Udang rebus || prolog

19 7 3
                                    


Yang gue lakukan ke Pasha dulu selalu menjadi candu fikiran gue setiap malamnya. Kepala gue akan dipenuhi pertanyaan yang kalut, terkadang juga saat gue melakukan aktifitas sebiasanya fikiran itu akan tiba tiba datang.

Gue udah terlalu lama memendam rasa hingga gue terus berusaha menghapusnya. Sedikit demi sedikit selama lebih dari satu tahun rasa itu mulai sirna.

Kecewa saat Pasha angkat bicara. Gue gak mau kehilangannya. Gue mau jadi bagian darinya untuk selamanya. Gue mau Pasha memiliki rasa yang sama, tapi dulu bukan sekarang ataupun waktu PKL. Gue teramat kecewa hingga tanpa sadar gue merubah pribadi gue menjadi yang dulu lagi. Gue jadi jarang senyum dan berbicara, Zayyin pernah bertanya karena khawatir melihat gue jarang tertawa, gue bilang gak papa. Gue jadi disegani lagi sama orang sekitar gue, padahal gue pernah melihat mereka selalu ramah saat ketemu gue.

Gue gak ada niatan buat minta maaf atau mencurahkan isi hati gue ke seseorang walaupun orang itu Handy. Untuk saat ini, gue hanya malas bicara.

Gue diam, dan berharap persahabatan gue Pasha dan Zayyin kembali seperti semula.

Hubungan gue sama Handy, gue semakin yakin kita berpacaran tapi tidak ada yang mendahului. Gue gak masalah selama kita bisa menjalaninya. Tentang ini, belum ada satu orang pun yang tahu.

Gue rasa situasinya kacau, gue gak punya teman curhat cewek seperti cewek cewek lain, dan gue semakin benci diri gue sendiri.

Triiiiiiiitttttttt......

Periwit di bunyikan dengan sangat nyaring.

"Stop !" Dia pelatih gue. Gue sedang latihan di salah satu gor dekat sekolah gue karena ini malam hari dan sebentar lagi tim dari sekolah gue akan tanding.

Coach Sansan biasa kita panggil, dia nyamperin gue di tengah lapang.

"Rizka ! Kamu gak fokus !" Bentaknya, membuat gue tersadar, dari tadi fikiran gue kalut padahal gue lagi latihan.

"Head leader latihan gak fokus ! Tinggal beberapa hari lagi ini !" Bentaknya lagi.

Gue bungkam. Hanya ucapan beliau yang gak pernah dan gak bisa gue lawan.

"Sorry coach"

"Sudah. Break, break, semuanya break !" Perintah coach Sansan.

Latihan masih terus berlangsung sampai pukul sebelas. Semangat para leaders juga semakin terbakar. Karena itu tim kami selalu menjuarai. Kita akan menjadi singa singa yang penuh emosi saat waktu pertandingan semakin menipis.

Sebagai head leader, gue pernah menabok salahsatu leader gue namanya Joanna. Waktu pertandingan akan mulai habis tapi dia begitu tak bersemangat, gue terus meneriakinya saat pertandingan, kita harus terbakar karena lawan kita senior, dia menutup kuping, gue semakin geram padanya dengan begitu satu tamparan keras mendarat di pipi kirinya, gue gak peduli dia cewek yang pasti kita harus lain cerita di lapangan. Coach Sansan tahu akan hal itu, dia sempat menasehati gue dan menampar gue, bukan karena gue salah tapi katanya biar gue merasakan apa yang leader gue rasakan. Setelah tamparan itu, semangat gue semakin berkobar, gue berharap begitu juga yang terjadi sama Joanna. Basket disekolah gue menjadi terunggul dan masuk kategori nasional, sebentar lagi kita akan menjadi tim leader internasional, itu cita cita kami.

Handy mengantar gue pulang, gue jadi gak enak terhadapnya. Dia sempat menawarkan makan dulu, tapi gue ingin istirahat.

"Besok latihan lagi gak ?" Tanya nya saat kita sudah berada di teras kosan.

"Gak tahu. Kayanya sih iya" jawab gue.

"Besok gak bisa nemenin yah, ada urusan" katanya sambil tersenyum ramah.

I'm Not Bad Girl  [ O N  G O I N G ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang