Lira hadir! Absen dulu gih gaes di kolom komentar abis baca ini part ya. Hehehe. Biar aku tahu berapa banyak orang sih yang sebenarnya nunggu cerita ini up. Banyak yang siders kagak? TT
Tapi, makasih banget yang udah ngikutin ini cerita sejak tahun kapan gua post di wattpad. Support kalian, komentar lucu kalian, umpatan kalian buat Kyuhyun, dan segala macam emosi yang diluapkan untuk cerita ini.
Seperti biasa. Jangan jadi siders dear. Vote sebelum membaca ya, karena vote kalian berarti banget buat aku. Jadi semangat aku. ^^
Oke! Sekian cuap receh dari aku. Jangan kasih kendor dah. Wkwkw. Oh iya sekalian ngingetin kalo The Blood Of The God Hermes udah muncul prolognya. Pada kagak penasaran sama kisah demigod Marcus Cho dan serentetan cast dewa-dewi yang cakep ajib. Buruan gih diserobot.
***
****
Gemuruh awan hitam di langit malam mengiringi langkah Hyukjae sepanjang lorong menuju unit apartementnya. Menenteng kantung putih berisi beberapa kaleng soda dan cemilan ringan ber-MSG, tangannya yang bebas merogoh saku celana menarik kunci master dari sana. Lampu otomatis di atas pintu menyambut kedatangan sampai proses pelepasan sepatu pantofel selesai. Pria itu melenggang menghampiri Donghae yang bersantai menikmati sajian televisi. Ralat, si ikan itu membiarkan televisi menyala sementara fokusnya terpaku pada benda pipih di genggaman.
"Kau membuat tagihan listrikku membengkak." Kelakar Hyukjae mengambil tempat kosong di sisi Donghae. Meletakkan bawaan ke atas meja.
"Tidak sampai membuatmu bangkrut." Donghae menyahut, menekan tombol kembali pada ponsel untuk keluar dari media sosial lalu meletakkan benda pintarnya di atas meja. Mendorong tubuh kekarnya mendekati meja, menyambar sekaleng soda dari kresek untuk dinikmati sambil menonton drama di layar televisi.
Hyukjae urung mengikuti aktivitas Donghae menyeruput soda, memutar lehernya ke belakang melewati sandaran sofa meneliti area dapur yang gelap, matanya bergulir ke arah tangga melingkar menuju lantai dua. Sama. Unitnya terlampau sunyi, lampu utama juga padam menyisakan cahaya dari lampu meja di atas nakas juga penerangan layar televisi yang menyala.
"Jung tidur?" Tak mendapati siluet gadis itu di penjuru apartement, Hyukjae pun bertanya.
"Sepertinya begitu. Dia naik ke atas setelah makan malam dan tidak turun lagi." Donghae menjawab di tengah aktivitas menikmati cemilan ringan tanpa menatap Hyukjae. Mata teduh itu terpaku pada layar kaca, fokus menyelami adegan penuh tangis dari pemain utama.
Hyukjae mengangguk kecil seraya mendekatkan tepian kaleng ke bibirnya. Membasahi tenggorokkan dengan cairan berkarbon tersebut, menciptakan sensasi ledakan yang membuatnya mendesis. Sengatan yang timbul dari satu teguk soda membuat pikirannya sempat tercecer. Hyukjae menyerah, kurang bersahabat dengan minuman berkarbon apalagi alkohol. Namun rasa ingin menaklukkan minuman itu terus muncul tatkala kecamuk mendekam dalam kepalanya. Seperti hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget Me ✔
FanfictionJalan panjang penuh luka yang meremukkan tiap jengkal hati manusia. Seolah pecahan kaca teremat di tangan telanjangnya, meninggalkan bekas dalam yang tak lenyap oleh waktu. Berpegang pada rasa yang mereka tumbuhkan bersama sebagai bekal mengarungi l...