. Diawali dengan permintaan maaf penuh penyesalan yang membuat So Eun menyesali pengakuan tak sengajanya semalam.
"Dia pasti kembali menyalahkan dirinya." So Eun menebak.
Kala kepalanya dipenuhi dengan niatan bertemu Kyuhyun sesegera mungkin, mengarahkan kaki ke salah satu pintu di sisi kanan kamar bernuansa gelap itu menuju kamar mandi. Tidak ada sahutan saat So Eun mengetuk pintu berulang kali. Kamar mandi terlalu hening memunculkan spekulasi bahwa yang dicari berada di tempat lain. Memutar poros kaki mendekati pintu keluar, terbesit satu ingatan yang mengejutkan hatinya hingga langkah terburu menghampiri handle pintu terhenti begitu saja. So Eun tak ingin terlalu meyakini ingatannya kali ini sebab saat itu dirinya nyaris terjatuh ke alam mimpi. Bisa saja ingatan ini hanya cuplikan dari mimpi indah semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Me ✔
FanfictionJalan panjang penuh luka yang meremukkan tiap jengkal hati manusia. Seolah pecahan kaca teremat di tangan telanjangnya, meninggalkan bekas dalam yang tak lenyap oleh waktu. Berpegang pada rasa yang mereka tumbuhkan bersama sebagai bekal mengarungi l...