Hari ini Deven berangkat ke sekolah bersama Dinda. Pagi-pagi sekali, gadis itu minta di jemput oleh Deven di rumahnya.
"Nanti pulangnya boleh bareng kamu lagi gak?" tanya Dinda.
"Gak bisa. Gue mau beli properti buat pensi nanti," balas Deven, cowok itu mengambil ransel merahnya yang ia taruh di kursi penumpang belakang.
"Sama siapa?" tanya Dinda lagi.
"Ghea," jawab Deven singkat, membuat Dinda terlihat murung seketika.
"Jangan deket-deket Ghea," kata Dinda, membuat Deven yang ingin membuka pintu mobil jadi mengurungkan niatnya.
"Maksud lo?" tanya Deven pada Dinda.
Dinda memegang erat tali tasnya. "Iya, jangan deket sama Ghea,"
"Kenapa?" tanya Deven heran.
"Aku gak suka liatnya,"
Deven menghela napas. "Gue sama lo udah mantan. Lo gak berhak ngatur gue buat deket sama siapapun,"
"Tapi aku masih sayang sama kamu," ujar Dinda menatap Deven.
"Apa gue peduli? Nggak," kata Deven menatap Dinda lekat. "Din, yang selingkuh lo duluan, yang mutusin juga lo duluan," katanya lagi.
"Gak bisa ya kita kayak dulu lagi?" tanya Dinda.
"Ini kita udah kayak dulu," jawab Deven. "Lo udah jadi temen gue lagi,"
"Tapi aku mau lebih dari temen," ujar Dinda terus memaksa.
"Gue yang gak mau," kata Deven, apa hubungan pertemanan saja tidak cukup bagi gadis di hadapannya ini. " Harusnya lo bersyukur, gue masih mau temenan sama lo,"
"Kita bisa mulai semuanya dari awal lagi," ujar Dinda masih berusaha.
Deven mendengus sebal. "Lo bisa cari cowok lain. Yang bisa ngertiin lo, tulus dan sayang sama lo. Berhenti ngarepin gue,"
"Tapi aku masih sayang sama kamu," ujar Dinda menatap Deven.
"Udahlah Din, gue enek sama kata-kata itu," kata Deven. Setelah putus darinya, apakah seperti ini perubahan sikap Dinda? Jadi seseorang yang pemaksa.
Dinda merubah posisi duduknya menjadi lebih menghadap ke arah Deven. "Sekarang aku tanya, kamu juga masih sayang kan sama-"
"Iya, gue juga sayang sama lo," Deven tersenyum. "Sebagai seorang teman,"
"Kalo di suruh milih. Kamu pilih Ghea atau aku?" tanya Dinda membuat Deven terdiam.
*****
"Pagi brother," sapa Benji begitu melihat Deven masuk ke kelas. "Apa kabar?"
"Sok asik, sok kenal, sok deket," ujar Kenny.
"Baik," ujar Deven singkat kemudian cowok itu duduk di tempat duduknya, di samping Kenny.
"Saya mencium ada udang di balik bakwan," ujar Aldo yang duduk di depan Kenny, sedangkan Benji di sebelahnya atau di depan Deven.
Benji tersenyum manis pada Deven. "Tethering boleh bang? Boleh lah, boleh dong,"
"Gak usah senyum, muka lo jelek," kata Deven, ia mengambil hpnya dari dalam saku celana sekolahnya kemudian menyalakan hotspot yang langsung otomatis terkoneksi di hp Benji.
Kenny tertawa. "Kalo ngomong suka bener," kata cowok itu, ia sedang bermain game cacing di ponselnya.
"Gak papa. Silahkan hina ku sepuasnya, kalian semua suci aku penuh dosa," kata Benji.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS IN LOVE
Teen Fiction[Warning: cerita ini mengandung jahe🚧⚠️] Ketua OSIS SMA Genara menyukai seorang gadis cantik yang merangkap sebagai Bendahara OSIS di sekolahnya. Awalnya semua berjalan sesuai rencana, hingga kehadiran seseorang menjadi penghalang besar bagi hubung...