Kelas Dua Belas

24 6 9
                                    


Matahari mulai menghilang diujung Barat, cahaya merah yang indah menghiasi langit biru yang mulai gelap. Membuat damai orang yang melihatnya, terasa hangat dan sedikit dingin. Angin yang berhembus menambah kesempurnaan di atap gedung apartemen ini.

Rizka Risandy, gadis yang baru saja menginjak umur 17 tahun berdiri di ujung tembok dengan garis lengkung tergambar di bibirnya.

Gadis yang biasa mereka sebut dengan badgirl, yang selalu berkata toxic, yang selalu dikira memiliki kelamin laki laki, yang selalu acuh tak acuh dalam menghadapi permasalahan, yang pindah dari kos kosan ke apartemen tanpa sepengetahuan keluarganya, kini ia merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa ini yang selalu dia lupakan dalam keadaan apapun, seolah tidak memiliki waktu.

Rizka menghembuskan nafas panjang, inikah senja yang dikagumi banyak orang ? Kenapa baru sekarang ia rasakan ? Damai, hangat, sedikit dingin, seperti memiliki obat yang membuat kecanduan.

Rizka terlalu sibuk dengan gelapnya malam balap liar, terlalu terbakar saat banyak orang menyoraki nama dirinya.

Matahari mulai tiada, langit mulai memenuhi dirinya dengan warna hitam, cahaya biru tergantikan dengan kerlap kerlip cahaya kecil di jauh sana, angin semakin kencang dan dingin, namun tidak ada tanda tanda gadis ini akan meninggalkan atap gedung.

Rizka merasakan kerinduan yang mendalam.

Dia merogoh kantong kecil di celana jeans nya yang selutut, mengeluarkan benda kotak pipih yang pintar. Menekan tombol kecil disampingnya, Rizka mulai memilih nomor yang akan dia hubungi sekarang.

Ditempelkannya handphone ke telinga di seluk rambutnya yang diterpa angin, Rizka menunggu jawaban dari lawan panggilannya.

"Halo" ternyata sudah terhubung.

"Kenapa San ?" Suara laki laki disana yang selalu ada buat Rizka, detik ini Rizka merasa rindu, aneh.

"Lu bisa jemput gue sekarang gak ?" Rizka bertanya lebih tepatnya dia ingin pulang kerumahnya tanpa alasan, biasanya dia paling malas untuk pulang dan betah di apartemen.

"Tumben nih, what happen ?" Bahkan lawan bicaranya terheran heran dengan tujuan dari pertanyaan Rizka.

"Gapapa hehe. Gimana bisa gak ?"

"Sekarang lagi di bengkel San, jam 9 baru bisa"

"Oke gue tunggu"

Rizka mematikan telephonnya, dia melihat kesekitar dan berbalik badan meninggalkan atap gedung.

Kini dia seorang diapartemen ini, Rizka menyadari sesuatu. Dirinya sekarang sudah menginjak umur 17 tahun dan sebentar lagi dia akan lulus, Rizka akan berpisah dengan teman temannya, bahkan Pasha dan Zayyin.

Diumur 17 apa yang telah Rizka berikan kepada orang tuanya ?. Pertanyaan itu seolah menyambar fikiran Rizka. Menjadi siswa yang paling berprestasi namun masih berkata toxic, apakah itu membanggakan ?

Bel berbunyi dua kali menandakan ada seseorang diluar sana yang meminta agar Rizka membukakan pintu.

Ceklek, Rizka membuka pintu apartemennya dan didapati Pasha yang berdiri didepannya. Rizka berbalik badan meninggalkannya dibuntuti oleh Pasha, Rizka seolah tahu apa yang akan dilakukan Pasha.

"Lu tau darimana alamat apartemen gue ?" Rizka bertanya sambil duduk disofa dan menyalakan tv supaya tidak terlalu hening.

"Temen basket elu"

Rizka menepuk jidat merasa bodoh. Ia baru ingat, teman basketnya pernah menjenguk Rizka ke apartemen saat dia kecelakaan waktu pertandingan.

Pasha duduk di samping Rizka.

I'm Not Bad Girl  [ O N  G O I N G ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang