Part 9 : HER

2.9K 274 71
                                    

***

Tubuh mungilnya menggeliat ketika berhasil menyentuh ranjang hangat sang ibu. So Eun menarik selimut untuk Jae Hyun sebatas perut kemudian mengambil dua bantal untuk ditempatkan sebagai penghalang di kedua sisi. Mengatur suhu ruangan sesuai instruksi Hyun Woo sebelum bergerak gesit menuju dapur untuk menyiapkan air hangat.

"Nyonya, bagaimana keadaan Jae Hyun?" Suara bibi Jung menginterupsi kegiatan So Eun menakar air.

"Ahjumma belum tidur?" So Eun melempar pertanyaan lain. Agak terkejut mengetahui wanita seusia Hana itu belum beristirahat saat lampu utama sudah mati. Memang sudah larut.

"Saya mencemaskan Jae Hyun." Aku Jung Seon Mi.

Selesai menyalakan kompor, So Eun menjawab. "Jae Hyun demam karena kelelahan. Hyun Woo sudah meresepkan obat. Ahjumma tidak perlu cemas." Terangnya, tersenyum lembut mengusap lengan bibi Jung. Menenangkan.

Jung Seon Mi membuang nafas lega. Raut cemas yang mendominasi wajah tuanya berangsur sirna. "Syukurlah." So Eun tersenyum, kembali menyibukkan diri mempersiapkan keperluan Jae Hyun. "Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"

"Tidak perlu. Lebih baik Bibi istirahat." So Eun menolak lembut. Menangkap raut enggan hinggap di wajah Seon Mi. "Hanya menyiapkan air hangat. Lagipula ini sudah lewat jam kerja. Istirahatlah." Imbuhnya, sedikit memaksa dengan mendorong halus tubuh Seon Mi keluar area dapur. Mengangguk memberi ijin saat wanita itu menatap ke arahnya.

Lima belas menit berikutnya, So Eun kembali ke dapur dengan sebaskom air hangat yang mulai dingin. Lengan baju rajut warna army yang ia kenakan untuk menghangatkan tubuh, terlipat sampai siku. Rambutnya digelung sedemikian rupa menyisakan anak rambut halus yang lolos dari ikatan, mengekspos leher putihnya. Bibir merah alami itu meloloskan rintihan halus merasa perut sebelah kirinya tercubit. Adakah yang sadar bahwa wanita itu melupakan makan malamnya.

Meletakkan baskom di tempatnya kemudian membuka lemari pendingin, mencari sesuatu untuk mengganjal perut yang meronta. Tidak ada sisa makan malam yang disimpan, membuat So Eun berasumsi jika Kyuhyun melahap habis masakannya tadi. Beralih pada bufet di atas tempat pencucian piring, So Eun menemukan beberapa bungkus ramyeon kesukaan Kyuhyun berbaris di sana.

Setelah mengumpulkan bahan di atas pantri, So Eun mulai menyalakan kompor. Menunggu air dalam panci kecil itu mendidih sambil menyapu sekitar yang sunyi dan gelap dengan mata. Memang hanya lampu dapur yang ia nyalakan. Waktu yang nyaris menyentuh tengah malam membuat keadaan rumah diselimuti keheningan. Detik dari jam besar yang ditempatkan di pojok ruang tengah terdengar menodai hening malam. Kesunyian yang timbul membangkitkan kenangan dalam kepala untuk berputar di segala tempat yang tertangkap mata.

Redupnya pencahayaan di ruang tengah tidak menutup kemungkinan bagi wanita itu menangkap benda empuk yang disebut sofa. Sofa panjang yang biasanya digunakan So Eun bersantai bersama Kyuhyun yang seenak hati menguasai pahanya sebagai bantal, bermanja ria di akhir pekan dan malam hari saat pria itu mengeluh sakit kepala selepas menangani berkas kantor.

Bergeser sedikit ke meja makan, kilas balik sarapan pagi yang intim berhasil menarik sudut bibirnya ke atas. Kemudian momen makan malam mereka yang penuh canda tawa bersama Jae Hyun membuat senyumnya kian lebar. Sampai pada bar kecil di dekat dapur, ingatannya melebur pada perayaan pernikahan mereka yang ketiga. Kejutan kecil yang diberikan Kyuhyun dengan cokelat dan mawar putih indah, serta taburan kelopak mawar yang mengotori lantai. Pria itu sukses menyentuh perasaan terdalam seorang Kim So Eun hingga menangis terharu malam itu. Disambut kabar kehamilannya sebagai kado terindah anniversary.

"Kau... akan sembuh, kan?" Bibirnya berujar lirih. Bertanya pada kekosongan malam yang semakin sunyi. Hingga bunyi air mendidih menyentak So Eun dari lamunan. Gadis itu panik hingga melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.

Don't Forget Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang